Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib) k Bot: Merapikan artikel |
→Sejarah: perbaikan istilah Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
||
Baris 112:
}}</ref>
Dari 110.000 hingga 12.000 tahun yang lalu, daratan Nusantara bagian barat (kira-kira kepulauan sebelah barat termasuk [[Sumatra]], [[Jawa]], dan [[Kalimantan]] sekarang) masih menyatu dengan daratan utama Asia, membentuk [[Sundaland]].<ref name="sunda-shelf">{{Cite journal|last=Heaney|first=Lawrence R.|date=1984|title=Mammalian Species Richness on Islands on the Sunda Shelf, Southeast Asia|jstor=4217198|journal=Oecologia|volume=61|issue=1|pages=11–17|pmid=28311380|doi=10.1007/BF00379083|bibcode=1984Oecol..61...11H|citeseerx=10.1.1.476.4669|s2cid=4810675}}</ref><ref name="sunda-shelf-2">{{Cite journal|last=Hanebuth|first=Till|last2=Stattegger|first2=Karl|last3=Grootes|first3=Pieter M.|date=2000|title=Rapid Flooding of the Sunda Shelf: A Late-Glacial Sea-Level Record|jstor=3075104|journal=Science|volume=288|issue=5468|pages=1033–1035|bibcode=2000Sci...288.1033H|doi=10.1126/science.288.5468.1033}}</ref> Dalam
Sekitar 60.000 tahun yang lalu, gelombang
Kedatangan bangsa [[Austronesia]] dari daratan [[Taiwan]] yang mulai tiba di Nusantara sekitar 3500 hingga 2000 SM menyebabkan bangsa Melanesia yang telah ada lebih dahulu di sana terdesak ke wilayah-wilayah yang jauh di timur kepulauan, meskipun ada sebagian yang berasimilasi/akulturasi dengan pendatang tersebut.<ref name="melanesia" /><ref>[[#Taylor|Taylor (2003)]], pp. 5–7</ref><ref>{{Cite news|last=Avisena|first=M Ilham Ramadhan|date=2021-08-17|title=Tiga Teori Asal Usul Nenek Moyang Indonesia|url=https://mediaindonesia.com/humaniora/403046/tiga-teori-asal-usul-nenek-moyang-indonesia|work=[[Media Indonesia]]|language=id|access-date=2022-08-21|archive-date=2022-08-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20220821160533/https://mediaindonesia.com/humaniora/403046/tiga-teori-asal-usul-nenek-moyang-indonesia|dead-url=no}}</ref> Dengan
=== Periode monarki ===
Baris 133:
[[Berkas:Srivijaya Empire id.svg|jmpl|305x305px|Peta wilayah ekspedisi dan penaklukan oleh [[Sriwijaya]] pada abad ke-8.|kiri]]
Pada abad ke-7 Masehi, [[Sriwijaya]] yang berbentuk [[kedatuan]] dan bercorak Buddha berdiri di Nusantara, yang kemudian berkembang menjadi salah satu [[Kekaisaran|kemaharajaan (kekaisaran)]] terbesar di Nusantara yang pernah berdiri, serta menjadikannya negara [[monarki]] dengan masa berdiri terlama di [[Asia Tenggara]].<ref>{{cite journal|last=Cœdès|first=George|authorlink=George Cœdès|year=1930|title=Les inscriptions malaises de Çrivijaya|url=https://www.persee.fr/doc/befeo_0336-1519_1930_num_30_1_3169|journal=Bulletin de l'Ecole français d'Extrême-Orient (BEFEO)|volume=30|issue=1-2|pages=29-80|access-date=2022-09-13|archive-date=2022-09-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20220908180145/https://www.persee.fr/doc/befeo_0336-1519_1930_num_30_1_3169|dead-url=no}}</ref> Sriwijaya pada masa kejayaannya melingkupi sebagian besar [[Sumatra|Pulau Sumatra]], [[Semenanjung Malaka]] dan [[Semenanjung Kra]], sebagian [[Jawa]], [[Kalimantan]] bagian barat, hingga ke [[Kamboja]] dan [[Vietnam]] bagian selatan.<ref>[[#Taylor|Taylor (2003)]], pp. 22–26; [[#Ricklefs|Ricklefs (1991)]], pp. 3</ref> Sriwijaya pada masa itu mengendalikan
Pada abad ke-8, [[Medang]] yang dipimpin oleh [[Wangsa Sailendra]], yang sebagian besar bercorak [[Mahāyāna|Buddha Mahayana]], berdiri di daerah [[Jawa Tengah]] dan mendapat pengaruh luas. Pada abad ke-9, wangsa tersebut terpecah dan sebagian menyingkir ke Sumatra, lalu menguasai Sriwijaya, hingga kejatuhan kemaharajaan tersebut pada abad ke-11.<ref>George Coedes. 1934. ''On the origins of the Sailendras of Indonesia''. Journal of the Greater India Society I: 61–70.</ref><ref name="sejnas">Marwati Poesponegoro & Nugroho Notosusanto. 1990. ''Sejarah Nasional Indonesia Jilid II''. Jakarta: Balai Pustaka.</ref> Beberapa ahli menganggap bahwa beberapa raja Medang yang beragama [[Agama Hindu|Hindu]] [[Syiwa]] sebagai suatu
