Akademi Teknologi Pulp dan Kertas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Latar Belakang: clean up
k Sumatera
 
Baris 60:
Industri [[pulp]] dan [[kertas]] di Indonesia dewasa ini sedang tumbuh dan berkembang dengan pesat sejalan dengan meningkatnya konsumsi pemakaian pulp dan kertas. Perkembangan industri ini akan terus meningkat dan ditunjang pula oleh keberadaan Indonesia yang memiliki keunggulan komparatif, antara lain adanya potensi hutan yang luas untuk penyediaan kayu sebagai bahan baku. Potensi ini akan bertambah dengan adanya program pembangunan. Hutan Tanaman Industri (HTI) yang kini sedang digalakkan pelaksanaannya. Demikian pula tersedianya bahan baku serat bukan kayu yang cukup melimpah.
 
Pada saat ini, di Indonesia beroperasi 16 pabrik pulp yang memproduksi pulp serat pendek dan serat panjang serta 74 pabrik kertas yang memproduksi kertas tulis cetak, kertas koran, kertas industri, dan kertas rumah tangga. Industri ini tersebar di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, SumatraSumatera Selatan, Lampung, Riau, Jambi, SumatraSumatera Utara, Aceh, dan Kalimantan. Pesatnya perkembangan industri pulp dan kertas tersebut, membutuhkan ketersediaan tenaga kerja terampil dan profesional yang memiliki kemampuan dan pengetahuan akademis yang memadai dalam bidang teknologi pulp dan kertas. Penyediaan tenaga kerja tersebut merupakan masalah yang dihadapi oleh pihak industri pulp dan kertas saat ini yang memerlukan pemecahan mendadak.
 
Berdasarkan kebutuhan industri pulp dan kertas tersebut, pada tahun 1991 Balai Besar Selulosa (sekarang Balai Besar Pulp dan Kertas) bersama Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) memprakarsai pendirian Akademi Teknologi Pulp dan Kertas (ATPK) di Bandung. Badan hukum penyelenggara ATPK adalah Yayasan Pendidikan Teknologi Pulp dan Kertas Indonesia (YAPKI) yang sejak tahun 2008 berubah menjadi Yayasan Selulosa Indonesia (YASI). ATPK berstatus sebagai perguruan tinggi swasta dan lulusannya setara dengan Program Diploma 3.