Pierre Tendean: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Salinan naskah asli (Wikipedia:NASKAH)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 10:
| birth_place = [[Batavia]], [[Hindia Belanda]]
| death_place = [[Jakarta]], [[Indonesia]]
| placeofburial = [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]]
| allegiance = {{flag|Indonesia}}
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
Baris 21 ⟶ 20:
| relations = Mitzi Tendean (kakak)<br/>Rooswidiati Tendean (adik)
| occupation = [[Tentara]]
| religion = [[Kristen Protestan]]
| alma_mater = [[Akademi Militer Nasional]] (1961)
}}
Baris 29 ⟶ 27:
== Kehidupan awal ==
 
Pierre lahir pada tanggal 21 Februari 1939 di [[Batavia]] (sekarang [[Jakarta]]), [[Hindia Belanda]], di sebuah rumah sakit rakyat bernama ''Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting'' (CBZ) (sekarang [[Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo|RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo]]).<ref name="masykuri_1">[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 1.</ref><ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 1.</ref> Ayah Pierre yang bernama Aurelius Lammert Tendean adalah seorang [[dokter]] berdarah [[Suku Minahasa|Minahasa]] yang pada saat kelahiran Pierre sedang bekerja di CBZ. Dr. Tendean kemudian sempat menjadi wakil kepala Rumah Sakit Jiwa Keramat di [[Magelang]] (sekarang Rumah Sakit Jiwa Soerojo) dan kepala Rumah Sakit Jiwa Pusat [[Semarang]] (sekarang Rumah Sakit Jiwa Daerah Amino Gondohutomo).<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 2, 3.</ref> Ibu Pierre yang bernama Maria Elizabeth Cornet adalah seorang keturunan [[Prancis]] yang berasal dari [[Leiden]], [[Belanda]]. Nama Pierre sendiri diambil dari kakek pihak ibunya sedangkan Andries diambil dari kakek pihak ayahnya.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 1, 3.</ref> Pierre adalah anak kedua dari tiga bersaudara; kakaknya bernama Mitze Farre Tendean dan adiknya bernama Rooswidiati Tendean.<ref name="masykuri_1" />
Pierre Andries Tendean terlahir dari pasangan Dr. Aurelius Lammert Tendean, seorang [[dokter]] yang berdarah [[Minahasa]], dan Maria Elizabeth Cornet, seorang wanita [[Belanda]] yang berdarah [[Prancis]],<ref name=":0">{{Cite web|url=https://tirto.id/kematian-tragis-seorang-ajudan-pierre-tendean-cwPz|title=Kematian Tragis Seorang Ajudan, Pierre Tendean|last=Matanasi|first=Petrik|website=tirto.id|language=id|access-date=2020-03-22}}</ref> pada tanggal 21 Februari 1939 di [[Batavia]] (kini Jakarta), [[Hindia Belanda]]. Pierre Tendean adalah anak kedua dari tiga bersaudara; kakak dan adiknya masing-masing bernama Mitze Farre Tendean dan Rooswidiati Tendean. Tendean mengenyam sekolah dasar di [[Magelang]], lalu melanjutkan SMP dan SMA di [[Semarang]] tempat ayahnya bertugas. Sejak kecil, dia sangat ingin menjadi tentara dan masuk [[Akademi Militer]], namun orang tuanya ingin dia menjadi seorang dokter seperti ayahnya atau seorang insinyur. Tendean bergabung dengan Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD) di [[Bandung]] pada tahun 1958.{{sfn|Tokoh Indonesia, Pierre Tendean}} Sewaktu menjadi taruna, Tendean pernah ikut tugas praktik lapangan dalam operasi militer penumpasan pemberontakan [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia|Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI) di Sumatera.<ref name=":0" />
 
[[Berkas:Pierre Rema.png|jmpl|Tendean waktu SMA]]
 
