Fatmawati: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Obets451 (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Reformat 2 URLs (Wayback Medic 2.5)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
Baris 25:
|footnotes =
}}
'''[[Hajjah|Hj.]] Fatmawati Soekarno''' ({{lahirmati|[[Bengkulu]]|5|2|1923|[[Kuala Lumpur]], [[Malaysia]]|14|5|1980}})<ref>[http://www.surya.co.id/2009/02/05/tiga-putri-bung-karno-raih-penghargaan-muri.html Tiga Putri Bung Karno Raih Penghargaan MURI] {{Webarchive|url=https://archive.istoday/20110620000644/http://www.surya.co.id/2009/02/05/tiga-putri-bung-karno-raih-penghargaan-muri.html |date=2011-06-20 }} (Indonesian)</ref> adalah istri dari [[Daftar Presiden Indonesia|Presiden Indonesia pertama]] [[Soekarno]]. Ia menjadi [[Ibu Negara Republik Indonesia|Ibu Negara Indonesia]] pertama dari tahun 1945 hingga tahun 1967 dan merupakan istri ke-3 dari presiden pertama [[Indonesia]] yaitu [[Soekarno]] dan merupakan ibunda dari presiden kelima, [[Megawati Soekarnoputri]].<ref>{{Cite news|title=Sosok Berjasa Saat Proklamasi 17 Agustus 1945, Ini Profil Fatmawati Penjahit Bendera Merah Putih|url=https://kabarpriangan.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-1486914979/sosok-berjasa-saat-proklamasi-17-agustus-1945-ini-profil-fatmawati-penjahit-bendera-merah-putih|work=[[Pikiran Rakyat]]|language=id|access-date=2023-05-22}}</ref> Ia juga dikenal akan jasanya dalam menjahit [[Bendera]] Pusaka [[Sang Saka Merah Putih]] yang turut dikibarkan pada saat upacara [[Proklamasi]] Kemerdekaan [[Indonesia]] di [[Jakarta]] pada tanggal 17 Agustus 1945.
 
== Kehidupan ==
Baris 48:
 
== Kisah menjahit bendera ==
Setahun setelah pernikahannya itu, [[Jepang]] menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia. Bendera Merah Putih juga boleh dikibarkan dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya diizinkan berkumandang. Ibu Fatmawati kemudian berfikir bahwa memerlukan bendera Merah Putih untuk dikibarkan di [[MALAYA, Kelapa Gading, Jakarta Utara|Pegangsaan 56]]. "Pada waktu itu tidak mudah untuk mendapatkan kain merah dan putih di luar," tulis Chaerul Basri dalam artikelnya "Merah Putih, Ibu Fatmawati, dan Gedung Proklamasi" yang dimuat di Harian Kompas, 16 Agustus 2001. Barang-Barang bekas impor, semuanya berada di tangan [[Jepang]], dan kalau pun ada di luar, untuk mendapatkannya harus dengan berbisik-bisik," tulisnya.<ref name=":0">{{Cite news|last=Dzulfaroh|first=Ahmad Naufal|date=2020-08-16|title=Profil Ibu Fatmawati Soekarno dan Kisahnya Menjahit Sang Merah Putih...|url=https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/16/073000465/profil-ibu-fatmawati-soekarno-dan-kisahnya-menjahit-sang-merah-putih-|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-03-09|editor-last=Wedhaswary|editor-first=Inggried Dwi|archive-date=2021-02-11|archive-url=https://archive.phtoday/20210211221038/https://www.kompas.com/tren/read/2020/08/16/073000465/profil-ibu-fatmawati-soekarno-dan-kisahnya-menjahit-sang-merah-putih-?page=all|dead-url=no}}</ref>
 
Berkat bantuan Shimizu, yang merupakan orang ditunjuk oleh Pemerintah Jepang sebagai perantara dalam perundingan [[Jepang]]-[[Indonesia]]. Ibu Fatmawati akhirnya mendapatkan kain merah putih. Shimizu mengusahakannya lewat seorang pembesar [[Jepang]], yang memimpin gudang di Pintu Air, di depan eks Bioskop Capitol. Bendera itulah yang berkibar di Pegangsaan Timur saat Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.<ref name=":0" />