Moksa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Koreksi
Arindashifa (bicara | kontrib)
k Koreksi
Baris 140:
 
=== Moksa dalam hidup ini ===
Di antara mazhab Hindu Samkhya, Yoga, dan Wedanta, pembebasan dan pembebasan yang dicapai dalam kehidupan seseorang merujuk ke ''jivanmukti,'' dan individu yang telah mengalami keadaan ini disebut ''jivanmukta'' (seseorang yang memahami-diri). Lusinan Upanishads, termasuk mereka dari periode pertengahan Upanishadic, menyebutkan atau menggambarkan keadaan pembebasan, ''jivanmukti''. Beberapa menentang ''jivanmukti'' dan ''videhamukti'' (''moksa'' dari samsara setelah kematian). Jivanmukti adalah keadaan yang mengubah alam, atribut, dan perilaku seseorang, menurut teksnaskah-teksnaskah filsafat kuno Hindu. Sebagai contoh, menurut Naradaparivrajaka Upanishad, seseorang yang merdeka menunjukkan atribut seperti:
 
* ia tidak terganggu oleh kata-kata yang tidak terhormat dan menanggung kekejaman, memperlakukan yang lain dengan hormat tanpa memandang bagaimana yang lain memperlakukannya;
Baris 161:
 
=== Moksa dalam Hindu Bali ===
Hindu Bali menggabungkan ''mo''ksa sebagai satu dari lima ''tattva''. Empat lainnya yaitu: ''brahman'' (satu-satunya kepala dewa tertinggi, jangan bingungberbeda dengan Brahmana), ''atma'' (jiwa atau roh), ''karma'' (tindakan dan timbal balik, kausalitas), dan ''samsara'' (prinsip kelahiran kembali, reinkarnasi). ''Moksa'', dalam kepercayaan Hindu Bali, adalah kemungkinan kesatuan dengan sang ilahi; kadang-kadang dirujuk sebagai nirwana.
 
== Pencapaian ==
Baris 177:
 
== Buddha ==
Dalam mazhab Buddha, istilah "moksa" itu tidak umum, tetapi sama dengan istilah ''vimutti,'' "melepas". Dalam sutta disebutkan dua bentuk pelepasan, yaitu ''ceto-vimutti'', “pembebasan pikiran,” dan ''panna-vimutti'', “pembebasan melalui kebijaksanaan” (pandangan terang). ''Ceto-vimutti'' terkait dengan praktik dhyana, sementara ''panna-vimutti'' terikat dengan pengembangan sastrapengetahuan. Menurut Gombrich, pembedaannya mungkin merupakan perkembangan selanjutnya, yang mengakibatkan perubahan doktrin, mengenai praktik ''dhyana'' tidak cukup untuk pembebasan akhir.
 
Dengan pelepasan datanglah Nirwana (Pali: Nibbana), "meniup", "memadamkan", atau "mematikan" api nafsu dan pandangan diri. Ini adalah "keadaan abadi" di mana tidak ada lagi yang sengsara.
 
Nirwana mengakhiri putaran [[Dukkha]] dan reinkarnasi di enam alam samsara (Buddhisme). Ini adalah bagian dari doktrin [[Empat Kebenaran Mulia]] mazhab buddhaBuddha, yang memainkan peran penting dalam Buddhisme Theravada. Nirwana digambarkan sebagai keadaan pelepasan yang ditandai dengan "kekosongan" dan realisasi [[Anatta|tanpa Diri]]. Deskripsi seperti itu, kata Peter Harvey, dibantah oleh para sarjanacendekiawan karena nirwana dalam mazhab buddhaBuddha pada akhirnya digambarkan sebagai keadaan "kesadaran yang terhenti (meledak), tetapi bukan berarti tidak ada", dan "tampaknya mustahil untuk membayangkan seperti apa kesadaran tanpa objek apa pun".
 
== Jainisme ==
Dalam mazhab Jainisme, ''moksa'' dan ''nirwana'' adalah satu dan sama. TeksNaskah Jainisme terkadang menggunakan istilah ''Kevalya'', dan menyebut jiwa yang terbebaskan sebagai ''Kevalin''. Seperti halnya semua mazhab di India, ''moksa'' adalah tujuan spiritual utama Jainisme. Ini mendefinisikan ''moksa'' sebagai pelepasan spiritual dari semua karma.
 
Jainisme adalah filsafat non-teistik [[Sramana]] yang percaya pada diri atau [[jiwa]] metafisik permanen yang sering disebut ''jiva''. Jaina percaya bahwa jiwa ini adalah apa yang berpindah dari satu ke lainnya pada waktu kematian. Keadaan ''moksa'' dicapai ketika jiwa ([[atman]]) terbebas dari siklus kematian dan reinkarnasi (samsara), berada di puncak, mahatahu, menetap di sana selamanya, dan dikenal sebagai siddha. Di Jainisme, ini diyakini sebagai tahap melampaui pencerahan dan kesempurnaan etika, kata Paul Dundas, karena mereka dapat melakukan aktivitas fisik dan mental seperti mengajar, tanpa menimbulkan karma yang mengarah pada reinkarnasi.
 
Tradisi Jaina percaya bahwa ''Abhavya'' (tidak mampu), atau golongan jiwa yang tidak pernah bisa mencapai ''moksa'' (pembebasan) itu ada. Keadaan jiwa ''Abhavya'' dimasuki setelah tindakan jahat yang disengaja dan mengejutkan, tetapi teksnaskah Jaina juga menerapkan kondisi ''Abhavya'' secara polemik kepada mereka yang termasuk dalam tradisi India kuno yang bersaing yang disebut ''[[Ājīvika]]''. Seorang pria dianggap yang paling dekat dengan puncak ''moksa'', dengan potensi mencapai pembebasan, khususnya melalui asketisme. Kemampuan wanita untuk mencapai ''moksa'' masih menjadi perdebatan, dan subtradisi Jainisme tidak mendukungnya. Di dalam tradisi Digambara Jainisme, wanita harus hidup secara etis dan memeroleh pahala karma untuk terlahir kembali sebagai seorang pria, karena hanya pria yang dapat mencapai pembebasan spiritual. Sebaliknya, tradisi Śvētāmbara memercayai bahwa wanita juga dapat mencapai ''moksa'' seperti pria.
 
Menurut Jainisme, pemurnian jiwa dan pembebasan dapat dicapai melalui jalan tiga permata: ''Samyak darśana'' (Pandangan Benar), artinya keyakinan, penerimaan kebenaran jiwa (''jīva''); ''Samyak jnana'' (sastraPengetahuan yang Benar), artinya sastrapengetahuan yang tidak diragukan lagi tentang ''tattva''; dan ''Samyak charitra'' (Perilaku Benar), artinya perilaku yang sesuai dengan Lima Sumpah. TeksNaskah Jaina kadang-kadang menambahkan ''samyak tap'' (Pertapaan yang Benar) sebagai permata keempat, menekankan keyakinan pada praktik pertapaan sebagai sarana menuju pembebasan (moksa). Keempat permata tersebut disebut ''moksa marg''. Menurut teksnaskah Jaina, jiwa murni yang terbebaskan (''Siddha'') naik ke puncak alam semesta (''Siddhashila'') dan berdiam di sana dalam kebahagiaan abadi.
 
== Sikhisme ==