Mush'ab bin Umair: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Mengembalikan suntingan oleh Hanin Al Wafa (bicara) ke revisi terakhir oleh Arya-Bot
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Hanin Al Wafa (bicara | kontrib)
duta islam
Tag: Pengembalian manual Dikembalikan menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor
Baris 37:
== Sebagai duta Islam ==
Mush'ab bin Umair kemudian diangkat sebagai duta Islam pertama dan dikirim ke Yatsrib ([[Madinah]])<ref name="First ambassador of Islam">{{cite book | author=UNESCO | title=Different Aspects of Islamic Culture: Vol.3: The Spread of Islam Throughout the World Volume 3 of Different aspects of Islamic culture | url=https://books.google.com/?id=qVYT4Kraym0C&pg=PA51&dq=musab+first+ambassador+of+muslim+world&cd=4 | access-date=9 Agustus 2012 | year=2012 | publisher=UNESCO, 2012 | isbn=9789231041532 | page=51– | archive-date=2020-05-21 | archive-url=https://web.archive.org/web/20200521104307/https://books.google.com/books?id=qVYT4Kraym0C&pg=PA51&dq=musab+first+ambassador+of+muslim+world&cd=4&hl=en | dead-url=no }}</ref><ref name="Musab as a first envoy">{{cite book | author=Safi ur Rahman Al Mubarakpuri | title=Ar-Raheeq Al-Makhtūm | url=https://books.google.com/?id=r_80rJHIaOMC&pg=PA187&dq=Musab+ibn+umayr+the+first+envoy+of+islam&cd=5 | access-date=7 Agustus 2012 | year=2002 | publisher=Darussalam, 2002 | isbn=9789960899558 | page=187,338–}}</ref> untuk menjadikan kota tersebut sebagai tujuan hijrah setelah baiat pertama [[kaum Anshar]]. Seorang laki-laki dari Madinah yang bernama [[As'ad bin Zurarah]] membantunya. Setelah mereka mendakwahkan Islam, banyak penduduk Madinah yang memeluk Islam, termasuk orang-orang yang dihormati seperti [[Sa'ad bin Mu'adz]], [[Usaid bin Hudhair]] dan [[Sa'ad bin Ubadah]].<ref name="Musab spread Islam in Yathrab">{{cite book | title=The Life of Muḥammad | url=https://books.google.com/?id=fOyO-TSo5nEC&pg=PA186&dq=Musab+ibn+umayr&cd=4 | access-date=7 Agustus 2012 | year=1994 | publisher=The Other Press, 1994 | isbn=9789839154177 | page=186– | author=Muhammad Husayn Haykal, Islamic Book Trust}}</ref> Penduduk Madinah yang telah memeluk Islam dikenal sebagai Anshar (''penolong'').<ref name="First ambassador of Islam"/> Setelah [[hijrah]], Nabi Muhammad mempersaudarakan Mush'ab dengan [[Sa'ad bin Abi Waqqash]], atau pendapat lain mengatakan dengan [[Abu Ayyub al-Anshari]], dan dikatakan dengan [[Dzakwan bin Abdu Qais]].<ref name="سعد3">{{ar}} [https://shamela.ws/browse.php/book-1686/page-746#page-749 Ath-Thabaqat al-Kubra oleh Ibnu Sa'ad - Mush'ab bin Umair (3)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20161220212456/http://shamela.ws/browse.php/book-1686/page-746 |date=20 Desember 2016}}</ref>
 
Sebelum hijrah ke Madinah, Rosulallah ﷺ mengutus Mush’ab bin umair untuk babat alas berdakwah disana. Beliau adalah sahabat yang berwajah rupawan, berpostur tegap, serta memiliki sikap yang lemah lembut, kombinasi yang sempurna untuk menjadi juru dakwah. Sesampainya di Madinah, beliau berdakwah dengan didampingi oleh As’ad bin Zurarah, penduduk asli Madinah yang sudah masuk Islam dan juga merupakan kerabat dari tokoh Madinah yang paling disegani, Sa’ad bin Mu’adz.
 
Perjuangan dakwah Mush’ab bin Umair di Madinah tidaklah berlangsung mulus, para pembesar Madinah saat itu, tidak terima dengan pendatang yang ingin merubah agama leluhur mereka. Maka dua tokoh pembesar Madinah, yaitu Sa’ad bin Mu’adz dan Usaid bin Hudhair bersepakat untuk mengusir Mush’ab bin Umair yang berusaha mengenalkan islam kepada masyarakat Madinah. 
 
Namun karena Mus’ab bin Umair dalam dakwahnya ditemani oleh As’ad bin Zurarah, kerabat dari Sa’ad bin Mu’adz, beliau merasa tidak enak, kemudian menyuruh Usaid bin Hudhair maju duluan untuk membubarkan dakwah yang mereka lakukan. Maka datanglah amarah dan membawa tombak Usaid bin Hudhair ketempat berkumpul Mush’ab bin umair bersama orang-orang lemah Madinah yang ingin mengenal Islam.
 
