Psikologi Islam: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membatalkan 1 suntingan by Shakira Tan (bicara): Istighfar ya ukhti. Wikipedia bukan tempat pamer / narsis diri. Psikologi Islam dipelajari di seluruh dunia, bukan hanya di uin
Tag: Pembatalan
Shakira Tan (bicara | kontrib)
Suatu artikel Wikipedia harus dikonstruksi dengan data obyektif. Dunia mempelajari ilmu nafs namun Psikologi Islam adalah berbeda dengan ilmu nafs. Dengan berkata Psikologi Islam tidak berpusat di UIN Jakarta anda sudah menunjukkan kapasitas anda yang tidak mengerti apapun tentang Psikologi Islam. Saya adalah pengembang artikel ini, nama akun lama saya adalah David Abraham Moses yang sudahlah hilang.
Tag: Dikembalikan kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler pranala ke halaman disambiguasi
Baris 1:
'''Psikologi Islam''' merupakan suatu bidang [[ilmu]] pengembangan dari ilmu nafs ([[psikologi Islam klasik]]) yaitu suatu [[ilmu]] pada [[zaman keemasan Islam|zaman kejayaan peradaban Islam menghegemoni kultur Dunia]], dengan obyek material manusia dan obyek formal kejiawaan. IlmuSaat ini pusat pengembangannya ada di [[Uin jakarta|SPs UIN Jakarta]] [[Kajian Islam|Prodi Magister/Doktor Pengkajian Islam]] Konsentrasi Psikologi Islam oleh [[Abdul Mujib]] dan di Konsentrasi Kajian Islam dan Psikologi, [[Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia|Kejuruan Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam, SKSG Universitas Indonesia]] oleh [[Achmad Mubarok]] dan para ilmuan civitas akademika lainnya yang mendalami Psikologi Islam. Psikologi Islam terbentuk sebagai suatu paradigma baru berkat kurikulum terpadu interdisipliner yang dilakukan [[Harun Nasution]] dan murid-muridnya [[Azyumardi Azra]], [[Suwito]], [[Fu'ad Jabali]] dan [[Yusaf Rahman|Yusuf Rahman]] dengan membuat kurikulum terpadu atas Pengkajian Islam dan [[Psikologi]] sebagai pengembangan dari [[Kajian Islam|Kajian Islam Klasik]] sebagai fondasinya. Hadirnya Psikologi Islam bukanlah melakukan Islamisasi pada Sains seperti [[Naquib Alatas]] ataupun Saintifikasi Islam seperti [[Kuntowijoyo|Kunto Wijoyo]] namun menjadikan dalil-dalil Nash Islam yang (kultus/absolut) sebagai inspirasi pembuatan proposisi konstruk teori yang temporer dan provan. Perlu dipahami, ilmu nafs adalah suatu ilmu klasik yang berdasarkan pemikiran para filsuf klasik Islam semisal [[al-Kindi]] , [[al-Ghazali]], [[Ibnu Sina|Ibn Sina]], [[Ibnu Arabi|Ibn Arabi]], [[Abu Yazid Al-Busthami|Abu Yazid al-Bustami]], [[al-Farabi]] dan banyak filsuf muslim lainnya yang mencetuskan berbagai macam proposisi tentang gejala kejiwaan dalam bidang [[Psikologi kepribadian|psikologi keperibadian]], [[psikologi sosial]], dan berbagai macam bidang psikologi lainnya. Setelah terjadi revolusi logika di Dunia yang menyebabkan paradigma ilmiah bergeser kepada paradigma [[empiris]] oleh [[Francis Bacon]] menggantikan logika [[Al-Farabi|Alfarabi]] maupun [[Aristoteles]], berbagai macam ilmu pun ikut melakukan revolusi baik pada [[ilmu alam]], ilmu sosial, maupun [[Humaniora|ilmu budaya]]. Adalah [[Auguste Comte]] dan Spencer sebagai pencetus bawasannya proposisi pada [[ilmu sosial]] juga dapat menjadi proposisi yang empirik, dan didukung oleh data pendukung empirik. Pernyataan Comte ini digagas berdasarkan [[Pengamatan|observasi]]<nowiki/>nya pada [[sejarah]], bahwa sejarah manusia adalah suatu yang terulang dan terulang kembali, baik itu kebijakan, tindakan, maupun perilaku. Gagasan Comte ini bukan hanya merevolusi ilmu sosial namun juga membawa ilmu budaya tertarik masuk kedalam [[Ilmu|sains]], dengan pembagian jenis [[data]] yaitu ilmu alam adalah nomotetik, ilmu sosial termasuk psikologi adalah semi nomotetik, dan ilmu budaya adalah [[Ideografi|idiografi]] yang ketiganya kini diakui [[Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa|Unesco]] sebagai sains.
 
