Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan artikel
Auzif (bicara | kontrib)
Sejarah: perbaikan istilah
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Baris 112:
}}</ref>
 
Dari 110.000 hingga 12.000 tahun yang lalu, daratan Nusantara bagian barat (kira-kira kepulauan sebelah barat termasuk [[Sumatra]], [[Jawa]], dan [[Kalimantan]] sekarang) masih menyatu dengan daratan utama Asia, membentuk [[Sundaland]].<ref name="sunda-shelf">{{Cite journal|last=Heaney|first=Lawrence R.|date=1984|title=Mammalian Species Richness on Islands on the Sunda Shelf, Southeast Asia|jstor=4217198|journal=Oecologia|volume=61|issue=1|pages=11–17|pmid=28311380|doi=10.1007/BF00379083|bibcode=1984Oecol..61...11H|citeseerx=10.1.1.476.4669|s2cid=4810675}}</ref><ref name="sunda-shelf-2">{{Cite journal|last=Hanebuth|first=Till|last2=Stattegger|first2=Karl|last3=Grootes|first3=Pieter M.|date=2000|title=Rapid Flooding of the Sunda Shelf: A Late-Glacial Sea-Level Record|jstor=3075104|journal=Science|volume=288|issue=5468|pages=1033–1035|bibcode=2000Sci...288.1033H|doi=10.1126/science.288.5468.1033}}</ref> Dalam periodekurun waktu tersebut, sekitar 74.000 tahun yang lalu, terjadi [[Teori bencana Toba|erupsiletusan Gunung Toba]] yang disebut-sebut sebagai salah satu letusan gunung api terbesar sepanjang sejarah yang menyebabkan perubahan iklim, yang dikatakan hampir memusnahkan populasi manusia modern saat itu. Umat manusia sendiri sebenarnya belum sampai ke Sumatra, gelombang migrasi dari [[Afrika]] ikut terhenti untuk sementara akibat erupsiletusan ini. Gunung Toba kemudian tenggelam dan kalderanyakawahnya membentuk sebuah [[Danau Toba|danau besar dengan nama yang sama]].<ref name=chesner1991>{{en}} {{Cite journal |url=http://www.geo.mtu.edu/~raman/papers/ChesnerGeology.pdf |author1=Chesner, C.A. |author2=Westgate, J.A. |author3=Rose, W.I. |author4=Drake, R. |author5=Deino, A. |journal=Geology |volume=19 |issue=3 |pages=200–203 |title=Eruptive history of Earth's largest Quaternary caldera (Toba, Indonesia) clarified |publisher=Michigan Technological University |date=March 1991 |accessdate=2018-06-20 |bibcode=1991Geo....19..200C |doi=10.1130/0091-7613(1991)019<0200:EHOESL>2.3.CO;2 |archive-date=2012-02-26 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120226052643/http://www.geo.mtu.edu/~raman/papers/ChesnerGeology.pdf |dead-url=no }}</ref>
 
Sekitar 60.000 tahun yang lalu, gelombang migrasiperpindahan besar-besaran pertama manusia yang menjadi nenek moyang ras [[Melanesia]] sampai di dataran Nusantara. Berakhirnya zaman es pada awal zaman [[Holosen]] (12.000 tahun Sebelum Masehi) menyebabkan naiknya permukaan laut dan terpisahnya daratan-daratan SundalandSundalandia dari daratan utama Asia, lalu terpecah hingga membentuk kepulauan Nusantara seperti sekarang ini. Kejadian-kejadian tersebut menjadi pemicu terjadinya [[diaspora]] manusia.<ref name="melanesia">{{Cite web|first=Mahandis Yoanata|last=Thamrin|title=Migrasi Manusia dan Perjalanan Sejarah Melanesia di Indonesia|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/131736895/migrasi-manusia-dan-perjalanan-sejarah-melanesia-di-indonesia|website=National Geographic|language=id|date=2019-06-06|access-date=2022-08-21|archive-date=2022-08-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20220821160425/https://nationalgeographic.grid.id/read/131736895/migrasi-manusia-dan-perjalanan-sejarah-melanesia-di-indonesia|dead-url=no}}</ref>
 