Tendean mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat Boton (sekarang ditempati SMP Negeri 4) di Magelang.<ref>[[#putra2018|Putra dan Lisna (2018)]], hlm. 11.</ref> Dia lalu melanjutkan pendidikan SMP dan SMA di Semarang pada saat ayahnya tugas di sana. Pada tahun 1952, Tendean mulai belajar di SMP Negeri 1 dan kemudian pada tahun 1955 di SMA bagian B (sekarang [[SMA Negeri 1 Semarang|SMA Negeri I]]).<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 3, 4.</ref><ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 13, 20.</ref> Setelah lulus SMA, Tendean ingin menjadi tentara, namun orang tuanya ingin dia menjadi dokter atau insinyur. Atas permintaan orang tuanya dia mendaftar ujian masuk di [[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]] (FKUI) dan di [[Institut Teknologi Bandung]] (ITB), tapi Tendean dengan sengaja tidak serius menyelesaikan ujian masuk kedua sekolah tersebut sehingga dia dinyatakan tidak lulus. Melihat hasil ini, akhirnya orang tuanya memperbolehkan dia mengikuti ujian masuk [[Akademi Militer|Akademi Militer Nasional]] (AMN). Tendean dianjurkan untuk memilih satuan [[Zeni]] yang merupakan cabang teknis militer angkatan darat, supaya dia di kemudian hari mempunyai kesempatan untuk melanjutkan studi ke ITB.<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 5.</ref> Setelah diterima menjadi taruna AMN, Tendean memilih untuk masuk Akademi Teknik Angkatan Darat (ATEKAD). Tendean diterima sebagai calon taruna ATEKAD angkatan ke-6 pada bulan November 1958 dan dilantik pada tanggal 26 November 1958 di Stadion Siliwangi.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 34, 36.</ref>
 
== Karier militer ==
[[Berkas:Pierre Tendean 1966 Indonesia stamp.jpg|jmpl|Perangko Pierre Tendean keluaran tahun 1966]]
Setelah lulus dari akademi militer pada tahun 1961 dengan pangkat letnan dua, Tendean menjadi Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di [[Medan]]. Setahun kemudian, ia mengikuti pendidikan di sekolah intelijen di [[Bogor]]. Setamat dari sana, ia ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk menjadi mata-mata ke [[Malaysia]] sehubungan dengan [[Konfrontasi Indonesia-Malaysia|konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia]]; ia bertugas memimpin sekelompok relawan di beberapa daerah untuk menyusup ke Malaysia. Pada tanggal 15 April 1965, Tendean dipromosikan menjadi letnan satu, dan ditugaskan sebagai ajudan [[Jenderal Besar (Indonesia)|Jenderal Besar]] TNI Abdul Haris Nasution.
 