Setelah pemerintahan [[Airlangga]] dari Medang berakhir pada tahun 1042, Medang terbagi menjadi [[Kerajaan Panjalu|Panjalu (Kadiri)]] dan [[Kerajaan Janggala|Janggala]]. Janggala ditaklukkan oleh Panjalu pada tahun 1135. [[Ken Arok]] dari [[Wangsa Rajasa]] kemudian menaklukkan Panjalu dan mendirikan [[Kerajaan Singasari|Kerajaan Singasari (Tumapel)]] pada tahun 1222, yang mengakhiri kekuasaan Wangsa Isyana/Sailendra di Jawa. Kerajaan ini runtuh pada tahun 1292 oleh pemberontakan yang dipimpin oleh [[Jayakatwang]], sisa dari Wangsa Isyana. Namun, pemberontakan tersebut ditumpas setahun setelahnya oleh [[Raden Wijaya]], menantu [[Kertanagara|Kertanegara]] yang merupakan raja terakhir Singasari.<ref name="sejnas" /><ref name="negarakertagama" />
[[Berkas:Majapahit Empire id.svg|jmpl|500x500px|Peta wilayah [[Majapahit]] berdasarkan [[Kakawin Nagarakretagama|Kakawin Nagarakertagama]].]]
Raden Wijaya mendirikan [[Majapahit]] yang bercorak [[Ajaran Syiwa-Buddha|Syiwa-Buddha]]. Kerajaan tersebut pada perkembangannya menjadi suatu kemaharajaan atau [[kekaisaran]] terbesar di Nusantara, dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas pada masa kejayaannya, yaitu meliputi Sumatra, [[Semenanjung Malaka]], daerah pesisir dan dataran rendah Kalimantan, [[Sulawesi]] bagian selatan dan timur, [[Nusa Tenggara]], [[Maluku]], hingga ujung barat [[Papua]].<ref name="negarakertagama" /> Majapahit terutama mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan [[Hayam Wuruk]], dengan [[Patih]] ''Amangkubhumi'' [[Gajah Mada]], yang sangat terkenal dengan [[Sumpah Palapa]] yang berisi ikrar untuk menyatukan seluruh wilayah [[Nusantara]].<ref name="JPMajapahit">{{cite news|author=Sita W. Dewi|date=9 April 2013|title=Tracing the glory of Majapahit|url=http://www.thejakartapost.com/news/2013/04/09/tracing-glory-majapahit.html|newspaper=The Jakarta Post|accessdate=5 February 2015|archive-date=2022-07-11|archive-url=https://web.archive.org/web/20220711235400/https://www.thejakartapost.com/news/2013/04/09/tracing-glory-majapahit.html|dead-url=no}}</ref> Majapahit pada masanya terkenal sebagai negara [[Pertanian|agraris]] dan juga sebagai negara [[perdagangan]] yang mengatur
Sampai sebelum masuknya [[kolonialisme|penjajah]] di Nusantara, kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang masih bertahan adalah [[Kerajaan Blambangan|Blambangan]] di [[Jawa|Pulau Jawa]] bagian timur jauh,<ref name="hb3mus">Basri, Hasan (Ed). 2006. Pangeran Jagapati, Wong Agung Wilis dan Sayu Wiwit. 3 Pejuang Dari Blambangan. Banyuwangi: Penerbit Pemda Kabupaten Banyuwangi</ref> serta [[Kerajaan Bali|kerajaan-kerajaan Bali]] bekas [[Kerajaan Gelgel|Gelgel]], yakni [[Kerajaan Klungkung|Klungkung]], [[Kerajaan Buleleng|Buleleng]], [[Kerajaan Karangasem|Karangasem]], [[Kerajaan Badung|Badung]], Tabanan, [[Kerajaan Gianyar|Gianyar]], [[Kerajaan Bangli|Bangli]], [[Kerajaan Mengwi|Mengwi]] (dalam perkembangan bergabung dengan Badung), dan [[Kerajaan Jembrana|Jembrana]].<ref>{{Cite news|last=Suadnyana|first=I Wayan Sui|date=2019-03-10|title=TRIBUN WIKI - Inilah 9 Puri di Bali yang Masih Ada Hingga Kini|url=https://bali.tribunnews.com/2019/03/10/tribun-wiki-inilah-9-puri-di-bali-yang-masih-ada-hingga-kini|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id|access-date=2022-09-16|archive-date=2022-09-20|archive-url=https://web.archive.org/web/20220920170820/https://bali.tribunnews.com/2019/03/10/tribun-wiki-inilah-9-puri-di-bali-yang-masih-ada-hingga-kini|dead-url=no}}</ref>
==== Kesultanan Islam ====
Baris 165:
Kesultanan-kesultanan yang pernah berdiri di [[Kepulauan Nusa Tenggara]], yaitu [[Kesultanan Bima|Bima]], [[Kesultanan Sumbawa|Sumbawa]], [[Kerajaan Adonara|Adonara]], [[Kerajaan Dompu|Dompu]], [[Kerajaan Selaparang|Selaparang]], [[Kerajaan Sanggar|Sanggar]], dan [[Lamakera]]. Sementara kesultanan-kesultanan yang pernah berdiri di Papua adalah [[Kerajaan Sekar|Sekar]], [[Kerajaan Patipi|Patipi]], [[Kerajaan Fatagar|Fatagar]], dan [[Kerajaan Kaimana|Kaimana]].
