Moksa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Koreksi
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Koreksi
Baris 115:
Sastra kuno beragam mazhab Hindu kadang-kadang meng gunakan frasa-frasa berbeda untuk ''moksa''. Sebagai contoh, ''Keval jnana'' or ''kaivalya'' ("keadaan mutlak"), ''Apavarga'', ''Nihsreyasa'', ''Paramapada'', ''Brahmabhava'', ''Brahmajnana,'' dan ''Brahmi sthiti''. Sastra modern juga menggunakan istilah Buddha nirwana secara bergantian dengan ''moksa'' dalam Hindu. Terdapat perbedaan di antara gagasan-gagasan ini, seperti yang dijelaskan di artikel ini, tetapi mereka semua adalah konsep soteriologis berbadai tradisi religius India.
 
Enam mazhab ortodoks utama Hindu telah melakukan perdebatan bersejarah, dan tidak menyetujui apakah ''moksa'' dapat dicapai semasa hidup, atau hanya setelahnya. Banyak dari 108 Upanishad membahas antara lain tentang ''moksa''. Diskusi-diskusi ini menunjukkan perbedaan di antara mazhab Hindu, kurangnya konsesus, dengan beberapa upaya untuk menyamakan perspektif yang berbeda antara berbagai mazhab. Sebagai contoh, kebebasan dan penyampaian reinkarnasi, pendapat Maitrayana Upanishad, tidak berasal dari doktrin mazhab Wedanta (pengetahuan tentang Diri sendiri sebagai Jiwa Yang Maha TinggiMahatinggi) bukan dari doktrin mazhab Samkhya (membedakan Purusha dari apa yang bukan), tetapi dari studi Weda, pelaksanaan ''Svadharma'' (tugas pribadi), berpegang teguh pada ''Asrama'' (tahapan dari kehidupan).
 
filsafat enam mazhab ortodoks utama Hindu ini menawarkan pandangan-pandangan berikut terhadap ''moksa'', masing-masingnya memiliki alasan sendiri: mazhab Hindu Nyaya, Vaisesika dan Mimamsa menganggap ''moksa'' hanya mungkin terjadi setelah kematian. mazhab Samkhya dan Yoga mempertimbangkan ''moksa'' mungkin terjadi semasa hidup. Dalam mazhab Wedanta, sub-mazhab Advaita menyimpulkan ''moksa'' mungkin terjadi semasa hidup, sementara tradisi sub-mazhab Dvaita, Visistadvaita, Shuddhadvait yakin bahwa ''moksa'' adalah peristiwa yang berkelanjutan, seseorang dibantu oleh pengabdian yang penuh kasih terhadap Dewa, yang meluas dari kehidupan saat ini hingga setelah kematian. Melampaui enam mazhab ini, beberapa tradisi mazhab heterodoks Hindu, seperi Carvaka, menolak bahwasannya terdapat sebuah jiwa atau kehidupan setelah ''moksa''.