Melihat kedatangan Usaid bin Hudhair, As’ad bin Zurarah yang berada disamping Mush’ab berbisik, “Wahai saudaraku, lihatlah orang itu, itu adalah pemimpin kaumnya, jika ia masuk Islam, maka seluruh kaumnya masuk Islam”.
 
Usaid bin Hudhair langsung mengancam Mushab bin Umair rad an As’ad bin Zurarah, “Apakah kalian datang kesini dari jauh hanya untuk membodohi orang-orang lemah kami? Pergilah kalian dari sini jika kalian masih ada hajat dengan nyawa kalian!”.
 
Mushab bin Umair ra pun menjawab dengan lembut, “Maukah engkau duduk untuk mendengarkan ajaran yang aku bawakan, jika engkau senang dengan apa yang kami sampaikan maka terimalah, namun jika engkau membencinya, maka kami akan bubar saat itu juga”.
 
Menimbang bahwa tawaran tersebut cukup adil, maka Usaid bin Hudhair pun menerima tawaran tersebut, dan duduk mendengarkan apa yang disampaikan oleh Mush’ab bin Umair. Beliau kemudian membacakan lantunan ayat al-Qur’an yang sangat lembut dan merdu, dengan makna yang langsung menghujam kedalam hati Usaid bin Hudhair.
 
Berkah bacaan Al’Qur’an tersebut, wajah Usaid bin Hudhair berubah dari yang tadinya merah penuh amarah menjadi berseri-seri dan tersenyum. Beliau kemudian berkata, “Sungguh indah ajaran kalian, lantas bagaimana caranya masuk kedalam ajaran agama kalian?”. Maka Sayyidina Mush’ab bin Umair menyuruhnya mandi, kemudian menuntut Usaid untuk mengucap dua kalimat syahadat.
 
Setelah masuk Islam, Usaid bin Hudhair berkata, “Tunggulah disini, disana ada satu orang yang sangat berpengaruh dikota ini, yang jika dia masuk Islam, maka seluruh kaumnya masuk islam. Aku akan memanggilnya kesini.” Orang tersebut adalah Sa’ad bin Mu’ash. Diajaklah Sa’ad bin Mu’ash untuk menemui Mush’ab bin Umair. Ketika bertemu dengan sayyidina Mush’ab, Sa’ad melontarkan ancaman sebagaimana yang dilakukan Usaid tadi ketika baru pertama kali datang. Ia berkata, “Kurang ajar kau as’ad, seandainya aku tidak memiliki hubungan kekerabatan denganmu, sudah kutusukkan tombakku ini dikepalamu sejak lama. Apakah kamu ingin mengepung kabilah kami ini dengan ajaran yang kami benci?”.
 
Sayyidina Mush’ab dengan penuh ketenangan menjawab, “Maukah engkau duduk untuk mendengarkan ajaran yang aku bawakan, jika engkau senang dengan apa yang kami sampaikan maka terimalah, namun jika engkau membencinya, maka kami akan bubar saat itu juga”.
 
Menimbang bahwa tawaran tersebut cukup fair, maka Sa’ad bin Mu’adz pun menerima tawaran tersebut, dan duduk mendengarkan apa yang disampaikan oleh Mush’ab bin Umair. Beliau kemudian membacakan lantunan ayat al-Qur’an yang sangat lembut dan merdu, dengan makna yang langsung menghujam kedalam hati Sa’ad bin Mu’adz.
 
Berkah bacaan Al’Qur’an tersebut, wajah Sa’ad bin Mu’adz  berubah dari yang tadinya merah penuh amarah menjadi berseri-seri dan tersenyum. Beliau kemudian berkata, “Sungguh indah ajaran kalian, lantas bagaimana caranya masuk kedalam ajaran agama kalian?”. Maka Sayyidina Mush’ab bin Umair menyuruhnya mandi, kemudian menuntun Sa’ad untuk mengucap dua kalimat syahadat.
 
Setelah masuk Islam, Sa’ad bin Mu’adz Kembali kekaumnya dan mengumpulkan mereka semua. Beliau kemudian berkata dihadapan kaumnya, “kalian mengenal siapa aku?” kaumnya pun sepakat menjawab, “engkau adalah pemimpin kami, engkau panutan kami, engkau lebih mulia daripada kami”. Maka Sa’ad kemudian berkata, “Wahai kaumku, aku sudah masuk islam, maka tidak ada yang diijinkan berbicara denganku sampai dia masuk kedalam agama Islam”. Mendengar hal tersebut, akhirnya semua kaumnya masuk kedalam Islam atas berkah pengaruh Sa’ad bin Mu’adz.
 
Setelah dua tokoh penting kota Madinah Masuk Islam, yaitu Sa’ad bin Mu’adz dan Usaid bin Hudhair, maka dakwah sayyidina Mush’ab bin Umair semakin diberikan kemudahan. Hingga hamper seluruh penduduk Madinah masuk Islam dan sudah tidak sabar menunggu kedatangan Nabi Muhammad ﷺ.  
 
== Pertempuran bersama Nabi ==