Kesultanan Kutai Kertanegara ing Martapura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bimo K.A. (bicara | kontrib)
Bimo K.A. (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 111:
[[Berkas:Kroning van de sultan van Koetei Aji Muhammad Parikesit te Tenggarong, KITLV 116449.tiff|jmpl|265px|[[Aji Muhammad Parikesit|Sultan Aji Muhammad Parikesit]] tampil di beranda keraton usai upacara penobatannya pada tahun 1920, didampingi permaisuri, para pangeran, serta para pejabat tinggi [[Hindia Belanda]] di Karesidenan Kalimantan Selatan dan Timur (''Zuid en Oost Borneo Residentie'').]]
 
Pada tanggal [[14 NopemberNovember]] [[1920]], Aji Kaget dinobatkan sebagai Sultan Kutai Kertanegara dengan gelar Sultan [[Aji Muhammad Parikesit]] namun hal ini juga banyak mengalami kontroversi karena ada beberapa kerabat tidak setuju dengan pengangkatan Aji Muhammad Parikesit Tersebut, hal ini dikarenakan anggapan bahwa Aji Pangeran Soemantri I-lah yang berhak diangkat menjadi Sultan Kutai. Dalam beberapa media juga di sebutkan bahwa pengangkatan Aji Muhamad Parikesit dikarenakan ke dua saudaranya telah meninggal. Hal inilah yang mengundang banyak kontroversi dari berbagai pihak; menurut cerita, yang seharusnya menjadi raja adalah anak dari permaisuri, dan permaisuri tidak harus istri pertama, karena terkadang permaisuri diangkat menurut status kedudukan orang tuanya. Itu Peraturan Kerajaan, berbeda dengan hukum Islam, jadi Aji Muhammad Parikesit adalah pemegang takhta yang sah, yang mendapat dukungan dari mayoritas masyarakat Kutai pada saat itu (sempat dilakukan semacam permintaan dukungan dari masyarakat terhadap kedua orang calon raja tersebut).
 
Sejak awal abad ke-20, ekonomi Kutai berkembang dengan sangat pesat sebagai hasil pendirian perusahaan Borneo-Sumatra Trade Co. Pada tahun-tahun tersebut, kapital yang diperoleh Kutai tumbuh secara mantap melalui [[:en:Economic surplus|surplus]] yang dihasilkan tiap tahunnya. Hingga tahun [[1924]], Kutai telah memiliki dana sebesar 3.280.000 Gulden - jumlah yang sangat fantastis untuk masa itu. Tahun [[1936]], Sultan Aji Muhammad Parikesit mendirikan keraton baru yang megah dan kokoh yang terbuat dari bahan [[beton]]. Dalam kurun waktu satu tahun, istana tersebut selesai dibangun, dan diresmikan pada awal tahun [[1938]].
Baris 181:
[[Berkas:Kedaton Kutai Kartanegara.jpg|jmpl|kanan|265px|[[Kedaton Kutai Kartanegara]] yang baru, terletak di belakang keraton lama, di samping [[Masjid Jami Aji Amir Hasanuddin]].]]
 
Setelah pemerintahan Kesultanan Kutai berakhir pada tahun [[1960]], bangunan kedaton dengan luas 2.270 m² ini tetap menjadi tempat kediaman [[Aji Muhammad Parikesit|Sultan Aji Muhammad Parikesit]] hingga tahun 1971. Kedaton yang juga dikenal dengan sebutan Kedaton Putih ini kemudian diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur pada tanggal 25 NopemberNovember 1971. Pada tanggal 18 Februari 1976, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menyerahkan bekas kedaton Kutai Kertanegara ini kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk dikelola menjadi sebuah museum negeri dengan nama [[Museum Mulawarman|Museum Negeri Mulawarman]]. Di dalam museum ini disajikan beraneka ragam koleksi peninggalan Kesultanan Kutai Kertanegara, di antaranya singgasana, arca, perhiasan, perlengkapan perang, tempat tidur, seperangkat gamelan, koleksi keramik kuno dari Cina, dan lain-lain.
 
Dalam lingkungan kedaton Sultan Kutai terdapat makam raja dan keluarga kerajaan Kutai Kertanegara. Jirat atau nisan Sultan dan keluarga kerajaan ini kebanyakan terbuat dari kayu besi yang dapat tahan lama dengan tulisan huruf Arab yang diukir. Sultan-sultan yang dimakamkan disini di antaranya adalah [[Aji Muhammad Muslihuddin|Sultan Aji Muhammad Muslihuddin]], [[Aji Muhammad Salehuddin|Sultan Aji Muhammad Salehuddin I]], [[Aji Muhammad Sulaiman|Sultan Aji Muhammad Sulaiman]] dan [[Aji Muhammad Parikesit|Sultan Aji Muhammad Parikesit]]. Hanya Sultan Alimuddin saja yang tidak dimakamkan di lingkungan kedaton, dia dimakamkan di tanah miliknya di daerah [[Melayu, Tenggarong, Kutai Kartanegara|Gunung Gandek]], [[Tenggarong]].