Asemdoyong, Taman, Pemalang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.2
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Sejarah: Bot: Merapikan artikel
Baris 19:
 
== Sejarah ==
Konon cerita yang memberi nama Desa Asemdoyong adalah Ki Gede Pondoh, ia menemukan pohon asem ditepi sungai yang hampir roboh ( Doyong). Disinilah Ki Gede Pondoh memelihara kucing di hutan ( Harimau ) yang bernama Mbah Peko. Tempat ini semula untuk tempat bermain Ki Gede Pondoh bersama sudarnya yang bernama Ki Gede Klinthing yaitu untuk dipanjati pohon asemnya. Pohon tersebut berdiri Condong (Doyong) ke arah Barat dan menghadap ke sido ayu yang sekarang bernama Candi Sedayu. Di sekitar pohon tersebut ada sungai yang bernama Jurumangu, banyak ikan dan ada juga buaya nya saat itu. Akhirnya Ki Gede Pondoh menamakan Desa ini dengan Nama Desa Asemdoyong. Pada saat Lurah Wiro Wongso pohon asem tersebut ditebang dan dirobohkan. Sampai sekarang pohon asem tersebut di buat untuk bedug dengan diameter 120  cm dan Panjang 130  cm yang sekarang berada dimasjid utama Desa Asemdoyong tepatnya di masjid Baitussalam di Dusun Asemdoyong.
 
Seiring perkembangan zaman Desa Asemdoyong juga Mengalami Perkembanganya dari himpunan yang tersebar pada ratusan tahun yang lalu. Bukti sejarah menunjukan adanya Makam kuno Tokoh penyebar Agama [[Islam]] yaitu makam dari Mbah Jiwo Agung dan Mbah Syeik Kyai Haji Abu Bakar yang terletak di Desa Asemdoyong, serta dengan tradisi dan cerita Lisan yang ikut mewarnai berdirinya Kabupaten Pemalang sebagai satu Kesatuan yang tak terpisahkan. Kesatuan pemukiman di Desa Asemdoyong secara Sosio Historis Berkembang sebelum menjadi desa.