Patih Udara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
Koreksi dan menambah detail berdasarkan referensi dari Tome Pires dan Duarte Barbossa |
||
Baris 1:
{{Infobox Prime Minister
| name =
| title =
| nationality =
Baris 8:
| term_start1 = 1498
| term_end1 = 1527
| predecessor1 =
| office2 =
| order2 =
| monarch2 = [[Dyah Ranawijaya|Girindrawardhana]]
| term_start2 =
| term_end2 =
Baris 22:
| spouse =
| blank1 =
| children = Menak Sapetak
}}
'''
== Sejarah ==
Menurut keterangan [[Babad Tanah Jawi]], Patih Udara merupakan anak dari Patih Wahan, dan semula menjabat sebagai seorang [[adipati]] di [[Kediri]].<ref name=Olthof>W.L. Olthof, ''Babad Tanah Djawi'', 1941, teks bahasa Jawa, hlm. 17-18.</ref>
Secara umum, masa akhir Majapahit hingga keruntuhannya belum dapat dirangkai secara pasti, termasuk detail masa kekuasaan Batara Wijaya, serta Patih Udara sebagai pemegang kekuasaan. Sebelum masa yang dicatat [[Tomé Pires]] yaitu antara tahun 1512-1515, penguasa terakhir yang dicatat menghasilkan sumber primer adalah [[Dyah Raṇawijaya|Dyah Ranawijaya]] yang mengeluarkan Prasasti Jiwu I bertarikh 1486, dengan isinya adalah anugerah raja kepada pendukungnya dalam perang saudara melawan [[Kertabhumi|Bhre Kertabhumi]]. Berita dari [[Dinasti Ming]] tahun 1498 juga menyebutkan masih adanya hubungan diplomatik antara Cina dan Jawa (Majapahit).<ref>Groeneveldt, ''Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled from Chinese Sources'', 1960, hlm. 36.</ref> Penjelajah Portugis lain yaitu [[Duarte Barbosa]] pada tahun 1518 menyebutkan adanya seorang "raja kafir" yang masih berkuasa di pedalaman Jawa yang namanya disebut 'Pateudra'.<ref>{{Cite book|last=Barbossa|first=Duarte|date=1921|title=Book of Duarte Barbossa vol.II|location=London|publisher=Redford Press|pages=190|url-status=live}}</ref>
== Legenda dan fiksi ==
|