Pacu Jalur: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 46:
==Sejarah==
{{cquote
|'''{{Small|Teks prasasti:}}'''<br>"''... maŕlapas dari Mināṅa tāmvan mamāva yaṁ vala dua lakşa daṅan ko śa duaratus cāra di sāmvau ...''"<br>'''{{Small|Terjemahan:}}'''<br>"... berangkat dari [[Dataran Tinggi Minangkabau|Minangkabau]] membawa dua puluh ribu bala bantuan dengan dua ratus upeti di atas sampan ..."|source= informasi yang diambil dari [[Prasasti Kedukan Bukit]], berasal dari tahun 600an Masehi}}
Menurut sumber lisan masyarakat setempat, ''Jalur'' pada mulanya merupakan sarana transportasi menyusuri sungai Batang Kuantan dari Hulu Kuantan hingga ke Cerenti di bagian hilir sungai Kuantan. Karena transportasi darat belum berkembang pada masa itu, jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa, terutama digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil bumi, seperti buah-buahan lokal dan tebu.
Pada masa perkembangannya, perahu transportasi berbentuk memanjang ini sengaja dihias dengan unsur budaya setempat yang bisa berupa kepala ular dan buaya. Seiring berjalannya waktu, fungsinya bergeser dari sekedar alat angkut orang menjadi tongkang kerajaan yang megah. Jalur air yang biasa digunakan sebagai jalur transportasi atau pertukaran barang berangsur-angsur berubah menjadi identitas sosiokultural masyarakat
[[File:KITLV A107 - Toeschouwers op de oever van de Inderagiri (Batang Koeantan) voor een kanorace te Taloek, KITLV 83169.tiff|thumb|left|300px|Festival Pacu Jalur Festival dan para penonton di daerah Taluk, {{circa}} tahun 1900-an awal]]
Pada masa penjajahan Belanda, pacu jalur digunakan sebagai pemeriah untuk memperingati hari lahir Wilhelmina (Ratu Belanda) yang jatuh pada tanggal 31 Agustus setiap tahunnya, dan festival ini biasanya berlangsung hingga tanggal 1 atau 2 September. Perayaan Pacu Jalur dipertandingkan selama 2–3 hari, tergantung jumlah lintasan yang diikuti. Dahulu, sebelum kedatangan penjajah Belanda, ''Pacu Jalur'' sudah diselenggarakan oleh penduduk setempat untuk memperingati hari-hari besar umat Islam, seperti Maulud Nabi, [[Idul Fitri]], atau bahkan untuk merayakan [[Tahun Baru Islam]]. Selanjutnya setelah kemerdekaan Indonesia, festival ini semakin berkembang dan juga digunkan untuk merayakan [[Hari Kemerdekaan Indonesia|hari kemerdekaan Republik Indonesia]].
|