Kedatangan bangsa [[Austronesia]] dari daratan [[Taiwan]] yang mulai tiba di Nusantara sekitar 3500 hingga 2000 SM menyebabkan bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-wilayah yang jauh di timur kepulauan, meskipun ada sebagian yang berasimilasi/akulturasi dengan pendatang tersebut.<ref name="melanesia" /><ref>[[#Taylor|Taylor (2003)]], pp. 5–7</ref><ref>{{Cite news|last=Avisena|first=M Ilham Ramadhan|date=2021-08-17|title=Tiga Teori Asal Usul Nenek Moyang Indonesia|url=https://mediaindonesia.com/humaniora/403046/tiga-teori-asal-usul-nenek-moyang-indonesia|work=[[Media Indonesia]]|language=id|access-date=2022-08-21|archive-date=2022-08-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20220821160533/https://mediaindonesia.com/humaniora/403046/tiga-teori-asal-usul-nenek-moyang-indonesia|dead-url=no}}</ref> Dengan kondisikeadaan tanah vulkanis yang subur, melimpahnya keanekaragaman hayati, ditambah dengan kemampuan bercocok tanam yang dimiliki manusia saat itu menyebabkan kegiatan pertanian dan pemukiman mulai terbentuk dan berkembang pesat.<ref>[[#Taylor|Taylor (2003)]], pp. 8-9</ref>
 
=== Periode monarki ===
Baris 133:
 
[[Berkas:Srivijaya Empire id.svg|jmpl|305x305px|Peta wilayah ekspedisi dan penaklukan oleh [[Sriwijaya]] pada abad ke-8.|kiri]]
Pada abad ke-7 Masehi, [[Sriwijaya]] yang berbentuk [[kedatuan]] dan bercorak Buddha berdiri di Nusantara, yang kemudian berkembang menjadi salah satu [[Kekaisaran|kemaharajaan (kekaisaran)]] terbesar di Nusantara yang pernah berdiri, serta menjadikannya negara [[monarki]] dengan masa berdiri terlama di [[Asia Tenggara]].<ref>{{cite journal|last=Cœdès|first=George|authorlink=George Cœdès|year=1930|title=Les inscriptions malaises de Çrivijaya|url=https://www.persee.fr/doc/befeo_0336-1519_1930_num_30_1_3169|journal=Bulletin de l'Ecole français d'Extrême-Orient (BEFEO)|volume=30|issue=1-2|pages=29-80|access-date=2022-09-13|archive-date=2022-09-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20220908180145/https://www.persee.fr/doc/befeo_0336-1519_1930_num_30_1_3169|dead-url=no}}</ref> Sriwijaya pada masa kejayaannya melingkupi sebagian besar [[Sumatra|Pulau Sumatra]], [[Semenanjung Malaka]] dan [[Semenanjung Kra]], sebagian [[Jawa]], [[Kalimantan]] bagian barat, hingga ke [[Kamboja]] dan [[Vietnam]] bagian selatan.<ref>[[#Taylor|Taylor (2003)]], pp. 22–26; [[#Ricklefs|Ricklefs (1991)]], pp. 3</ref> Sriwijaya pada masa itu mengendalikan aktivitaskegiatan pelayaran dan perdagangan di [[Selat Malaka]] yang merupakan jalur perdagangan maritim utama antara [[India]] dengan [[Tiongkok]] dan merupakan salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia. Dari perdagangan tersebut, banyak budaya asing yang mempengaruhi dan bahkan berasimilasi dengan budaya-budaya lokalsetempat.<ref name="end">{{cite book|last=Munoz|first=Paul Michel|year=2006|url=https://archive.org/details/earlykingdomsofi0000muno|title=Early Kingdoms of the Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula|location=Singapore|publisher=Editions Didier Millet|doi=|id=ISBN 981-4155-67-5}}</ref> Nama Sriwijaya mulai meredup dan diperkirakan runtuh pada awal abad ke-11. [[Dharmasraya]] kemudian naik menggantikan Sriwijaya, sebelum kembali digantikan oleh [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] pada abad ke-14.<ref>Anonim. 1822. Malayan Miscellanies, Vol II: The Geneology of Rajah of Pulo Percha. Printed And Published at Sumatra Mission Press. Bencoolen</ref>
 
