Lilibooi, Leihitu Barat, Maluku Tengah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Dikembalikan kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru
Tag: Dikembalikan
Baris 22:
Lilibooi mengklaim bahwa negeri mereka adalah negeri tua atau yang mula-mula menempati Jazirah Leihitu bagian selatan.{{sfn|H. J. Jansen|1939|pp=328}} Menurut tuturan di Lilibooi, negeri-negeri tetangga seperti Allang, [[Hatu, Leihitu Barat, Maluku Tengah|Hatu]], [[Laha, Teluk Ambon, Ambon|Laha]], dan [[Tawiri, Teluk Ambon, Ambon|Tawiri]] sebagai pendatang yang kemudian membentuk negeri di wilayah mereka. Orang Allang disebutkan berasal dari Hatu Alang di Semenanjung Huamual di Pulau Seram. Ada pun Hatu berasal dari Piru, sementara Laha dan Tawiri adalah kumpulan manusia dari berbagai tempat, termasuk Ternate yang mendiami benteng Portugis di [[Teluk Ambon]].{{sfn|H. J. Jansen|1939|pp=328}}
 
Nenek moyang Lilibooi yang terawal diperkirakan datang dari Pulau Seram atau ''Nusa Ina''.{{sfn|Kadek Wiweka, Titus Indrajaya, Suci Sandi Wachyuni, Putu Pramania Adnyana, Anastasia Enike Hanorsian|2019|pp=4}} Mereka adalah orang Alifuru dan dikenal belum beradab. Peninggalan kebudayaan lama orang Alifuru ini dapat terlihat dari adanya [[tari cakalele]] di Lilibooi yang dipandang sakral. Orang Alifuru dari Pulau Seram datang dan mendiami Gunung Latua. Mereka terdiri dari tiga kelompok, masing-masing akan menurunkan matarumah Hetharion, Marlissa, dan Talahatu.{{sfn|Kadek Wiweka, Titus Indrajaya, Suci Sandi Wachyuni, Putu Pramania Adnyana, Anastasia Enike Hanorsian|2019|pp=4}} Ketiga matarumah ini dikenal pula sebagai ''mutelu'' atau "yang tiga". Selain itu, nantinya akan ada moyang-moyang dari matarumah yang lain yang datang menetap di Lilibooi dan meramaikan negeri itu.{{sfn|Kadek Wiweka, Titus Indrajaya, Suci Sandi Wachyuni, Putu Pramania Adnyana, Anastasia Enike Hanorsian|2019|pp=4}}. Asal kata LiliPoYa berasal dari ; Lili = Marlissa, Po = Talahatu, Ya = Hetharion. Sehingga membentuk padanan katanya dengan sempurna.
 
Pendirian kampung di daerah pegunungan adalah kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat yang berpindah dari Pulau Seram. Mereka tidak langsung mendirikan permukiman di pesisir. Tujuannya adalah agar terhindar dari serangan musuh. Nanti atas berbagai pertimbangan, nenek moyang orang Lilibooi kemudian turun ke pantai, ke wilayah negeri yang sekarang di bagian selatan Leihitu di tepian Teluk Ambon. Kawasan ini akhirnya akhirnya berhasil dikristenkan oleh VOC yang mulai hadir di Ambon pada 1605.{{sfn|Muhammad Farid|2016|pp=16}} Negeri-negeri Kristen di Leihitu tersebut meliputi Lilibooi, Allang, Hatu, Tawiri, [[Hative Besar, Teluk Ambon, Ambon|Hative Besar]], hingga [[Passo, Teluk Ambon Baguala, Ambon|Passo]],{{sfn|Muhammad Farid|2016|pp=18}} dengan pengecualian Negeri Laha yang tetap Muslim hingga sekarang.