Pulau, Bangkinang, Kampar: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Stephanieoct (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k Bot: Merapikan artikel
Baris 18:
 
== Geografi ==
Kelurahan Pulau secara administratif berbatasan sebelah utara dengan Sei Jernih Kelurahan Pasir Sialang, sebelah selatan dengan Sungai Kampar, sebelah barat dengan Desa Sipungguk Kecamatan Salo dan sebelah timur dengan Desa Binuang.
 
Curah hujan dan suhu rata-rata di Kelurahan Pulau berturut-turut 2785  mm dan 37 °C.
 
Jarak Kelurahan Pulau ke ibukota kecamatan ± 2  km dengan waktu tempuh 0,25 jam, ke ibukota kabupaten ± 5  km dengan waktu tempuh 0,5 jam dan ke ibukota provinsi ± 65  km dengan waktu tempuh 1,5 jam.
 
{{Bangkinang Seberang, Kampar}}
Baris 192:
|Imam Wahyudi
|Anggota Danru Penyelamatan dan Evakuasi
|}
 
Struktur Ikatan Pemuda Kelurahan (IPK) Kelurahan Pulau
Baris 271:
|Amarullah
|Seksi Keagamaan
|}
 
Struktur Organisasi dan Tata Kerja LPM Kelurahan Pulau
Baris 344:
 
Usaha perkebunan pada dasarnya merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh Kelurahan Pulau, salah satunya adalah kelapa sawit yang diusahakan oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang juga melakukan pembibitan kelapa sawit di pemukiman masing-masing.
 
 
 
1.2 Potensi Pertanian
 
Usaha pertanian terpadu pada dasarnya merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh Kelurahan Pulau. Budidaya padi sawah tadah hujan, padi sawah pengairan setengah teknis, dan sayuran banyak diusahakan oleh masyarakat. Namun produktivitas pertanaman padi sawah masih tergolong rendah, hal ini dicoba untuk ditanggulangi oleh dinas pertanian setempat dengan mendatangkan sejumlah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) untuk membantu kelompok tani.
 
1.3 Potensi Peternakan
Baris 362 ⟶ 360:
 
Basiacuong terdiri dari kata "siacuong" dan "acuong" yang memiliki arti sanjung menyanjung. Basiacuong berisi ungkapan petatah-petitih dan pantun yang bermakna. Dalam adat-istiadat dan pergaulan Pemuka Adat, Datuk, Ninik Mamak di daerah Kampar, siacuong menjadi bahasa pengantar. Basiacuong adalah gaya bertutur ketika berdialog, berunding dan bermusyawarah dalam adat Kampar dengan gaya bahasa "prosa liris". Penuturannya disampaikan dengan bahasa yang halus. Basiacuong menjalankan fungsinya sebagai gaya berbicara yang tinggi pada berbagai kesempatan, antara lain pada saat penyampaian larangan dan teguran adat, nasehat, acara pernikahan, khitanan, dan lain sebagainya. Dalam perkembangannya, basiacuong kemudian berfungsi menjadi pendorong bagi masyarakat untuk terampil berbicara, mempertinggi sopan dan santun, mempererat silaturahmi, bermusyawarah untuk mufakat, serta memperkokoh rasa kebersamaan untuk saling tolong-menolong.
 
 
 
1.6 Potensi Industri
Baris 377 ⟶ 373:
2. Aghi Ghayo Onam
 
Aghi Ghayo Onam atau Hari Raya Enam disebut dengan enam karena sebelum itu sebagian masyarakat menjalankan puasa sunnah Syawal selama enam hari berturut-turut setelah Ramadan. Hari Raya Enam diawali dengan ziarah kubur, sehingga disebut dengan Aghi Ghayo Zorah atau Hari Raya Ziarah. Hampir setiap desa di Bangkinang melakukannya secara turun temurun dan berziarah secara berkelompok yang jumlahnya mencapai ratusan. Tujuan ziarah kubur ini adalah untuk mengingatkan akan kematian, oleh karena itu disetiap Makam yang dikunjungi dibacakan do'a untuk para arwah agar diampuni dosa-dosanya, dilapangkan kuburnya dan dimasukkan ke Surganya Allah SWT. Dalam kegiatan ziarah ini, para rombongan akan menziarahi kuburan yang dikunjungi sekaligus membacakan do'a, kemudian dilanjutkan ke lokasi perkuburan lain dan membacakan do'a untuk orang-orang yang sudah mendahului. Kegiatan diakhiri dengan makan bersama di rumah datuk (petua adat), atau di masjid maupun balai desa.


{{Desa-stub}}