=== G30SOperasi 17 Agustus ===
 
Setelah menyelesaikan pelatihan dasar militer (''basic training''), pada tanggal 23 Januari 1959 Tendean dikukuhkan menjadi prajurit taruna. Kemudian pada tanggal 1 April 1959, Tendean dinaikkan pangkatnya menjadi kopral taruna.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 42, 45.</ref> Dalam rangka penumpasan gerakan [[Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia]] (PRRI), satu batalyon taruna Zeni dibentuk untuk mendukung [[Operasi 17 Agustus]]. Tendean ditempatkan di Peleton 3 Kompi I Batalyon Taruna Zeni dan setelah melakukan latihan persiapan di Pusat Latihan Pertempuran (sekarang Depo Pendidikan Bela Negara) di [[Cikole, Lembang, Bandung Barat|Cikole]], para taruna diberangkatkan ke [[Sumatra]] pada tanggal 6 Oktober 1959. Batalyon ini diperbantukan pada Resimen Tim Pertempuran (RTP) III/Diponegoro. Setelah tiba di [[Pelabuhan Teluk Bayur]] pada tanggal 8 Oktober 1959, Tendean bersama taruna Zeni lainnya diberangkatkan ke daerah [[Danau Singkarak]] dan ditugaskan untuk merehabilitasi jalur kereta api yang dirusak PRRI. Setelah tugas Batalyon Taruna Zeni berakhir pada tanggal 31 Desember 1959, Tendean kembali ke Jakarta bersama taruna ATEKAD lainnya pada tanggal 6 Januari 1960. Bulan itu juga, Tendean mendapat penghargaan Satya Lencana Sapta Marga atas jasanya dalam operasi militer di Sumatra. Selain itu, dia dan rekan-rekannya naik pangkat ke sersan taruna.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 50–52, 56, 57.</ref>
Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, pasukan [[Gerakan 30 September]] (G30S) mendatangi rumah dinas Nasution dengan tujuan untuk menculiknya. Tendean yang sedang tidur di paviliun yang berada di samping rumah dinas Jenderal Nasution dibangunkan oleh putri sulung sang Jenderal (Yanti Nasution) setelah Yanti mendengar suara tembakan dan keributan yang luar biasa. Tendean pun segera berlari ke bagian depan rumah. Dia ditangkap oleh gerombolan G30S dipimpin oleh Pembantu Letnan Dua (Pelda) Djaharup.<ref name=":0" /> Gerombolan itu mengira dirinya sebagai Nasution karena kondisi rumah yang gelap. Nasution sendiri berhasil melarikan diri dengan melompati pagar. Tendean lalu dibawa ke sebuah rumah di daerah [[Lubang Buaya]] bersama enam perwira tinggi lainnya: [[R. Suprapto (pahlawan revolusi)|Soeprapto]], [[Sutoyo Siswomiharjo|Soetojo]], dan [[Siswondo Parman|Parman]] yang saat itu masih hidup, serta [[Ahmad Yani]], [[D.I. Pandjaitan]], dan [[Mas Tirtodarmo Haryono|M.T. Harjono]] yang sudah terbunuh.<ref name=":0" /> Dia ditembak mati dan mayatnya dibuang ke sebuah sumur tua bersama enam jasad perwira lainnya.{{sfn|Luhulima|2006|p=73}} Tendean bersama keenam perwira lainnya dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]], Jakarta.
 
=== Operasi Dwikora ===
 
Pada tanggal 19 Desember 1961, Tendean dilantik menjadi perwira muda dengan pangkat letnan dua (Czi). Dia masih melanjutkan studinya di ATEKAD selama satu tahun lagi untuk menyelesaikan kursus aplikasi bidang teknik konstruksi. Setelah menyelesaikan kursus aplikasi, pada tanggal 13 Desember 1962 Tendean ditugaskan ke Batalyon Zeni Tempur 1 [[Komando Daerah Militer I/Bukit Barisan|Daerah Militer II/Bukit Barisan]]. Batalyon ini terdiri dari empat Kompi Zeni Tempur (Kizipur) dan Tendean dipercayakan untuk menjadi Komandan Peleton (Danton) 1 Kizipur A.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 87, 90, 94, 98.</ref> Setahun kemudian, dia dipanggil untuk mengikuti pendidikan di sekolah intelijen [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI AD]] di [[Bogor]]. Setamat dari sana, ia ditugaskan di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD) untuk memimpin pasukan gerilya sukarelawan untuk menjadi mata-mata ke [[Malaysia]] sehubungan dengan [[Konfrontasi Indonesia-Malaysia|konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia]]. Mereka bermarkas di [[Selatpanjang (kota)|Selat Panjang]], [[Riau]].<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 22.</ref> Tendean berhasil menyusup ke wilayah Malaysia tiga kali. Pada penyusupan yang ketiga, kapal motor yang ditumpangi Tendean bersama anak buahnya dikejar oleh sebuah [[kapal perusak]] milik [[Inggris]]. Mereka berhasil lolos dari kejaran kapal Inggris dengan meninggalkan kapal motor dan berenang menuju sebuah kapal nelayan. Mereka bersembunyi dengan cara bergantungan di belakang kapal nelayan tersebut.<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 22,23.</ref><ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 113, 114.</ref>
 