Kejayaan kesultanan-kesultanan Islam mulai memudar setelah bangsa-bangsa asing masuk dan menerapkan [[kolonialisme|penjajahan]] di [[Nusantara]]. Sebagian di antaranya dibubarkan oleh pemerintah kolonial setelah mengalami kekalahan [[perang]], dan sebagian lainnya menjadi [[Swapraja|daerah swapraja]] (''zelfbestuur'') di bawah kekuasaan pemerintahan kolonial.<ref name="KohPh.D.2009">{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=MWlFCQAAQBAJ&pg=PA10|title=Culture and Customs of Singapore and Malaysia|author1=Jaime Koh|first=|author2=Stephanie Ho Ph.D.|date=22 Juni 2009|publisher=ABC-CLIO|isbn=978-0-313-35116-7|location=|page=9|pages=|url-status=live}}</ref>
==== Kerajaan Kristen ====
{{Utama|Sejarah Nusantara pada era kerajaan Kristen}}
[[Kekristenan]] dibawa oleh para [[misionaris]] dari [[Dunia Barat]]. [[Gereja Katolik Roma|Kristen Katolik]] umumnya dibawa ke Indonesia oleh [[bangsa Portugis]], sementara [[Protestanisme|Kristen Protestan]] umumnya dibawa oleh [[bangsa Belanda]]. Selama
Masuknya Agama Kristen di Sulawesi dan Maluku, khususnya wilayah yang saat ini dalam Provinsi [[Sulawesi Utara]], diawali dengan kedatangan [[bangsa Portugis]] yang membawa Katolik pada abad ke-16, tetapi kemudian digantikan oleh Protestan yang dibawa oleh misionaris Belanda, setelah orang-orang Portugis diusir oleh pasukan Belanda pada abad ke-17. Kerajaan-kerajaan Kristen yang terbentuk di Pulau Sulawesi adalah [[Kerajaan Bolaang Mongondow|Bolaang Mongondow]], [[Kerajaan Manganitu|Manganitu]], [[Kerajaan Manado|Manado]], [[Kerajaan Moro|Moro]], [[Kerajaan Siau|Siau]], [[Kerajaan Soya|Soya]], dan [[Kerajaan Tagulandang|Tagulandang]].<ref>{{Cite journal|last=Ahmad|first=I.|date=2014|title=Agama Sebagai Perubahan Sosial: Kristenisasi di Tobelo 1866-1942|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/download/23785/15663|journal=Lembaran Sejarah|volume=11|issue=1|pages=83-98|doi=|issn=2620-5882|ref={{sfnref|Ahmad|2014}}}}</ref>
Baris 181:
{{utama|Imperium Portugal di Nusantara}}
[[Berkas:Myristica fragrans - Köhler–s Medizinal-Pflanzen-097.jpg|lurus|ki|jmpl|[[Tanaman]] [[pala]] menjadi salah satu komoditas yang mendorong bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan dunia, hingga sampai di [[Nusantara]].]]