Pada abad ke-8, [[Medang]] yang dipimpin oleh [[Wangsa Sailendra]], yang sebagian besar bercorak [[Mahāyāna|Buddha Mahayana]], berdiri di daerah [[Jawa Tengah]] dan mendapat pengaruh luas. Pada abad ke-9, wangsa tersebut terpecah dan sebagian menyingkir ke Sumatra, lalu menguasai Sriwijaya, hingga kejatuhan kemaharajaan tersebut pada abad ke-11.<ref>George Coedes. 1934. ''On the origins of the Sailendras of Indonesia''. Journal of the Greater India Society I: 61–70.</ref><ref name="sejnas">Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.</ref> Beberapa ahli menganggap bahwa beberapa raja Medang yang beragama [[Agama Hindu|Hindu]] [[Syiwa]] sebagai suatu dinastiwangsa tersendiri bernama [[Wangsa Sanjaya]], sementara ahli-ahli lainnya menganggap wangsa tersebut sebenarnya tidak pernah ada dan masih merupakan bagian dari Wangsa Sailendra.<ref>[[Slamet Muljana]]. 2006. ''Sriwijaya'' (terbitan ulang 1960). Yogyakarta: LKIS</ref> Beberapa ahli pun memisahkan raja-raja Medang setelah pindahnya pusat pemerintahan ke [[Jawa Timur]] sebagai wangsa tersendiri bernama [[Wangsa Isyana]].<ref name="negarakertagama">[[Slamet Muljana]]. 1979. ''Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya''. Jakarta: Bhratara.</ref>
 
Setelah pemerintahan [[Airlangga]] dari Medang berakhir pada tahun 1042, Medang terbagi menjadi [[Kerajaan Panjalu|Panjalu (Kadiri)]] dan [[Kerajaan Janggala|Janggala]]. Janggala ditaklukkan oleh Panjalu pada tahun 1135. [[Ken Arok]] dari [[Wangsa Rajasa]] kemudian menaklukkan Panjalu dan mendirikan [[Kerajaan Singasari|Kerajaan Singasari (Tumapel)]] pada tahun 1222, yang mengakhiri kekuasaan Wangsa Isyana/Sailendra di Jawa. Kerajaan ini runtuh pada tahun 1292 oleh pemberontakan yang dipimpin oleh [[Jayakatwang]], sisa dari Wangsa Isyana. Namun, pemberontakan tersebut ditumpas setahun setelahnya oleh [[Raden Wijaya]], menantu [[Kertanagara|Kertanegara]] yang merupakan raja terakhir Singasari.<ref name="sejnas" /><ref name="negarakertagama" />
 
