Papua Pegunungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Enzox3012 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan perlu dirapikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Herryz (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 236:
=== Noken ===
[[Berkas:Noken Indonesia.jpg|Noken terbuat dari anyaman tali.|jmpl|ka|150px]]
 
[[Noken]] merupakan tas tradisional khas Papua. Noken berbentuk jaring-jaring yang terbuat dari akar kayu pohon atau daun yang dikeringkan berupa tali-tali yang kuat dan dirajut menjadi tas jaring. Keberadaan Noken Papua telah diakui Dunia dengan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda atau warisan dunia oleh Lembaga Kebudayaan Dunia di Markas [[UNESCO]], [[Paris]], [[Prancis]] pada 4 Desember 2012.<ref>{{Cite web|last=|first=|date=|title=Mengenal Noken: Tas Buatan Mama dari Bumi Cendrawasih|url=https://kumparan.com/@kumparantravel/mengenal-noken-tas-buatan-mama-dari-bumi-cendrawasih|website=Kumparan|access-date=22 April 2019}}</ref>
 
Baris 245 ⟶ 246:
=== Honai ===
[[Berkas:Honai House Papua.jpg|jmpl|220px|ki|Rumah honai, rumah adat [[suku Dani]].]]
 
[[Rumah honai]] adalah rumah adat di pegunungan Papua yang digunakan [[suku Dani]] dan suku lain di sekitarnya. Honai berbentuk bundar dan dibangun dari kayu dengan atap [[alang-alang]]. Tingginya mencapai 2,5 meter dan terdiri dari dua lantai. Honai memiliki satu pintu dan tidak memiliki jendela untuk melindungi dari suhu dingin, di bagian tengah lantai bawah terdapat api unggun. Honai dihuni 5-10 orang dan digunakan untuk berbagai aktivitas, bersantai, dan tempat menyimpan peralatan.<ref>{{Cite web|url=https://katadata.co.id/iftitah/berita/6152de5da5559/mengenal-honai-rumah-adat-papua-yang-ramah-lingkungan|title=Mengenal Honai, Rumah Adat Papua yang Ramah Lingkungan|date=2021-09-28|access-date=2023-04-29|website=katadata.co.id|last=Laily|first=Iftitah Nurul}}</ref>
 
=== Mumi ===
[[Berkas:Mumi Papua.jpg|jmpl|200px|ka|Sebuah mumi di Lembah Baliem.]]
 
Suku-suku di pegunungan Papua seperti suku Dani, Hubula, dan Yali memiliki tradisi [[mumifikasi]] atau pengawetan jasad manusia. Dalam bahasa Hubula, mumi disebut dengan ''[[akonipuk]]'' yang berarti "manusia yang dikeringkan". Umumnya mayat anggota suku Dani ditangani dengan cara dibakar atau [[kremasi]] sedangkan pengawetan jasad menjadi mumi cukup jarang dilakukan. Tercatat sekitar empat mumi yang dinamai Araboda, Aikima, Pumo, dan Yiwika di [[Lembah Baliem]] dikonservasi oleh Pemerintah Kabupaten Jayawijaya ditambah dengan mumi di kabupaten lain seperti Yamen Silok dari Yahukimo. Mumi-mumi tersebut adalah jasad orang penting seperti kepala suku atau panglima perang. Mumifikasi dilakukan dengan cara pengasapan sehingga terbentuk mayat dengan kulit yang kering dan berwarna gelap. Mumi di Lembah Baliem dapat dikunjungi wisatawan.<ref>{{Cite book|title=Mumi dalam budaya suku Hubula : di lembah Balim kabupaten Jayawijaya|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1083260|last=Kondologit|first=Erico|publisher=Amara Books|location=Yogyakarta|last2=Assa|first2=Veibe|last3=Hapsari|first3=Windy|year=2017}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://tekno.tempo.co/read/1288249/cerita-tradisi-mumi-prasejarah-di-papua-begini-prosesnya|title=Cerita Tradisi Mumi Prasejarah di Papua, Begini Prosesnya|date=2019-12-27|website=tempo.co|last=Alfarizi|first=Khory}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://kalsel.antaranews.com/berita/103147/peneliti-warga-yahukimo-temukan-mumi-angguruk|title=Peneliti: warga Yahukimo temukan mumi Angguruk|date=2019-06-07|last=Abubar|first=Musa|publisher=ANTARA}}</ref>