Persatuan Tarbiyah Islamiyah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Al Asyi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Al Asyi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 37:
=== Masa awal ===
[[Berkas:Sulaiman Arrasuli.jpg|150px|kiri|jmpl|[[Sulaiman Ar-Rasuli|Syekh Sulaiman ar-Rasuli]], pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah]]
Cikal bakal Persatuan Tarbiyah Islamiyah berawal dari perubahan sistem pendidikan dari [[surau]] ke [[madrasah]] yang ditandai dengan berdirinya [[Madrasah Tarbiyah Islamiyah Canduang|Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Candung]] pada 5 Mei 1928 oleh Syekh Sulaiman ar-Rasuli gelar ''Inyiak Canduang,'' [[MTI Jaho]] oleh [[Muhammad Jamil Jaho|Syekh Muhammad Jamil Jaho]], [[MTI Tabek Gadang]] oleh [[Abdul Wahid Ash-Shalihi|Syekh Abdul Wahid ash-Shalihi]] dan [[MTI Batu Hampar]] oleh [[Muhammad Arifin Al-Arsyadi|Syekh Muhammad Arifin al-Arsyadi]] yang juga didirikan pada hari yang sama.
 
Pendirian empat MTI dimaksudkan sebagai upaya modernisasi lembaga pendidikan Kaum Tua ([[Islam Tradisionalis|tradisionalis]]) dan merupakan usulan [[Abbas Qadhi Ladang Laweh|Syekh Abbas Qadhi Ladang Laweh]]. Sebelumnya, Syekh Abbas Qadhi telah memulai upaya ini dengan mendirikan [[Arabiyah School]] di [[Ladang Laweh, Banuhampu, Agam|Ladang Lawas]] pada 1918 dan Islamiyah School di [[Aur Tajungkang Tengah Sawah, Guguk Panjang, Bukittinggi|Aur Tajungkang]], [[Bukittinggi]] pada 1924 untuk menandingi gencarnya gerakan pengembangan lembaga pendidikan milik Kaum Muda ([[Modernisme Islam|modernis]]) di Sumatra Barat.{{sfn|Koto|2012|p=29-31}} Selain Syekh Abbas, sistem [[madrasah]] juga pernah dilakukan oleh murid Inyiak Canduang sendiri yaitu Syekh Darwis al-Majidi yang mendirikan Tarbiyah School di Tabek Lumpu, [[Baso, Agam]] pada 1918.
Baris 47:
Setelah Al-Mizan berhenti terbit, Ittihad Ulama Sumatera sempat menerbitkan majalah ''[[Ar-Radd wal-Mardud]]'' di [[Ladang Laweh, Banuhampu, Agam|Ladang Laweh]] pada 1921. Majalah tersebut tercatat diasuh oleh [[Sirajuddin Abbas]] (sebagai kepala redaktur) dan Mustafa Salim. Majalah ini terbit hingga tahun 1926. Setelah Syekh Saad Mungka meninggal pada tahun 1923, organisasi Ittihad Ulama Sumatera pun menjadi padam.
 
Atas anjuran Syekh Abbas Qadhi dan Demang Datuk Batuah, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli merubah surau baru Canduang menjadi madrasah pada tahun 1928. Awalnya diusulkan nama ''Tarbiyah ath-Thullab'' untuk nama madrasah baru tersebut. Namun karena mirip [[Sumatera Thawalib]], maka istilah itu diganti menjadi ''Tarbiyah Islamiyah''. Inyiak Canduang kemudian mengundang beberapa ulama Kaum Tua yang sebelumnya tergabung dalam Ittihad Ulama Sumatera untuk menghadiri peresmianpertemuan dansekaligus pembukaanperesmian MTI Canduang pada 5 Mei 1928.
 
Di antara yang hadir dalam Rapat Besarpertemuan tersebut termasuk Syekh Khatib Ali Padang, Syekh Abbas Qadhi Ladang Laweh, Syekh Muhammad Jamil Jaho, Syekh Arifin al-Arsyadi Batuhampar, Syekh Abdul Majid Koto Nan Gadang, Syekh Abdul Wahid as-Shalihi Tabek Gadang, Syekh Jalaluddin Sicincin, [[Muhammad Yunus Tuanku Sasak|Syekh Muhammad Yunus Tuanku Sasak]], Tuanku Alwi Koto Nan Ampek, Syekh Makhudum Tanjung Bingkung Solok, Syekh Adam Palembayan, [[Muhammad Zain Simabur|Syekh Muhammad Zain Simabur]], Syekh Hasan Basri Maninjau, [[Muhammad Said Bonjol|Syekh Muhammad Said Bonjol]], Syekh Ahmad Baruah Gunuang-Suliki dan [[Muhammad Sutan Sulaiman|Buya Muhammad Sutan Sulaiman]].
 