[[Berkas:Majapahit Empire id.svg|jmpl|500x500px|Peta wilayah [[Majapahit]] berdasarkan [[Kakawin Nagarakretagama|Kakawin Nagarakertagama]].]]
Raden Wijaya mendirikan [[Majapahit]] yang bercorak [[Ajaran Syiwa-Buddha|Syiwa-Buddha]]. Kerajaan tersebut pada perkembangannya menjadi suatu kemaharajaan atau [[kekaisaran]] terbesar di Nusantara, dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas pada masa kejayaannya, yaitu meliputi Sumatra, [[Semenanjung Malaka]], daerah pesisir dan dataran rendah Kalimantan, [[Sulawesi]] bagian selatan dan timur, [[Nusa Tenggara]], [[Maluku]], hingga ujung barat [[Papua]].<ref name="negarakertagama" /> Majapahit terutama mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan [[Hayam Wuruk]], dengan [[Patih]] ''Amangkubhumi'' [[Gajah Mada]], yang sangat terkenal dengan [[Sumpah Palapa]] yang berisi ikrar untuk menyatukan seluruh wilayah [[Nusantara]].<ref name="JPMajapahit">{{cite news|author=Sita W. Dewi|date=9 April 2013|title=Tracing the glory of Majapahit|url=http://www.thejakartapost.com/news/2013/04/09/tracing-glory-majapahit.html|newspaper=The Jakarta Post|accessdate=5 February 2015|archive-date=2022-07-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20220711235400/https://www.thejakartapost.com/news/2013/04/09/tracing-glory-majapahit.html|dead-url=no}}</ref> Majapahit pada masanya terkenal sebagai negara [[Pertanian|agraris]] dan juga sebagai negara [[perdagangan]] yang mengatur aktivitaskegiatan pelayaran dunia.<ref name="JPMajapahit" /> Majapahit mengalami kemunduran semenjak pengaruh Islam semakin besar di Nusantara, dan akhirnya runtuh setelah ditaklukkan oleh [[Kesultanan Demak|Demak]] pada tahun 1527.
 
Sampai sebelum masuknya [[kolonialisme|penjajah]] di Nusantara, kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang masih bertahan adalah [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] di [[Jawa|Pulau Jawa]] bagian timur jauh,<ref name="hb3mus">Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi: Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref> serta [[Kerajaan Bali|kerajaan-kerajaan Bali]] bekas [[Kerajaan Gelgel|Gelgel]], yakni [[Kerajaan Klungkung|Klungkung]], [[Kerajaan Buleleng|Buleleng]], [[Kerajaan Karangasem|Karangasem]], [[Kerajaan Badung|Badung]], Tabanan, [[Kerajaan Gianyar|Gianyar]], [[Kerajaan Bangli|Bangli]], [[Kerajaan Mengwi|Mengwi]] (dalam perkembangan bergabung dengan Badung), dan [[Kerajaan Jembrana|Jembrana]].<ref>{{Cite news|last=Suadnyana|first=I Wayan Sui|date=2019-03-10|title=TRIBUN WIKI - Inilah 9 Puri di Bali yang Masih Ada Hingga Kini|url=https://bali.tribunnews.com/2019/03/10/tribun-wiki-inilah-9-puri-di-bali-yang-masih-ada-hingga-kini|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2022-09-16|archive-date=2022-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20220920170820/https://bali.tribunnews.com/2019/03/10/tribun-wiki-inilah-9-puri-di-bali-yang-masih-ada-hingga-kini|dead-url=no}}</ref>
 
==== Kesultanan Islam ====
Baris 165:
Kesultanan-kesultanan yang pernah berdiri di [[Kepulauan Nusa Tenggara]], yaitu [[Kesultanan Bima|Bima]], [[Kesultanan Sumbawa|Sumbawa]], [[Kerajaan Adonara|Adonara]], [[Kerajaan Dompu|Dompu]], [[Kerajaan Selaparang|Selaparang]], [[Kerajaan Sanggar|Sanggar]], dan [[Lamakera]]. Sementara kesultanan-kesultanan yang pernah berdiri di Papua adalah [[Kerajaan Sekar|Sekar]], [[Kerajaan Patipi|Patipi]], [[Kerajaan Fatagar|Fatagar]], dan [[Kerajaan Kaimana|Kaimana]].
 
