Kadipaten Surabaya: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 53:
 
== Penguasa ==
Para penguasa Surabaya memiliki gelar ''[[wiktionary:adipati|adipati]]''{{Sfn}}.<ref>{{Wiktionary-inline|adipati}}</ref> Para penguasa menjadi Muslim dari setidaknya 1513, ketika Surabaya masih menjadi bawahan [[Majapahit]] yang beragama Hindu-Buddha.{{Sfn}} Adipati Surabaya mengaku keturunan dari [[Walisongo|Sunan Ampel]] (1401-1481), salah satu dari [[Walisongo|sembilan wali]] (''wali songo'') yang terkenal dengan penyebaran Islam di Jawa.{{Sfn}}{{Sfn}}{{Sfn}} Namun, de&nbsp;Graaf menulis bahwa tidak ada bukti untuk klaim ini meskipun dia menganggap itu kemungkinan bahwa keluarga penguasa masih punya hubungan jauh dengan Sunan Ampel.{{Sfn}}{{Sfn}}Adipati terakhir Surabaya adalah Jayalengkara ({{Reign|?|1625}} ?{{Reign|?1601|1625}} 1625), yang pada saat Surabaya jatuh pada tahun 1625 sudah buta dan tua.{{Sfn}} putranya, Pangeran Pekik, dipaksa untuk tinggal di Mataram setelah Mataram menang.{{Sfn}} Dia kemudian menikah dengan saudari Sultan Agung, dan menurut de&nbsp;Graaf, "berperan besar dalam memperadabkan keraton" Mataram.{{Sfn}}
 
== Referensi ==