Ibnu Batutah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Kebohongan tentang tuduhan terhadap Ibnu Batutah
Tag: Menghilangkan referensi VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k tamabah pranala dalam
Baris 55:
Selepas berziarah, Ibnu Batutah tidak melanjutkan perjalanan bersama kafilah haji menuju [[Bagdad]], dan malah berkelana selama enam bulan menjelajahi negeri [[Iran|Persia]]. Dari Najaf, ia bertolak menuju [[Wasith, Irak|Wasit]], kemudian menyusuri aliran Sungai [[Tigris]] ke arah selatan menuju [[Basra]]. Kota berikutnya yang ia kunjungi adalah [[Isfahan]], yang terletak di balik [[Pegunungan Zagros]] di Persia. Selanjutnya ia bertolak ke arah selatan menuju [[Syiraz]], sebuah kota besar lagi makmur yang beruntung luput dari aksi penghancuran bala tentara Mongol, tidak seperti banyak kota lain yang terletak lebih ke utara. Ibnu Batutah akhirnya kembali melintasi pegunungan menuju Bagdad, dan tiba di kota itu pada bulan Juni 1327.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|p=97}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA100 100 Jld. 2]}}</ref> Berbagai kawasan di Kota Bagdad masih dipenuhi puing-puing reruntuhan, sisa-sisa aksi bumi hangus yang dilakukan oleh bala tentara [[Hulagu Khan]] ketika menyerang kota itu pada 1258.{{sfn|Dunn|2005|pp=41, 97}}
 
Ketika berada di Bagdad, Ibnu Batutah mendapati bahwa [[Abu Sa'id Bahadur Khan|Abu Said]], pemimpin Mongol terakhir atas segenap wilayah Ilkhanan sebelum negeri itu terpecah-belah, akan berangkat ke arah utara meninggalkan Bagdad diiringi serombongan besar anak buahnya.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|pp=98–100}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA125 125 Vol. 2]}}</ref> Ibnu Batutah mula-mula berangkat bersama-sama dengan rombongan Abu Said, namun kemudian memisahkan diri dan menyusuri [[Jalur Sutra]] menuju [[Tabriz]], kota besar pertama di wilayah itu yang membuka gerbangnya bagi orang Mongol. Kota Tabriz kala itu merupakan sebuah pusat niaga penting, karena kota-kota pesaing di sekitarnya telah hancur diserang bala tentara [[Mongolia|Mongol]].<ref>{{harvnb|Dunn|2005|pp=100–101}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|pp=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA128 128–131 Jld. 2]}}</ref>
 
Ibnu Batutah kembali bertolak menuju Bagdad, kemungkinan besar pada bulan Juli, namun terlebih dahulu berpesiar ke arah utara, menyusuri aliran Sungai Tigris. Ia berkunjung ke [[Mosul]] dan dijamu oleh gubernur, pejabat pemerintah Ilkhanan di kota itu,{{sfn|Defrémery|Sanguinetti|1854|pp = [https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA134 134-139 Jld. 2]}} kemudian berkunjung pula ke Kota [[Cizre]] (Jazirat Ibnu Umar) dan Kota [[Mardin]] yang kini berada dalam wilayah negara Turki. Ketika sampai ke sebuah pertapaan di gunung dekat [[Sinjar]], ia bertemu dengan seorang ahli tasawuf [[bangsa Kurdi|Kurdi]] yang menghadiahinya beberapa keping uang perak.{{efn|Sebagian besar uraian Ibnu Batutah tentang kota-kota yang terletak di sepanjang tepian Sungai Tigris disalin dari ''Ar-Rihlah'' [[Ibnu Jubair]] yang ditulis pada 1184.{{sfn|Mattock|1981}}{{sfn|Dunn|2005|p=102}}}}<ref>{{harvnb|Dunn|2005|p=102}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA142 142 Jld. 2]}}</ref> Sekembalinya ke Mosul, ia bergabung dengan serombongan jemaah haji dan berangkat ke Bagdad. Rombongan ini bergabung dengan kafilah haji di Bagdad dan berangkat melintasi [[Gurun Arab]] menuju Mekah. Akibat terserang diare dalam perjalanan, Ibnu Batutah tiba di Mekah untuk menunaikan ibadah haji kali kedua dengan tubuh lemah dan letih lesu.<ref>{{Harvnb|Dunn|2005|pp=102–103}}; {{harvnb|Defrémery|Sanguinetti|1854|p=[https://books.google.com/books?id=m-UHAAAAIAAJ&pg=PA149 149 Jld. 2]}}</ref>