=== Ajudan Nasution ===
 
[[Berkas:Jenderal Nasution menerima pataka yang dibawa Pierre.png|jmpl|Tendean menyerahkan pataka kepada Jenderal Nasution]]
 
Pada tanggal 15 April 1965, Tendean dipromosikan menjadi letnan satu dan ditugaskan sebagai ajudan Jenderal Nasution yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan dan Keamanan/Kepala Staf Angkatan Bersenjata (Menko Hankam/Kasab). Dia menggantikan [[G.A. Manullang|Kapten Kav Adolf Gustaf Manullang]], ajudan Nasution yang gugur dalam misi perdamaian di [[Republik Demokratik Kongo]] Afrika tahun 1963.<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 26.</ref> Nasution sebelumnya telah kenal baik dengan keluarga Tendean. Pada saat Tendean mengikuti ujian masuk FKUI di Jakarta, dia menumpang di rumah Nasution di [[Museum Sasmitaloka Jenderal Besar DR. A.H. Nasution|Jl. Teuku Umar No. 40]].<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 31.</ref> Dan Nasutionlah yang menanjurkan agar Tendean memilih satuan Zeni pada saat dia diterima di AMN.
 
== Kematian ==
 
Pada dini hari tanggal 1 Oktober 1965, pasukan [[Gerakan 30 September]] (G30S) mendatangi rumah dinas Nasution dengan tujuan untuk menculiknya. Tendean yang sedang tidur di paviliun yang berada di belakang rumah dinas Jenderal Nasution dibangunkan oleh Yanti Nasution (putri sulung Nasution) setelah dia mendengar suara tembakan dan keributan. Tendean pun mengambil senjata [[M1 Garand|garandnya]] dan keluar untuk memeriksa keadaan di luar. Menurut kesaksian [[Ajun Komisaris Polisi|AKP]] Hamdan Mansjur, ajudan Nasution yang bertugas bersama Tendean pada malam itu, dan Alpiah, pengasuh Ade Irma Nasution (putri bungsu Nasution), pada waktu Tendean keluar dia disergap oleh penculik. Dia kemudian berkata, "Saya ajudan Nasution". Yang mendengar pernyataan Tendean tersebut mungkin tidak sepenuhnya mendengar kata "ajudan" dan ditambah keadaan penerangan yang gelap sehingga mereka mengira Tendean adalah Nasution sendiri. Nasution sendiri berhasil melarikan diri dengan melompati pagar.<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 72–74.</ref><ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 197, 200, 201.</ref>
 
Tendean lalu dibawa ke sebuah rumah di daerah [[Lubang Buaya]]. Dia ditembak mati dan mayatnya dibuang ke sebuah sumur tua bersama keenam perwira lainnya.{{sfn|Luhulima|2006|p=73}} Pada tanggal 4 Oktober 1965, jenazah-jenazah dalam sumur di Lubang Buaya diangkat oleh prajurit-prajurit [[KKO]] dan [[Komando Pasukan Khusus|RPKAD]]. Kopral Anang dari RPKAD ditugaskan mengangkat jenazah yang paling atas di dalam sumur. Jenazah pertama yang diangkat itu adalah jenazah Pierre Tendean.<ref>[[#masykuri2019|Masykuri (1983)]], hlm. 89.</ref><ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 251.</ref> Jenazah-jenazah kemudian dibawa ke [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto|Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat]] (RSPAD) untuk dilakukan pemeriksaan berdasarkan perintah Panglima [[Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat]] (KOSTRAD) [[Soeharto|Mayjen Soeharto]]. [[Lim Joey Thay|Dr. Lim Tjoe Thay]] (kemudian dikenal dengan nama Indonesia dr. Arief Budianto) yang memeriksa jenazah Tendean.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 23, 25.</ref> Pada waktu itu, dr. Budianto adalah seorang lektor Ilmu Kedokteran Kehakiman di Universitas Indonesia. Hasil ''[[visum et repertum]]'' menyatakan bahwa pada jenazah Tendean terdapat empat luka tembak yang masuk dari bagian belakang dan dua luka tembak yang keluar pada bagian muka. Selain itu, luka-luka lecet terdapat di dahi dan tangan kiri, dan pada kepala terdapat tiga luka menganga karena kekerasan tumpul.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 33, 37.</ref>
 
