Ma'had Al-Zaytun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 126:
Menanggapi isu-isu yang kemudian berkembang di masyarakat mengenai keterkaitan Ponpes Al-Zaytun dengan NII pada tahun 2011, Panglima TNI Jenderal [[Moeldoko]] yang saat itu menjabat panglima [[Kodam III/Siliwangi]], berinisiatif untuk melakukan komunikasi dari kedua pihak, baik dari [[Panji Gumilang]] selaku pengasuh Pesantren Al-Zaytun dan kelompok masyarakat tertentu. Hasilnya, isu bahwa Ponpes Al-Zaytun mendidik siswa atau santri agar menolak Pancasila tidak terbukti. Kata Moeldoko, "Sekarang kita lihat hasilnya, gaya komunikasi yang saya lakukan. Tidak ada kecurigaan lagi. Ini masalahnya komunikasi".<ref>[http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/08/10/na2anu-ponpes-al-zaytun-ajarkan-nii-ini-klarifikasi-moeldoko Ponpes Al Zaytun Ajarkan NII, Ini Klarifikasi Moeldoko]. republika.co.id. 10 Agustus 2014. Diakses tanggal 23 Desember 2015.</ref>
 
Mantan Kepala [[Badan Intelijen Negara]], [[Hendropriyono]] membantah jika Ponpes Al-Zaytun disebut sebagai sarang kelompok NII.{{sfn|Simanullang|2015}} Ia mengaku sering berkunjung ke pondok pesantren tersebut. Dalam buku ''Al-Zaytun Sumber Inspirasi Bermasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara'' yang ditulis Drs. Ch. [[Robin Simanullang]], Hendopriyono menegaskan,<ref>{{Cite booksfn|url=https://www.worldcat.org/oclc/933291139|title=Al-Zaytun sumber inspirasi : bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara|last=Simanullang|first=Ch. Robin (Christian Robin),|publisher=Pustaka Tokoh Indonesia|year=2015|isbn=9786029712254|edition=Cetakan pertama|location=Jakarta|pages=ix-x|oclc=933291139}}</ref>
{{Kutipan|Al-Zaytun ini mengajarkan toleransi dan perdamaian, mengajarkan Pancasila dan mendidik santrinya supaya menjadi warga negara Republik Indonesia yang baik, sesuai kurikulum Kementerian Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama Republik Indonesia. Itu kebenarannya. Tapi oleh orang-orang lain masih dituding NII (Negara Islam Indonesia). Bagaimana mungkin NII mengajarkan Pancasila? Bukankah NII menentang dan mengkafirkan Pancasila dan NKRI?".}}
Menurut Hendropriyono, pembuktian bahwa ponpes tersebut bukan sarang NII dapat dilihat dari beberapa hal: salah satunya adalah hasil dari penelitian tim [[Kementerian Agama Republik Indonesia|Kementerian Agama]], yang menyatakan bahwa ajaran dalam Ponpes tersebut tidak ada yang menyalahi ajaran Islam.{{sfn|Simanullang|2015}}<ref>[http://nasional.kompas.com/read/2011/05/31/20294762/Hendro.Bantah.Al-Zaytun.Sarang.NII Hendro Bantah Al-Zaytun Sarang NII]. kompas.com. 31 Mei 2011. Diakses tanggal 23 Desember 2015.</ref><ref>[http://www.antaranews.com/en/news/71295/minister-al-zaytun-not-linked-to-nii Minister: Al-Zaytun Not Linked to NII]. antaranews.com. 11 Mei 2011. Diakses tanggal 23 Desember 2015.</ref>
 
Salah seorang alumni Ponpes Al-Zaytun yang berasal dari Kota Palangka Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, merasa keberatan jika lembaga tempatnya menuntut ilmu dituding sebagai sarang Negara Islam Indonesia (NII). Ia mengaku tidak pernah menemukan indikasi mencurigakan seperti penerapan [[Radikalisme|paham-paham radikal]] dan NII. "...Jangan mentang-mentang salah satu pengurus ponpes bekas anak buah [[Kartosuwiryo|Kartosoewiryo]], yang pernah membina pesantren ini, sehingga Al-Zaytun terbawa-bawa dengan gerakan NII," ujarnya.<ref>[http://www.antaranews.com/berita/257564/alumni-ponpes-keberatan-al-zaytun-dituding-sarang-nii Alumni Ponpes Keberatan Al-Zaytun Dituding Sarang NII]. antaranews.com. 7 Mei 2011. Diakses tanggal 23 Desember 2015.</ref>