Saat ini psikologi Islam sedang fokus untuk mencetuskan sebanyak-banyaknya teori-teori baru berdasarkan [[Terminologi|terma-terma]] klasik ataupun simbol-simbol kejiwaan Islami yang belum memiliki konstruk teori yang temporer serta teruji. Konstruksi psikometri yang berkembang saat ini pun masihlah dipenuhi psikometri bersifat kontroversial seperti psikometri [[tawakal]], [[sabar]], [[Tawadhu'|tawadu]]', [[Tulus (disambiguasi)|ikhlas]] dan lain sebagainya yang dikonstruksi tidak berdasarkan teori namun langsung menjadikan [[Al-Qur'an|Nash]] sebagai landasan langsung penarikan indikator. Sehingga melanggar kaidah sosial sains, dan apabila [[psikometri]] tertumbangkan/tidaklah fit maka Nash tersebut seolah ikut tertumbangkan. Inilah kini yang menjadi kajian-kajian serius, sehingga psikologi Islam dapat menjadi paradigma Islam dalam melihat psikologi namun tidak menistakan Nash Islam karena menarik sesuatu yang absolut keranah tentatif. Jadi dapatlah diketahui bahwa ayat-ayat Al-Qur'an juga hadist bukanlah [[aksioma]] apalagi [[teorema]] namun berkedudukan sebagai penginspirasi pada konstruksi teori dalam konsepsi-konsepsi Islami baru. Ini menjadi pijakan nalar filsafat ilmu bahwa seluruh psikometri yang dibangun berdasarkan tinjauan hadist langsung, ataupun tinjauan langsung pada kitab-kitab tafsir yang belumlah [[Kecocokan|teruji fit-nya]] atas realitas tertolak sebagai psikometri Psikologi Islam, sebab merupakan paham lama yang problematik dari perdebatan-perdebatan yang telah selesai ketika psikologi Islam dibangun sebagai paradigma psikologi baru yang positifistik.
Psikologi Islam adalah suatu paradigma psikologi empirik yang [[konstruksi teori|mengkonstruksi teori]] dengan terinspirasi oleh dalil-dalil [[kitab suci Islam]], maupun proposisi-proposisi teori dari [[Filsuf muslim|ilmuan muslim]] klasik. Suatu ilmu yang menjadi jembatan antara logika modern yang empirik dengan nash Alquran dan Sunnah. Metodenya yaitu dengan meriset [[kitab suci Islam]] untuk menemukan logika empirik tentang gejala jiwa yang kemudian dikonstruk menjadi suatu [[Proposisi|proposis]]<nowiki/>i yang didukung oleh [[temuan]]-temuan [[psikologi]] kekinian. Produk dari Psikologi Islam adalah lahirnya [[teori]]-teori psikologi yang proposisinya terinspirasi dari ayat-ayat kitab suci Islam yang disandingkan dengan data pendukung empirik, selain itu juga memperbaharui data pendukung [[Empirisme|empiris]] teori-teori psikologi klasik para ilmuan muslim [[Abad Pertengahan|abad pertengahan]].
 
