Moksa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Penambahan informasi
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Penambahan informasi
Baris 33:
''Moksa'' adalah konsep yang diasosiasikan dengan ''saṃsāra'' (putaran reinkarnasi). ''Samsara'' berasal dari gerakan keagamaan pada milenium pertama sebelum masehi. Gerakan-gerakan seperti Budha, Jainisme, dan aliran baru dalam agama Hindu, memandang kehidupan manusia sebagai belenggu proses kelahiran kembali yang berulang. Keterikatan pada kelahiran kembali dan kehidupan yang berulang-ulang, setiap kehidupan mengalami cedera, penyakit, dan penuaan, dipandang sebagai siklus [[penderitaan]]. Dengan terbebas dari siklus ini, penderitaan yang terlibat dalam siklus ini juga berakhir. Pelepasan ini disebut dengan ''moksa'', ''nirwana'', ''kaivalya'', ''mukti'', dan istilah-istilah lainnya dalam tradisi religius India. Sebuah hasrat untuk lepas dari rasa sakit dan penderitaan ini tampaknya merupakan akar dari perjuangan mencapai moksa, dan umumnya diyakini bahwa moksa adalah dengan kata lain kenyataan, hanya dapat dicapai pada akhir kehidupan, bukan pada saat itu. Bagaimanapun, ada juga anggapan bahwa moksa dapat dicapai selama hidup dalam bentuk pencerahan yang disebut jivan-mukti, meskipun hal ini masih bergantung pada upaya pribadi dan spiritual yang dikaitkan dengan pencapaian moksa.
 
Gagasan eskatologis berevolusi dalam Hinduisme. Dalam pengetahuan paling awal Veda, surga dan neraka sudah mencukupi keingintahuan soteriologis. Seiring berjalannya waktu, para cendekiawan zaman dahulu mengamati bahwa setiap orang memiliki kualitas hidup berbudi luhur atau berdosa yang mereka jalani berbeda-beda, dan mulai mempertanyakan bagaimana perbedaan ''puṇya'' (pahala, perbuatan baik) atau pāp (keburukan, dosa) setiap orang sebagai manusia memengaruhi kehidupan mereka di akhirat. Pertanyaan ini mengarah kepada konsepsi sebuah kehidupan setelah kematian di mana orang tersebut tinggal di surga atau neraka, sebanding dengan kelebihan atau kekurangannya, lalu kembali ke bumi dan dilahirkan kembali, putaran ini terus berlanjut tanpa henti. Ide kelahiran kembali pada akhirnya berkembang menjadi gagasan saṃsāra, atau transmigrasi – di mana keseimbangan ''[[karma]]'' seseorang menentukan kelahiran kembali seseorang. Seiring dengan gagasan saṃsāra ini, para cendikiawan zaman dahulu mengembangkan konsep ''moksa'', sebagai keadaan yang melepaskan seseorang dari putaran ''saṃsāra. Moksa'' melepas pengertian eskatologis dalam pengetahuan kuno Hiduisme,
== Pencapaian ==
 
Dalam [[Hinduisme]], ''[[jnana|atma-jnana]]'' (kesadaran akan "sang diri") adalah kunci untuk meraih moksa. [[Umat Hindu]] boleh melakukan suatu bentuk (atau lebih) dari beberapa macam [[Yoga]] - [[Bhakti Yoga|Bhakti]], [[Karma Yoga|Karma]], [[Jnana Yoga|Jnana]], [[Raja Yoga|Raja]] - dengan menyadari bahwa Tuhan bersifat tak terbatas dan mampu hadir dalam berbagai wujud, baik bersifat personal maupun impersonal.
== ''Pencapaian'' ==
DalamDala, datang dari pengetahuan-diri dan kesadaraan kesatuan jiwa yang tertinggi.m [[Hinduisme]], ''[[jnana|atma-jnana]]'' (kesadaran akan "sang diri") adalah kunci untuk meraih moksa. [[Umat Hindu]] boleh melakukan suatu bentuk (atau lebih) dari beberapa macam [[Yoga]] - [[Bhakti Yoga|Bhakti]], [[Karma Yoga|Karma]], [[Jnana Yoga|Jnana]], [[Raja Yoga|Raja]] - dengan menyadari bahwa Tuhan bersifat tak terbatas dan mampu hadir dalam berbagai wujud, baik bersifat personal maupun impersonal.
 
Diyakini bahwa ada empat [[Yoga]] (pengendalian) atau ''[[marga]]'' (jalan) untuk mencapai moksa. Hal ini meliputi: berbakti demi Yang Mahakuasa ([[Karma Yoga]]), memahami Yang Mahakuasa ([[Jnana Yoga]]), bermeditasi kepada Yang Mahakuasa ([[Raja Yoga]]), dan melayani Yang Mahakuasa dengan bakti yang tulus ([[Bhakti Yoga]]). Tradisi Hinduisme yang berbeda-beda memiliki kecenderungan antara jalan yang satu dengan yang lainnya, beberapa yang terkenal di antaranya adalah tradisi [[Tantra]] dan [[Yoga]] yang berkembang dalam Hinduisme.