Pada tanggal 5 Oktober 1965, Tendean bersama keenam perwira lainnya dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]]. Prosesi pemakaman dimulai dari Markas Besar AD. Peti jenazah Tendean diangkut di atas panser Saracen dengan dikawal oleh direktur Zeni AD Brigjen Dandi Kadarsan.<ref>[[#besman2019|Besman, et al. (2019)]], hlm. 266.</ref>
 
== Penghargaan ==
 
=== Tanda Jasa ===
Untuk menghargai jasa-jasanya, pada tanggal 5 Oktober 1965 Tendean bersama enam orang perwira tinggi Angkatan Darat yang gugur diberikan kenaikan pangkat secara [[anumerta]]. Tendean sendiri dipromosikan menjadi kapten berdasarkan Keputusan Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/Komando Operasi Tertinggi (Keppres) No. 110/KOTI/1965. Pada hari itu juga, berdasarkan Keppres No. 111/KOTI/1965, Tendean dianugerahi gelar [[Pahlawan Revolusi Indonesia]]. Kemudian pada Hari Pahlawan tanggal 10 November 1965, Tendean dianugerahi [[Bintang Republik Indonesia Adipradana]] berdasarkan Keppres No. 50/BTK/1965.
 
Patung yang didirikan untuk mengenang Tendean terdapat di [[Lubang Buaya]] yaitu [[Monumen Pahlawan Revolusi]], di [[Manado]] (bersama patung [[Robert Wolter Mongisidi|Robert Wolter Mongisdi]]),{{sfn|Sumarauw (21 Mei 2023)}} dan di Semarang.{{sfn|Babel (11 April 2021)}} Sejumlah jalan juga dinamai sesuai namanya di berbagai kota di Indonesia.
 
=== Tanda jasa ===
 
{| style="margin:1em auto; text-align:center;"
|-
Baris 50 ⟶ 74:
|-
!Baris ke-1
| colspan="1"|[[Bintang Republik Indonesia Adipradana]] (1965)
| colspan="1"|[[Bintang Republik Indonesia Adipradana]] (10 November 1965)<ref>{{cite book |title= Daftar WNI yang Menerima Tanda Kehormatan Bintang Republik Indonesia 1959 - sekarang|url=https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/3822wni_penerima_tanda_kehormatan_bintang_republik_indonesia_1959_sekarang.pdf |access-date=4 Oktober 2021}}</ref>
| colspan="1"|[[Daftar tanda kehormatan di Indonesia#Bekas|Satyalancana Sapta Marga]] (1960)
|}
 
=== Penghargaan Lainnya ===
Tendean bersama keenam perwira lainnya dimakamkan di [[Taman Makam Pahlawan Kalibata]], Jakarta. Untuk menghargai jasa-jasanya, Tendean dianugerahi gelar [[Pahlawan Revolusi Indonesia]] pada tanggal 5 Oktober 1965 berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 111/KOTI/Tahun 1965. Pasca kematiannya, dia secara [[anumerta]] dipromosikan menjadi kapten.{{sfn|Tokoh Indonesia, Pierre Tendean}}{{sfn|Sekretariat Negara Republik Indonesia, Bintang Republik Indonesia}} Sejumlah jalan juga dinamai sesuai namanya di berbagai kota di Indonesia.
 
== Dalam budaya populer ==
 
* Dalam film ''[[Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI]]'' (1982), Pierre Tendean diperankan oleh [[Wawan Wanisar]].
 
