Pacu Jalur: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Uqqah (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Uqqah (bicara | kontrib)
Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 46:
 
==Sejarah==
MengenaiSedikit yang diketahui mengenai tanggal pasti dimulainya tradisi budaya ini, namun referensi tertulis paling awal untuk ''Pacu Jalur'' adasecara khusus disebutkan pada abad ke-17 dalam manuskripnaskah Belandalokal. terbitanNamun tahunpada 1895masa sebelumnya, yaitu bukupada 'Dwarsabad doorke-7, Sumatra'perlu yangdisebutkan ditulisbahwa olehsejumlah JWbesar Ijzerman.utusan Ijzermanpendayung menulis;Minangkabau "Adamencapai festivalhilir uniksungai diBatang RantauHari Kuantan(bagian yangdari disebutwilayah berpacuprovinsi perahu,Jambi festivalsaat ini populer) dari Karihulunya hinggadi bagianDataran hilirTinggi SungaiMinangkabau Kuantan.(bagian Pacudari perahuwilayah dilaksanakanprovinsi setelahSumatera panenBarat tebuyang selamamodern) 4dengan hari.menggunakan Perahuperahu, iniperistiwa terbuatkhusus dariini kayudijelaskan kulimdalam sepanjangPrasasti 25Kedukan meterBukit danyang mampuditemukan memuatdi 30 sampai 40 orangPalembang."
{{cquote
 
|'''{{Small|Teks prasasti:}}'''<br>"''... maŕlapas dari Mināṅa tāmvan mamāva yaṁ vala dua lakşa daṅan ko śa duaratus cāra di sāmvau ...''"<br>'''{{Small|Terjemahan:}}'''<br>"... berangkat dari [[Dataran Tinggi Minangkabau|Minangkabau]] membawa dua puluh ribu bala bantuan dengan dua ratus upeti di atas sampan ..."|source= informasi yang diambil dari [[Prasasti Kedukan Bukit]], berasal dari tahun 600an Masehi}}
Selain manuskrip Belanda, adapula sumber tertulis lokal yang menginformasikan awal mula pacu jalur, yaitu pada buku 'Kesenian Jalur di Rantau Kuantan, Riau' yang ditulis oleh UU. Hamidy. Penulis menyebut; "..tidak dapat ditunjukkan dengan suatu tahun yang pasti. Tapi hampir dapat dipastikan pacu jalur sudah dikenal penduduk daerah ini, paling kurang semenjak tahun 1900."
 
Meskipun tidak diketahui pasti kapan awal mula jalur mulai dipacukan, namun perahu besar yang disebut jalur itu sudah lama ada di aliran sungai Kuantan.
 
Menurut sumber lisan masyarakat setempat, ''Jalur'' pada mulanya merupakan sarana transportasi menyusuri sungai Batang Kuantan dari Hulu Kuantan hingga ke Cerenti di bagian hilir sungai Kuantan. Karena transportasi darat belum berkembang pada masa itu, jalur tersebut sebenarnya digunakan sebagai sarana transportasi penting bagi penduduk desa, terutama digunakan sebagai sarana pengangkutan hasil bumi, seperti buah-buahan lokal dan tebu.
 
Pada masa perkembangannya, perahu transportasi berbentuk memanjang ini sengaja dihias dengan unsur budaya setempat yang bisa berupa kepala ular dan buaya. Seiring berjalannya waktu, fungsinya bergeser dari sekedar alat angkut orang menjadi tongkang kerajaan yang megah. Jalur air yang biasa digunakan sebagai jalur transportasi atau pertukaran barang berangsur-angsur berubah menjadi identitas sosiokultural masyarakat MelayuMinangkabau puakdi Kuantan untuk menyelenggarakan festival. Apalagi, menurut catatan sejarah yang tertulis, jalur tersebut juga menjadi jalur para bangsawan untuk menyambut tamu-tamu terhormat para raja (dan kemudian sultan) yang hendak berkunjung ke kawasan Rantau Kuantan.
[[File:KITLV A107 - Toeschouwers op de oever van de Inderagiri (Batang Koeantan) voor een kanorace te Taloek, KITLV 83169.tiff|thumb|left|300px|Festival Pacu Jalur Festival dan para penonton di daerah Taluk, {{circa}} tahun 1900-an awal]]
Pada masa penjajahan Belanda, pacu jalur digunakan sebagai pemeriah untuk memperingati hari lahir Wilhelmina (Ratu Belanda) yang jatuh pada tanggal 31 Agustus setiap tahunnya, dan festival ini biasanya berlangsung hingga tanggal 1 atau 2 September. Perayaan Pacu Jalur dipertandingkan selama 2–3 hari, tergantung jumlah lintasan yang diikuti. Dahulu, sebelum kedatangan penjajah Belanda, ''Pacu Jalur'' sudah diselenggarakan oleh penduduk setempat untuk memperingati hari-hari besar umat Islam, seperti Maulud Nabi, [[Idul Fitri]], atau bahkan untuk merayakan [[Tahun Baru Islam]]. Selanjutnya setelah kemerdekaan Indonesia, festival ini semakin berkembang dan juga digunkan untuk merayakan [[Hari Kemerdekaan Indonesia|hari kemerdekaan Republik Indonesia]].