PsikologiJadi dapatlah dipahami bahwa psikologi Islam adalahmerupakan suatu paradigma psikologi empirik yang [[konstruksi teori|mengkonstruksi teori]] dengan terinspirasi oleh dalil-dalil [[kitab suci Islam]], maupun proposisi-proposisi teori dari [[Filsuf muslim|ilmuan muslim]] klasik. Suatu ilmu yang menjadi jembatan antara logika modern yang empirik dengan nashNash AlquranAl-Qur'an dan Sunnah. Metodenya yaitu dengan meriset [[kitab suci Islam]] untuk menemukan logika empirik tentang gejala jiwa yang kemudian dikonstruk menjadi suatu [[Proposisi|proposis]]<nowiki/>i yang didukung oleh [[temuan]]-temuan [[psikologi]] kekinian. Produk dari Psikologi Islam adalah lahirnya [[teori]]-teori psikologi yang proposisinya terinspirasi dari ayat-ayat kitab suci Islam yang disandingkan dengan data pendukung [[empirik]], selain itu juga memperbaharui data pendukung [[Empirisme|empiris]] teori-teori psikologi klasik para ilmuan muslim [[Abad Pertengahan|abad pertengahan]].
 
== Sejarah ==
Baris 8 ⟶ 10:
Pada masa klasik (abad ke-7–13 [[Masehi]]), unsur-unsur psikologi dalam ajaran Islam dikemukakan oleh para tokoh dan institusi yang memiliki tingkat penafsiran yang tinggi atas ajaran Islam. Penfasiran ini dilakukan dengan tujuan untuk membentuk perilaku manusia menjadi pribadi yang memiliki nilai-nilai kesehatan, keadilan, dan kebenaran. Umat Islam pada masa ini ditekankan untuk mengetauhi ajaran Islam dan hadis. Perilaku manusia didasarkan kepada sunah Nabi Muhammad dengan tujuan agar terbentuk kebiasaan baik.<ref>{{Cite book|last=Syahid, A., dkk.|date=2018|url=https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44222/1/Achmad%20Syahid%20-%20Buku%20Diskursus_Psikologi%20Islam.pdf|title=Diskursus Psikologi Islam di Indonesia|location=Jakarta|publisher=UIN Jakarta Press|isbn=978-602-346-083-0|editor-last=Romli|editor-first=Cecep|pages=1|url-status=live}}</ref>
 
Para tokoh yang melakukan kajian kejiwaan pada masa klasik tidak disebut sebagai ahli jiwa. Selain itu, kajian kejiwaan juga tidak memiliki disiplin ilmiah tersendiri yang disebut ilmu jiwa. Kajian kejiwaan dilakukan dalam bidang tafsir ahli tafsir, bidang hadis oleh ahli hadis, bidang filsafat oleh filsafat Islam dan bidang [[tasawuf]] oleh para [[sufi]]. Mereka mengkaji tentang kejiwaan menggunakan pendekatan skriptualis, pendekatan filosofis dan pendekatan tasawuf.<ref>{{Cite journal|last=Faridah|first=Siti|date=2016|title=Metodologi dalam Kajian Psikologi Islam|url=http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/insania/article/download/1114/854|journal=Studia Insania|volume=4|issue=1|pages=70}}</ref> Epistemologi dari pemikiran-pemikiran kejiwaan dalam psikologi Islam diperoleh dalam kajian filsafat Islam dan tasawuf. Tokoh-tokoh utama dalam kajian ini antara lain [[al-Farabi]] dand<nowiki/>an [[Ibnu Sina]].<ref>{{Cite journal|last=Zaharuddin|date=2013|title=Telaah Kritis terhadap Pemikiran Psikologi Islam di Indonesia|url=http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar/article/download/408/359|journal=Intizar|volume=19|issue=1|pages=165}}</ref>
 
=== Masa modern (Abad ke-20 Masehi) ===