Kejayaan kesultanan-kesultanan Islam mulai memudar setelah bangsa-bangsa asing masuk dan menerapkan [[kolonialisme|penjajahan]] di [[Nusantara]]. Sebagian di antaranya dibubarkan oleh pemerintah kolonial setelah mengalami kekalahan [[perang]], dan sebagian lainnya menjadi [[Swapraja|daerah swapraja]] (''zelfbestuur'') di bawah kekuasaan pemerintahan kolonial.<ref name="KohPh.D.2009">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=MWlFCQAAQBAJ&pg=PA10|title=Culture and Customs of Singapore and Malaysia|author1=Jaime Koh|first=|author2=Stephanie Ho Ph.D.|date=22 Juni 2009|publisher=ABC-CLIO|isbn=978-0-313-35116-7|location=|page=9|pages=|url-status=live}}</ref>
 
==== Kerajaan Kristen ====
{{Utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Kristen}}
 
[[Kekristenan]] dibawa oleh para [[misionaris]] dari [[Dunia Barat]]. [[Gereja Katolik Roma|Kristen Katolik]] umumnya dibawa ke Indonesia oleh [[bangsa Portugis]], sementara [[Protestanisme|Kristen Protestan]] umumnya dibawa oleh [[bangsa Belanda]]. Selama kolonialismepenjajahan Barat, beberapa kerajaan bercorak Kristen muncul sebagai akibat penyebaran dan pembaptisan oleh para misionaris pada rakyat dan keluarga bangsawan di kerajaan-kerajaan tersebut.<ref>{{Cite web|last=Hari|first=Agustinus|date=2019-10-13|title=Mengenal Siau, Kerajaan Kristen di Sulawesi Utara Abad 16|url=https://barta1.com/v2/2019/10/13/mengenal-siau-kerajaan-kristen-di-sulawesi-utara-abad-16/|website=Barta1.com|language=id|access-date=2023-05-03}}</ref>
 
Masuknya Agama Kristen di Sulawesi dan Maluku, khususnya wilayah yang saat ini dalam Provinsi [[Sulawesi Utara]], diawali dengan kedatangan [[bangsa Portugis]] yang membawa Katolik pada abad ke-16, tetapi kemudian digantikan oleh Protestan yang dibawa oleh misionaris Belanda, setelah orang-orang Portugis diusir oleh pasukan Belanda pada abad ke-17. Kerajaan-kerajaan Kristen yang terbentuk di Pulau Sulawesi adalah [[Kerajaan Bolaang Mongondow|Bolaang Mongondow]], [[Kerajaan Manganitu|Manganitu]], [[Kerajaan Manado|Manado]], [[Kerajaan Moro|Moro]], [[Kerajaan Siau|Siau]], [[Kerajaan Soya|Soya]], dan [[Kerajaan Tagulandang|Tagulandang]].<ref>{{Cite journal|last=Ahmad|first=I.|date=2014|title=Agama Sebagai Perubahan Sosial: Kristenisasi di Tobelo 1866-1942|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/download/23785/15663|journal=Lembaran Sejarah|volume=11|issue=1|pages=83-98|doi=|issn=2620-5882|ref={{sfnref|Ahmad|2014}}}}</ref>
Baris 181:
{{utama|Imperium Portugal di Nusantara}}
[[Berkas:Myristica fragrans - Köhler–s Medizinal-Pflanzen-097.jpg|lurus|ki|jmpl|[[Tanaman]] [[pala]] menjadi salah satu komoditas yang mendorong bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan dunia, hingga sampai di [[Nusantara]].]]
Sejak terputusnya jalur perdagangan [[Laut Tengah]] karena jatuhnya [[Konstantinopel]] ke tangan bangsa [[Turki Utsmani]] pada tahun 1453, bangsa-bangsa [[Eropa]] sejak saat itu berusaha mencari jalur alternatif lain untuk memperoleh komoditas [[rempah-rempah]] yang dibutuhkan. Berkembangnya teknologi [[pelayaran]] pada abad ke-16 membuat bangsa-bangsa Eropa melakukan [[ekspedisi|penjelajahan]] jalur laut besar-besaran untuk mencari dan [[kolonialisme|menguasai]] wilayah-wilayah yang kaya akan [[rempah-rempah]].<ref>{{Cite book|last=Pradjoko|first=Didik|date=2008|title=Modul I Sejarah Indonesia|location=Depok|publisher=Universitas Indonesia Press|pages=5}}</ref>
 