Sejak terputusnya jalur perdagangan [[Laut Tengah]] karena jatuhnya [[Konstantinopel]] ke tangan bangsa [[Turki Utsmani]] pada tahun 1453, bangsa-bangsa [[Eropa]] sejak saat itu berusaha mencari jalur alternatif lain untuk memperoleh komoditas [[rempah-rempah]] yang dibutuhkan. Berkembangnya teknologi [[pelayaran]] pada abad ke-16 membuat bangsa-bangsa Eropa melakukan [[ekspedisi|penjelajahan]] jalur laut besar-besaran untuk mencari dan [[kolonialisme|menguasai]] wilayah-wilayah yang kaya akan [[rempah-rempah]].<ref>{{Cite book|last=Pradjoko|first=Didik|date=2008|title=Modul I Sejarah Indonesia|location=Depok|publisher=Universitas Indonesia Press|pages=5}}</ref>
Sebagai salah satu bangsa yang merintis gelombang
Pada tahun 1512, Albuquerque mengirimkan armada yang dipimpin oleh [[António de Abreu]] dan [[Francisco Serrão]] menuju [[Kepulauan Maluku]] demi memonopoli perdagangan [[cengkih]] dan [[pala]].<ref name="detik-portugis">{{Cite web|date=2021-08-18|last=Kristina|title=Sejarah Mendaratnya Portugis di Indonesia, Pendatang Pertama dari Eropa|url=https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5684923/sejarah-mendaratnya-portugis-di-indonesia-pendatang-pertama-dari-eropa|website=DetikEdu|language=id-ID|access-date=2022-09-22}}</ref> Pasukan tersebut disambut baik oleh Sultan [[Kesultanan Ternate|Ternate]] saat itu, yakni [[Bayanullah dari Ternate|Bayanullah]]. Ia mengizinkan armada Portugis untuk membangun benteng dan mendapat hak monopoli perdagangan rempah-rempah di Ternate, dengan imbalan bantuan kekuatan militer untuk Ternate, karena pada saat itu Ternate sedang bermusuhan dengan [[Kesultanan Tidore|Tidore]].<ref name="tirto-portugis" /> Benteng tersebut kini menjadi situs reruntuhan bernama [[Benteng Kastela]].
Pada tahun 1521, armada Spanyol yang melakukan
[[Berkas:AtlasMiller BNF Insulindia Malucos.jpg|250px|jmpl|Peta buatan tahun 1519 yang menunjukkan pulau-pulau di [[Maluku Utara]], yang dipasangkan dengan bendera Portugal saat itu.]]
Armada Portugis yang ada di Nusantara meneruskan ambisi memperbesar wilayah
Persaingan antara kubu Ternate–[[Imperium Portugal|Portugal]] melawan kubu Tidore–[[Imperium Spanyol|Spanyol]] di Kepulauan Maluku yang semakin memanas akhirnya membuat [[perang]] meletus. Selama peperangan yang terjadi cukup lama di antara kedua kubu tersebut, kekuatan kubu Ternate–Portugal menjadi semakin unggul. Peperangan tersebut berakhir dengan kekalahan kubu Tidore–Spanyol dan penandatanganan [[Perjanjian Zaragoza]] pada tanggal [[22 April]] [[1529]], yang menyebabkan armada Spanyol harus angkat kaki dari Maluku dan kembali ke Kepulauan Filipina.<ref name="ternate-tidore">{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|title=Keruwetan Perang Ternate-Portugis vs Tidore-Spanyol|url=https://tirto.id/keruwetan-perang-ternate-portugis-vs-tidore-spanyol-czsX|website=tirto.id|language=id|access-date=2023-03-03}}</ref>
Setelah kepergian Spanyol, hubungan antara Portugal dan Ternate mulai meregang. Bangsa Portugis mulai mencoba untuk memperbesar pengaruh mereka, sementara pemerintah Ternate mulai menyadari bahwa orang-orang Portugis sudah terlalu banyak ikut campur dengan urusan internal negara, terutama mengenai
==== Awal kolonisasi Belanda dan monopoli VOC ====
{{utama|Perusahaan Hindia Timur Belanda di Nusantara}}
[[Berkas:Cornelis de Houtman.jpg|jmpl|ki|175px|[[Cornelis de Houtman]], pelopor [[bangsa Belanda]] masuk ke Kepulauan Nusantara.]]
Didorong oleh
Melihat keberhasilan rombongan Houtman, mulai tahun 1598 hingga beberapa tahun setelahnya, berbagai kapal yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan berbeda berbondong-bondong menuju Nusantara demi mencari rempah-rempah. Salah satu di antaranya yang paling terkenal adalah [[Ekspedisi Kedua Belanda ke Nusantara|rombongan ekspedisi]] yang dipimpin [[Jacob Corneliszoon van Neck]]. Belajar dari kesalahan yang dilakukan oleh armada-armada Portugis dan rombongan Houtman, mereka umumnya berhati-hati dalam bersikap kepada penduduk lokal dan bahkan mencoba untuk merangkul penguasa-penguasa lokal. Oleh karena itu, pedagang-pedagang Belanda berhasil dalam memonopoli perdagangan rempah saat itu.<ref name="tirto-belanda" />
|