Setelah Syekh Sulaiman Ar-Rasuli yang memimpin pertemuan tersebut membahas pentingnya mempertahankan i'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah dan Madzhab Syafii. Apalagi ditengah maraknya gerakan kaum muda. Akhirnya para ulama yang hadir dalam pertemuan tersebut berhasil menyatukan visi dan melahirkan gagasan bersama mengubah sistem surau menjadi ''[[:Kategori:Madrasah Tarbiyah Islamiyah|Madrasah Tarbiyah Islamiyah]]'' (MTI). Pada tahap awal dibentuklah MTI Canduang, MTI Jaho, MTI Tabek Gadang dan MTI Batu Hampar.
Setelah Syekh Sulaiman Ar-Rasuli mempelopori pendirian sekolah agama atau madrasah bernama ''Tarbiyah Islamiyah'' pada 5 Mei 1928, ia kemudian mengumpulkan ulama Kaum Tua yang sebelumnya tergabung dalam Ittihad Ulama Sumatera untuk membicarakan masa depan Madrasah Tarbiyah Islamiyah dalam Rapat Besar di Surau Tangah, Candung pada 19–20 Mei 1930.{{sfn|Koto|2012|p=32}}
 
Setelah itu dibentuk organisasi ''Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah'' (PMTI) sebagai wadah pemersatu yang bertanggungjawab untuk membina, memperjuangkan dan mengembangkan MTI. Syekh Sulaiman Ar-Rasuli kemudian ditunjuk sebagai Direktur Pendidikan PMTI. Setelah kemudian terbentuk MTI-MTI di berbagai tempat, Inyiak Canduang selaku Direktur Pendidikan PMTI kemudian mengundang para ulama kaum tua untuk membicarakan masa depan MTI dalam Rapat Besar di Surau Tangah, Candung pada 19–20 Mei 1930.{{sfn|Koto|2012|p=32}}
Rapat Besar di Bukittinggi tahun 1930 tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mengubah nama organisasi ''Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah'' (PMTI) menjadi ''Persatuan Tarbiyah Islamiyah'' (PTI) sekaligus menetapkan tanggal [[5 Mei]] [[1928]] sebagai hari lahirnya Persatuan Tarbiyah Islamiyah<ref name=":1">{{Cite web|last=Nawafil|first=Rozal|date=28 April 2021|title=5 Mei, Hari Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah)|url=https://tarbiyahislamiyah.id/5-mei-hari-pendidikan-islam-tarbiyah-islamiyah/|website=Tarbiyah Islamiyah|language=id-ID|access-date=11 Mei 2022}}</ref>. [[Sulthani Abdullah]] saat itu terpilih sebagai ketua (''Voorzitter''), Syekh Alwi Koto Nan Ampek sebagai wakil ketua, TM Ghazali P Tanjung sebagai sekretaris dan HMS Sulaiman sebagai bendahara. Adapun Syekh Sulaiman Ar-Rasuli menjadi ketua dewan kehormatan (''Hoofdbestuur'') Persatuan Tarbiyah Islamiyah. PTI saat itu berkantor pusat di Bukittinggi.
 
Rapat Besar di Bukittinggi tahun 1930 tersebut menghasilkan kesepakatan untuk mengubah nama organisasi ''Persatuan Madrasah Tarbiyah Islamiyah'' (PMTI) menjadi ''Persatuan Tarbiyah Islamiyah'' (PTI) sekaligus menetapkan tanggal [[5 Mei]] [[1928]] sebagai hari lahirnya Persatuan Tarbiyah Islamiyah<ref name=":1">{{Cite web|last=Nawafil|first=Rozal|date=28 April 2021|title=5 Mei, Hari Pendidikan Islam (Tarbiyah Islamiyah)|url=https://tarbiyahislamiyah.id/5-mei-hari-pendidikan-islam-tarbiyah-islamiyah/|website=Tarbiyah Islamiyah|language=id-ID|access-date=11 Mei 2022}}</ref>. [[Sulthani Abdullah]] saat itu terpilih sebagai ketua (''Voorzitter''), Syekh Alwi Koto Nan Ampek sebagai wakil ketua, TM Ghazali P Tanjung sebagai sekretaris dan HMS Sulaiman sebagai bendahara. Adapun Syekh Sulaiman Ar-Rasuli menjadi ketua dewan kehormatan (''Hoofdbestuur'') Persatuan Tarbiyah Islamiyah. PTI saat itu berkantor pusat di Bukittinggi.
Salah satu kesepakatan dalam rapat besar ini adalah menetapkan sepuluh orang ulama sebagai pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah, yaitu:
 
SalahHal satulain kesepakatanyang disepakati dalam rapat besar ini adalah menetapkan tanggal [[5 Mei]] [[1928]] sebagai hari lahirnya Persatuan Tarbiyah Islamiyah serta menetapkan sepuluh orang ulama sebagai pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah, yaitu:
1) Syekh Sulaiman al-Rasuli Canduang,
2) Syekh Abbas al-Qadhi Ladang Lawas,