Sebagai salah satu bangsa yang merintis gelombang ekspedisipenjelajahan dan kolonialismepenjajahan di [[Dunia Timur]], armada [[Bangsa Portugis|Portugis]] di bawah kepemimpinan [[Afonso de Albuquerque]], yang telah menguasai [[Goa, India|Goa]] pada saat itu, melanjutkan ekspedisinyapenjelajahannya ke timur hingga sampai di [[Nusantara|Kepulauan Nusantara]].<ref name="tirto-portugis" /> Pada tahun 1511, armada Portugis yang sampai di [[Kesultanan Melaka|Melaka]] kemudian menyerang dan menduduki negara tersebut. Penyerangan ini menjadi titik awal dimulainya [[kolonialisme|penjajahan]] di [[Nusantara]].<ref name="Winstedt">{{cite book|last= Winstedt|first= Richard|title= A History of Malaya|url= https://archive.org/details/historyofmalaya0000wins|publisher= Marican|year= 1962 }}</ref> Negara-negara sekitar yang merasa terancam kemudian mengecam penyerangan tersebut. Setahun setelah peristiwa tersebut, [[Kesultanan Demak|Demak]] mengirimkan armada laut ke Melaka untuk menyerang balik armada Portugis, tetapi usaha tersebut gagal.<ref name="tirto-portugis">{{Cite web|last=Suntama|first=Permadi|date=2022-08-29|title=Sejarah Kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia: Proses & Rute|url=https://tirto.id/sejarah-kedatangan-bangsa-portugis-ke-indonesia-proses-rute-gjCF|website=Tirto|language=id|access-date=2022-09-23}}</ref>
 
Pada tahun 1512, Albuquerque mengirimkan armada yang dipimpin oleh [[António de Abreu]] dan [[Francisco Serrão]] menuju [[Kepulauan Maluku]] demi memonopoli perdagangan [[cengkih]] dan [[pala]].<ref name="detik-portugis">{{Cite web|date=2021-08-18|last=Kristina|title=Sejarah Mendaratnya Portugis di Indonesia, Pendatang Pertama dari Eropa|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5684923/sejarah-mendaratnya-portugis-di-indonesia-pendatang-pertama-dari-eropa|website=DetikEdu|language=id-ID|access-date=2022-09-22}}</ref> Pasukan tersebut disambut baik oleh Sultan [[Kesultanan Ternate|Ternate]] saat itu, yakni [[Bayanullah dari Ternate|Bayanullah]]. Ia mengizinkan armada Portugis untuk membangun benteng dan mendapat hak monopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate, dengan imbalan bantuan kekuatan militer untuk Ternate, karena pada saat itu Ternate sedang bermusuhan dengan [[Kesultanan Tidore|Tidore]].<ref name="tirto-portugis" /> Benteng tersebut kini menjadi situs reruntuhan bernama [[Benteng Kastela]].
 
Pada tahun 1521, armada Spanyol yang melakukan ekspedisipelayaran ke barat, alih-alih ke timur seperti yang dilakukan oleh armada Portugis, sampai di [[Kepulauan Filipina]]. Namun, konflik yang pecah antara pasukan Spanyol dan penduduk setempat yang hingga menyebabkan tewasnya pemimpin ekspedisipelayaran, [[Fernando de Magelhaens]], tersebut membuat armada yang tersisa di bawah kepemimpinan [[Juan Sebastián Elcano]] melanjutkan perjalanan hingga sampai di Kepulauan Maluku pada tanggal 8 November 1521. Kedatangan mereka ditentang oleh orang-orang Portugis yang terlebih dahulu singgah di Maluku dan bekerja sama dengan pemerintahan Ternate, serta menuding bahwa mereka melanggar [[Perjanjian Tordesillas]]. Demi mendapat kesempatan dalam menguasai rempah di Maluku, bangsa Spanyol kemudian mendekati musuh Ternate, yaitu [[Kesultanan Tidore|Tidore]], dan membantu mereka melawan Ternate dan Portugal.<ref>{{Cite web|last=Efendi|first=Ahmad|title=Tujuan Kedatangan Bangsa Spanyol ke Indonesia dan Latar Belakangnya|url=https://tirto.id/tujuan-kedatangan-bangsa-spanyol-ke-indonesia-dan-latar-belakangnya-gjoD|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-03-03}}</ref>
 