== Galeri foto ==
 
<gallery>
Berkas:Pierre Bayi.png|Tendean menjelang satu tahun pada tahun 1940
Berkas:Kartu Tanda Penduduk Pierre Andries Tendean (1958).png|Kartu tanda penduduk Tendean tahun 1958
Berkas:Pierre Tendean 1966 Indonesia stamp.jpg|Perangko Tendean keluaran tahun 1966
Berkas:Monumen Pancasila Sakti.jpg|Monumen Pahlawan Revolusi
Berkas:Statue of Pierre Tendean in Semarang.jpg|Patung Tendean di Semarang
</gallery>
 
== Referensi ==
Baris 66 ⟶ 97:
 
'''Sumber referensi'''
 
* {{cite book
| author1 = Abie Besman
| author2 = Iffani Saktya
| author3 = Irma Rachmania Dewi
| author4 = Laricya Umboh
| author5 = Neysa Ramadhani
| author6 = Noviriny Drivina
| author7 = Ziey Sullastri
| date = 2019
| title = Sang Patriot: Biografi Resmi Pierre Tendean
| location = Jakarta
| publisher = Kompas
| isbn = 978-602-412-652-0
| ref = besman2019
}}
 
* {{cite book
Baris 76 ⟶ 123:
| year = 2018
| ref = putra2018
}}
 
* {{cite web
| url = https://halosemarang.id/patung-pahlawan-piere-tendean-dibangun-di-taman-kota-semarang
| first = Yulianto
| last = Babel
| access-date = {{date|2023-09-23}}
| date = {{date|2021-04-11}}
| work = Halo Semarang
| title = Patung Pahlawan Piere Tendean Dibangun di Taman Kota Semarang
| ref = {{sfnRef|Babel (11 April 2021)}}
}}
 
Baris 86 ⟶ 144:
| publisher = Kompas Media Nusantara
| year = 2006
| ref = Luhulima2006luhulima2006
}}
 
* {{cite book
| url= https://repositori.kemdikbud.go.id/8364/1/PIERE%20TENDEAN.pdf
| title = Pierre Tendean
| author = Masykuri
| location = Jakarta
| publisher = Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
| year = 1983
| ref = masykuri1983
}}
 
* {{cite web
| url = https://manado.tribunnews.com/2023/05/21/potret-patung-pieretendean-dan-rw-monginsidi-di-kota-manado-pahlawan-nasional-dari-sulawesi-utara
| first = Risky
| last = Sumarauw
| access-date = {{date|2023-09-23}}
| date = {{date|2023-05-21}}
| work = Tribun Manado
| title = Potret Patung Pierre Tendean dan Robert Mongisidi di Manado, Pahlawan Nasional dari Sulawesi Utara
| ref = {{sfnRef|Sumarauw (21 Mei 2023)}}
}}
 
Baris 93 ⟶ 172:
| url = https://cdn.setneg.go.id/_multimedia/document/20200107/3822wni_penerima_tanda_kehormatan_bintang_republik_indonesia_1959_sekarang.pdf
| publisher = Sekretariat Negara Republik Indonesia
| date = {{date|2010-01-07}}
| access-date = {{date|2021-10-04}}
| ref={{sfnref|Sekretariat Negara Republik Indonesia (7 Januari 2010))}}
}}
 
* {{wikicite
| reference = {{google maps
| title = Jakarta
| url = https://maps.google.com/maps?q=-6.239964,106.825388&num=1&t=m&z=17
| access-date = {{date|2013-12-13}}
}}
| ref = {{sfnRef|Google Maps, Jakarta}}
}}
 
* {{wikicite
| reference = {{google maps
| title = Manado
| url = https://maps.google.com/maps?q=1.491011,124.838181&num=1&t=m&z=17
| access-date = {{date|2013-12-13}}
}}
| ref = {{sfnRef|Google Maps, Manado}}
}}