Suku Jawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Thesillent (bicara | kontrib)
→‎Kesultanan Jawa: Penambahan konten
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Thesillent (bicara | kontrib)
→‎Sastra dan filsafat: Penambahan konten
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 230:
 
=== Sastra dan filsafat ===
{{artikel|Sastra Jawa}}{{artikel|Filsafat Jawa}}
Para cendekiawan, penulis, penyair, dan sastrawan Jawa terkenal karena kemampuan mereka merumuskan gagasan dan menciptakan [[idiom]] untuk tujuan budaya yang tinggi, melalui rangkaian kata-kata untuk mengekspresikan makna filosofis yang lebih dalam. Beberapa idiom filosofis muncul dari sastra klasik Jawa, [[babad]] dan tradisi lisan, dan telah menyebar ke beberapa media dan diangkat sebagai [[moto]] yang populer. Contohnya seperti "''[[Bhinneka Tunggal Ika]]''", digunakan sebagai semboyan atau moto nasional [[Republik Indonesia]], "''Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kerto Raharjo''", "''Jer Basuki Mawa Béya''", "''Rawé-Rawé rantas, Malang-Malang putung''" dan "''Tut Wuri Handayani''".<ref>{{Cite book|last=Soeseno|first=Ki Nardjoko|authorlink=|title=Falsafah Jawa Soeharto & Jokowi|publisher=Araska|year=2014|location=|pages=|url=|doi=|isbn=978-602-7733-82-4}}</ref>