[[Berkas:AtlasMiller BNF Insulindia Malucos.jpg|250px|jmpl|Peta buatan tahun 1519 yang menunjukkan pulau-pulau di [[Maluku Utara]], yang dipasangkan dengan bendera Portugal saat itu.]]
Armada Portugis yang ada di Nusantara meneruskan ambisi memperbesar wilayah kolonijajahan dengan rencana menguasai [[Selat Sunda]]. Pada tahun 1522, mereka membuat perjanjian kerja sama dengan raja Sunda saat itu, [[Surawisesa|Prabu Surawisesa]], yang berisi izin untuk mendirikan bentang bagi armada Portugis di [[Kota Cilegon|Banten]] dan [[Sunda Kelapa]] dengan imbalan bantuan militer Portugis kepada Sunda dalam menghadapi Demak dan [[Kesultanan Cirebon|Cirebon]]. Namun, kerja sama tersebut tidak pernah dapat dilaksanakan. Armada yang dipimpin oleh Francisco de Sá, yang ditunjuk untuk melaksanakan perjanjian tersebut, mengalami bencana [[topan]] di [[Teluk Benggala]]. Beberapa dari mereka yang mendarat dengan selamat di Sunda Kelapa kemudian diserang oleh pasukan [[Fatahillah]] yang sedang merebut daerah Banten dan Sunda Kelapa. Karena melihat hal tersebut, armada Portugis akhirnya angkat kaki dari Selat Sunda.<ref name="detik-portugis" />
 
Persaingan antara kubu Ternate–[[Imperium Portugal|Portugal]] melawan kubu Tidore–[[Imperium Spanyol|Spanyol]] di Kepulauan Maluku yang semakin memanas akhirnya membuat [[perang]] meletus. Selama peperangan yang terjadi cukup lama di antara kedua kubu tersebut, kekuatan kubu Ternate–Portugal menjadi semakin unggul. Peperangan tersebut berakhir dengan kekalahan kubu Tidore–Spanyol dan penandatanganan [[Perjanjian Zaragoza]] pada tanggal [[22 April]] [[1529]], yang menyebabkan armada Spanyol harus angkat kaki dari Maluku dan kembali ke Kepulauan Filipina.<ref name="ternate-tidore">{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|title=Keruwetan Perang Ternate-Portugis vs Tidore-Spanyol|url=https://tirto.id/keruwetan-perang-ternate-portugis-vs-tidore-spanyol-czsX|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-03-03}}</ref>
 
Setelah kepergian Spanyol, hubungan antara Portugal dan Ternate mulai meregang. Bangsa Portugis mulai mencoba untuk memperbesar pengaruh mereka, sementara pemerintah Ternate mulai menyadari bahwa orang-orang Portugis sudah terlalu banyak ikut campur dengan urusan internal negara, terutama mengenai suksesipergantian takhta. Perseteruan yang memuncak pada terbunuhnya Sultan [[Khairun Jamil dari Ternate|Khairun Jamil]] dari Ternate di tangan pasukan Portugis akhirnya memantik kemarahan rakyat Ternate, sehingga pasukan Ternate dan sekutunya yang dipimpin oleh Sultan [[Baabullah]] dari Ternate menyerang pasukan-pasukan Portugis dan memicu [[Perang Ternate–Portugal]]. Diperparah dengan pasukan tambahan dari pihak bangsa Portugis yang tidak dapat dikirim karena penyerangan [[Kesultanan Aceh|Aceh]] untuk merebut [[Melaka Portugis]] yang terjadi di saat yang bersamaan, Ternate dan sekutunya akhirnya berhasil mengusir sebagian besar pasukan Portugis yang tercerai-berai. Pengaruh bangsa Portugis di Kepulauan Maluku benar-benar tamat setelah bangsa Belanda masuk dan menduduki Maluku.<ref name="ternate-tidore" />
 
