Kwee Kek Beng: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Update, diterjemahkan dari en.wp. Menghapus referensi yang tidak menjadi rujukan langsung di artikel
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan artikel
 
Baris 27:
Seperti pendahulunya, Kwee juga merupakan seorang nasionalis Tiongkok.<ref name="Salmon 202" /> Tetapi, sebagaimana kaum intelektual Tionghoa di Hindia Belanda pada akhir dekade 1920-an dan 1930-an, ia juga makin bersimpati dengan gerakan nasionalis Indonesia. Ia adalah teman dekat dari sejumlah pemimpin nasionalis, seperti [[Sukarno]], [[Sartono]], dan [[WR Soepratman]].<ref name="tirto bio" /> Selama dekade 1930-an, Kwee pun menjadi asisten di [[Soeloeh Indonesia Moeda]], majalah dari [[Partai Nasional Indonesia]].<ref name="Suryadinata 4th 113-4" /> Kwee juga memanfaatkan jabatannya di Sin Po untuk mencetak 5.000 pamflet yang berisikan lagu nasionalis [[Indonesia Raya]], yang kemudian didistribusikan bersama koran Sin Po pada bulan November 1928.<ref name="tirto bio" />
 
Sesaat sebelum [[pendudukan Jepang di Indonesia]], Kwee meminta kerabatnya untuk bersembunyi di [[Sukabumi]].<ref name="tirto bio" /> Kwee sendiri berencana untuk tetap di Batavia dengan nama samaran Thio Boen Hiok, tetapi ia kemudian menyadari bahwa hal tersebut terlalu berbahaya dan ia pun kabur ke [[Bandung]], di mana ia menghabiskan sebagian besar waktunya selama perang.<ref name="tirtoSalmon bio202" /><ref name="Salmontirto 202bio" /> Sesaat setelah Kwee berangkat ke Bandung, rumahnya di Batavia berhasil ditemukan dan dijarah oleh [[Kenpeitai]].<ref name="tirto bio" />
 
Setelah perang berakhir, Sin Po kembali terbit dan Kwee pun kembali menjadi kepala editornya. Pada tahun 1947, ia berselisih dengan [[Ang Jan Goan]], dan akhirnya mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala editor.<ref name="Salmon 202" />
 
Setelah Indonesia merdeka, Kwee sangat mengkritik perlakuan Indonesia terhadap orang Tionghoa.<ref name="Suryadinata 4th 113-4" /> Contohnya, ia ikut menulis [[Memorandum Commissie Chung Hwa Hui]] pada tahun 1947 yang mendokumentasikan ketidakadilan terhadap orang Tionghoa yang dilakukan oleh pasukan republikan Indonesia.<ref name="Salmon 202" /> Walaupun begitu, pada tahun 1950, Kwee resmi menjadi warga negara Indonesia.<ref name="Suryadinata 4th 113-4" /> Kwee menghabiskan sebagian besar waktunya pada dekade 1950-an sebagai penulis [[freelance]]. Ia pun menghasilkan banyak tulisan, terutama mengenai Tiongkok. Pada tahun 1948, ia mendirikan jurnal bulanan ''Java Critic''. Pada dekade 1950-an, ia juga berkontribusi untuk ''Reporter''. Kwee juga menjadi editor dari jurnal tahunan Sin Tjhoen mulai tahun 1956 hingga 1960.<ref name="tirtoSalmon bio202" /><ref name="Salmontirto 202bio" />
 
Kwee akhirnya meninggal di Jakarta pada tanggal 31 Mei 1975.<ref name="Suryadinata 4th 113-4" />
Baris 59:
 
{{DEFAULTSORT:Kwee, Kek Beng}}
[[CategoryKategori:Kelahiran 1900]]
[[CategoryKategori:Kematian 1975]]
[[CategoryKategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[CategoryKategori:Penulis Indonesia]]
[[CategoryKategori:Wartawan Indonesia]]
[[CategoryKategori:Tokoh dari Batavia]]