Moksa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Koreksi
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Koreksi
Baris 133:
Vivekachudamani, yang secara harafiah berarti "Mahkota Permata Penalaran Diskriminatif", adalah sebuah buku yang dikhususkan untuk ''moksa'' di filsafat Wedanta. Ini menjelaskan perilaku dan pengejaran apa yang mengarah pada ''moksa'', seperti tindakan dan asumsi apa yang menghalangi ''moksa''. Empat keadaan esensial, menurut Vivekachudamani, sebelum seseorang dapat memulai jalan ''moksa'', termasuk (1) ''vivekah'' (diskriminasi, penalaran kritis) antara prinsip abadi dan dunia sekilas; (2) ''viragah'' (ketidakpedulian, kurangnya keinginan) untuk penghargaan materiil; (3) ''samah'' (ketenangan pikiran), dan (4) ''damah'' (pengendalian diri, [[Kesederhanaan (kebajikan)|kesederhanaan]]). ''Brahmasutrabhasya'' menambahkan empat persyaratan di atas, yaitu: ''uparati'' (tidak adanya bias, objektivitas), ''titiksa'' (ketahanan, kesabaran), ''sraddha'' (keyakinan), dan ''samadhana'' (niat, komitmen).
 
Tradisi Adwaita mempertimbangkan ''moksa'' yang dapat dicapai dengan menghilangkan avidya (penolakan). ''Moksa'' terlihat sebagai pelepasan final dari ilusi, dan melalui pengetahuan (''anubhava'') sifat dasar diri sendiri, yaitu Satcitananda. Advaita berpendapat tidak ada pembedaan wujud/non wujudnonwujud antara ''Atman'', ''[[Brahman]]'', dan ''Paramatman''. Pengetahuan Brahman mengarah pada ''moksa'', dimana Brahman digambarkan sebagai yang merupakan asal mula dan akhir segala sesuatu, prinsip universal di balik dan sumber segala sesuatu yang ada, kesadaran yang meresap apa pun dan apa saja. Advaita Wedanta menekankan [[Jnana Yoga]] sebagai alat untuk mencapai ''moksa''. Kebahagiaan, klaim mazhab ini, adalah buah ilmu (vidya) dan kerja (karma).
 
Tradisi [[Dwaita]] (dualisme) mendefinisikan ''moksa'' sebagai kesatuan yang penuh kasih dan kekal dengan Dewa dan dianggap sebagai kesempurnaan tertinggi dari keberadaan. Mazhab Dwaita menyarankan setiap jiwa menemui pembebasan secara berbeda. Mazhab dualis (seperti [[Waisnawa]]) memandang Dewa sebagai objek kasih sayang, seperti konsepsi monoteistik yang dipersonifikasikan tentang [[Siwa]], [[Wisnu]], atau Adishakti. Dengan membenamkan diri dalam kasih sayang Dewa, [[karma]] seseorang terkelupas, ilusi seseorang memudar, dan kebenaran dijalani. Baik yang dipuja dan yang memuja secara gradual kehilangan rasa keterpisahan mereka yang ilusif dan hanya Satu di luar segala nama yang tersisa. Ini adalah penyelamatan dualis mazhab Hindu. Dwaita Wedanta menekankan [[Bhakti Yoga]] sebagai alat untuk mencapai ''moksa''.