==== Awal kolonisasi Belanda dan monopoli VOC ====
{{utama|Perusahaan Hindia Timur Belanda di Nusantara}}
[[Berkas:Cornelis de Houtman.jpg|jmpl|ki|175px|[[Cornelis de Houtman]], pelopor [[bangsa Belanda]] masuk ke Kepulauan Nusantara.]]
Didorong oleh faktakenyataan bahwa Portugal mendominasimenguasai perdagangan [[rempah-rempah]] di [[Eropa|Benua Eropa]], dan ditambah dengan kesepakatan antara Portugal dan [[Spanyol]], yang saat itu sedang melawan Belanda dalam [[Perang Delapan Puluh Tahun]], untuk bersatu dan dan membentuk [[Uni Iberia]], [[bangsa Belanda]] mulai berusaha untuk mencari dan memperoleh sendiri rempah-rempah untuk diperdagangkan.<ref>{{cite book|last=Masselman|first=George|year=1963|url=https://archive.org/details/cradleofcolonial0000mass|title=The Cradle of Colonialism|location=New Haven & London|publisher=Yale University Press}}</ref> Berbekal rute pelayaran armada Portugis sebelumnya, armada kapal dari [[Republik Belanda]] di bawah kepemimpinan [[Cornelis de Houtman]] memulai [[Ekspedisi Pertama Belanda ke Hindia Timur|ekspedisi pertama Belanda]] ke [[Dunia Timur]] pada tahun 1595, hingga akhirnya sampai di perairan [[Banten]] pada tanggal 27 Juni 1596. Armada tersebut kemudian menyusuri sepanjang pantai utara [[Jawa|Pulau Jawa]] hingga Bali, tetapi persinggahan-persinggahan mereka di sepanjang penyusuran sering kali menimbulkan penolakan dan bahkan perseteruan dari penduduk setempat karena tabiat Houtman dan anak buahnya yang buruk. Setelah setahun kemudian, pertempuran dengan penduduk-penduduk lokal telah membuat mereka kehilangan separuh dari awak armada mereka, sehingga Houtman memutuskan untuk kembali ke Belanda. Namun dari ekspedisi tersebut, mereka berhasil membawa serta peti-peti berisi rempah-rempah dalam jumlah yang banyak, sehingga ekspedisi tersebut dianggap sukses.<ref name="tirto-belanda">{{Cite web|last=Yahya|first=Rizal Amril|title=Sejarah Kedatangan Bangsa Belanda ke Indonesia & Latar Belakang|url=https://tirto.id/sejarah-kedatangan-bangsa-belanda-ke-indonesia-latar-belakang-gjtz|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-03-05}}</ref>
 
Melihat keberhasilan rombongan Houtman, mulai tahun 1598 hingga beberapa tahun setelahnya, berbagai kapal yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan berbeda berbondong-bondong menuju Nusantara demi mencari rempah-rempah. Salah satu di antaranya yang paling terkenal adalah [[Ekspedisi Kedua Belanda ke Nusantara|rombongan ekspedisi]] yang dipimpin [[Jacob Corneliszoon van Neck]]. Belajar dari kesalahan yang dilakukan oleh armada-armada Portugis dan rombongan Houtman, mereka umumnya berhati-hati dalam bersikap kepada penduduk lokal dan bahkan mencoba untuk merangkul penguasa-penguasa lokal. Oleh karena itu, pedagang-pedagang Belanda berhasil dalam memonopoli perdagangan rempah saat itu.<ref name="tirto-belanda" />