Wang Mingdao: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jonoo27 (bicara | kontrib)
Jonoo27 (bicara | kontrib)
Baris 27:
===Konflik dengan Jepang dan Komunis===
Wang percaya bahwa gereja dan negara harus terpisah dan bahwa orang Kristen tidak boleh "berpasangan denga orang tidak percaya"{{sfn|Wong|1981|p=216}}{{sfn|Wang|2002|p=89}} Ketika Jepang menduduki Peking selama [[Perang Dunia II]], mereka bersikeras bahwa semua gereja bergabung dalam federasi gereja-gereja yang diselenggarakan Jepang. Wang beberapa kali menolak. Meskipun mendapat berbagai jenis ancaman, ia tidak dipenjarakan, dan gerejanya diizinkan untuk tetap mengadakan kebaktian.{{sfn|Wong|1981|pp=215–38}}<ref name="CHB98">{{cite journal | last = Li | first = Yading |date=Spring 2008 | title = No Compromise | journal = Christian History & Biography | issue = 98 | page = 21}}</ref>
 
When the Communists gained control of China, Wang believed that the new government might indeed allow the religious freedom it had promised.{{sfn|Wang|2002|p=10}} Nevertheless, after the Maoists won the [[Chinese Civil War]], the government pressured churches that had been started by Western missionaries to unite in denouncing Western imperialism. Wang was pressured but refused on the grounds that his church had never had any connection with missionaries.{{sfn|Wang|2002|pp =19-28}}
 
[[Gereja]] in sendiri awalnya hanyalah semacam persekutuan rumah tangga di daerah [[Peking]], di mana orang-orang datang untuk bersekutu, mempelajari [[Alkitab]], dan berdoa.<ref name="Sunquist"/> Kelompok persekutuan ini terus mengalami perkembangan hingga pada tahun 1937, Wang berhasil mendirikan “Christian Tabernakel” (nama [[gereja]] yang didirikannya) dari persekutuan tersebut.<ref name="Sunquist"/> Ketika [[Tiongkok]] dikuasai oleh komunisme, [[gereja]] dan kekristenan dituntut untuk tetap eksis dan tetap berada di dalam masyarakat.<ref name="Sunquist"/> Pada saat itu, [[gereja]] ini hanya memiliki jemaat 570 orang.<ref name="Sunquist"/> Hal ini menjadi keunikan dari [[gereja]] ini adalah simplisitasnya yang menyatakan bahwa hal-hal upacara (seremonial) yang tidak dijelaskan di dalam [[Alkitab]], tidak perlu untuk dilakukan.<ref name="Sunquist"/> Oleh karena itu, [[gereja]] ini tidak mengandung unsur “liturgi”, paduan suara, kantong persembahan, dan juga perayaan [[Natal]].<ref name="Sunquist"/> Wang juga menolak bila hal-hal teologis dijadikan suatu ketentuan bagi setiap orang yang hendak melayani [[Tuhan]].<ref name="Sunquist"/> Wang mengatakan bahwa perlu adanya pendidikan akan [[Alkitab]] dan pengenalan akan [[Roh Kudus]].<ref name="Sunquist"/> Wang Mingdao membawa tradisi baru dalam pelayanan [[gereja]], pelayanan kaum awam.<ref name="Sunquist"/>