Pada tahun [[1739]], Sultan A.M.Aji Muhammad Idris gugur di medan lagaperang. Sepeninggal Sultan Aji Muhammad Idris, terjadilah perebutan tahta kerajaan oleh Aji Kado. Putera mahkota kerajaan Aji Imbut yang saat itu masih kecil kemudian dilarikan ke Wajo. Aji Kado kemudian meresmikan namanya sebagai Sultan Kutai Kartanegara dengan menggunakan gelar Sultan [[Aji Muhammad Aliyeddin]].
Sultan Aji Muhammad Idris dimakamkan bersama Mertuamertua sekaligus rekan seperjuangan beliau, Rajayakni La Madukelleng di Wajo. Sultan Aji Muhammad Idris salah satu Pahlawan yang dikenang oleh masyarakat Wajo atas perjuangan beliau dan kawula Kutai mengusir penjajah dari tanah Wajo. Masyarakat setempat pun menggelari Sultan Aji Muhammad Idris sebagai ''La Darise Denna Parewosi Petta Arung Kutek Petta Matinroe ri Kawane'', yang berarti “Idris, kakak Parewosi, tuan kita, Sultan Kutai yang beradu tidur di Kawane.”