Afdeling Midden Celebes: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Toposopamona (bicara | kontrib)
→‎Zaman Hindia Belanda: Menambahkan pranala Arajang dari Bone
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Toposopamona (bicara | kontrib)
→‎Penolakan istilah Toraja di Sulawesi: Menambahkan pranala to lamusa
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 22:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), menyatakan ''Monangu buaya yaitu budaya ciptaan Misionaris Belanda dengan meminjam nama dari Kerajaan Luwu'' , [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1], Diakses 30 Juni 2023.</ref> adalah bukan dari [[Kedatuan Luwu|Kerajaan Luwu]] tetapi Monangu Buaya adalah ciptaan misionaris [[Hindia Belanda]]. Terbukti dari Monangu Buaya mengutip ayat dari Alkitab [[Injil]] yaitu " dengan melihat kepada Tokoh Alkitab [[Injil]] yaitu "sejarah kematian [[Lazarus]]" yang menceritakan bahwa Baju Adat [[Inodo]] bukan bajunya umat kristen yang diwakili tokoh [[Lazarus]]".<ref>"POSSO" LIHAT & DOWNLOAD HALAMAN 151:
MONANGU BUAJA (krokodilzwemmen), kematian Lazarus yang berbaju apa adanya (To Lampu) berbeda dengan Baju Mewah atau Baju [[Inodo]] yang milik dari [[Suku Bare'e]] (Bare'e-Stammen), [https://www.delpher.nl/nl/boeken/view?identifier=MMKB24:072383000:00001&query=Posso&coll=boeken&rowid=1].</ref>
 
=== To Lamusa ===
{{Main|Puumboto}}
Dengan memperhatikan wilayah dari [[Suku Bare'e]] yang tahun 1770 membentuk [[Kerajaan Tojo]] di wilayah yang mereka huni, kini muncullah suatu skema To Lamusa dari [[Kerajaan Luwu]], tetapi sayangnya skema To Lamusa dari [[Kerajaan Luwu]] itu tidak terbukti yaitu dari pernyataan [[Walter Kaudern]] yang menyatakan "...adapun kalau ditempati, tanah tersebut sudah ditinggalkan dalam waktu yang lama sekali, karena tanahnya seperti jurang yang sangat sulit untuk dibuatkan semacam rumah tempat tinggal", karena berupa "jurang" sehingga pastilah orang akan beranggapan tanah yang dulunya merupakan hunian pemukiman penduduk setelah itu tempat hunian tersebut menjadi jurang, pastilah orang beranggapan bahwa hal tersebut bisa terjadi karena faktor bencana alam dan salah satunya adalah [[Gempa bumi]], dan di zaman moderen pernyataan tersebut dibuktikan dengan tidak adanya garis patahan gempa yang melewati wilayah tempat yang dulu dinamakan Lamusa di TandongKasa (Tando Ngkasa).<ref>Peta Patahan (Sesar) gempa di Sulawesi.[https://gis.bnpb.go.id].</ref>
 
=== Zaman Hindia Belanda ===