}}
'''Dra. Siti Hartati Murdaya''' ({{lahirmati|[[JakartaBahasa Tionghoa|Hanzi]]|: 鄒麗英/邹丽英; Chow Lie Ing; 29|08| Agustus 1946}}) merupakan salah satu figur paling berpengaruh dalam perekonomian Indonesia maupun kemajuan ajaran Buddha di Indonesia. Sejak tahun 1984 dirinya menjadi pendiri dan Presiden Direktur PT. Central Cipta Murdaya (CCM Group) sebuah holding company (perusahaan induk) yang memiliki 50 lebih anak perusahaan yang bergerak di bidang industri, trading, retail, manufaktur, perkebunan, kehutanan, konstruksi, properti, MICE dan hotel. Selain itu dirinya juga menjadi Ketua Umum WALUBI sejak 1998 - sekarang. Sejumlah jabatan lain juga pernah diembannya seperti Dewan Pertimbangan Presiden (d/h Dewan Pertimbangan Agung) tahun 1997 - 1999, Anggota MPR Fraksi Utusan Golongan tahun 1999 - 2004, Anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN) tahun 2010 - 2012. Menurut majalah [[Forbes]], Hartati Murdaya merupakan perempuan terkaya se-Indonesia dengan kekayaan ditaksir sekitar Rp 20,3 Trilliun atau 1,4 Milyar USD.
== Latar belakang ==
PadaHartarti tanggalMurdaya 29 Agustus 1946lahir di Jakarta terlahirpada seorangtanggal perempuan29 yangAgustus kelak1946 akandengan menjadinama salah satu figur paling berpengaruh dalam perekonomian Indonesia maupun kemajuan ajaran Buddha di Indonesia. Perempuan tersebut bernamalahir Siti Hartati Tjakra dengan nama Tionghoa Chow Li Ing (鄒麗英/邹丽英). Menarik untuk diketahui bahwa namaNama Hartati merupakan pemberian dari Ir. Soekarno yang merupakan Presiden pertama di Indonesia. Ayah Hartati yakni Tjakra Bhudi dahulu merupakan seorang jurnalis yang ditugaskan ke Indonesia untuk meliput berita hingga kemudian beralih menjadi pengusaha kayu. Hartati merupakan putri sulung dari tujuh bersaudara, ia memiliki lima orang adik perempuan dan satu orang adik laki – laki.
Sejak kecil, Hartati merupakan sosok yang serba bisa di dalam keluarganya, selain rajin belajar, dirinya juga pandai menyanyi, membuat kue, memasak, menjahit pakaian bahkan memangkas rambut juga bisa dilakukannya. Hartati juga tumbuh sebagai seorang Buddhis yang taat, dirinya tidak segan – segan untuk membersihkan, menyapu, mengepel vihara bahkan mencuci jubah para Bhikkhu Sangha. Selesai menamatkan pendidikan sekolah menengah atas (SMA), Hartati pun melanjutkan pendidikan dengan berkuliah di [[Universitas Trisakti|Universitas Res Publica]], kala itu sulit sebetulnya bagi warga keturunan dapat mengenyam pendidikan tinggi, beruntung saat itu Hartati dapat menjadi segelintir warga keturunan yang dapat menempuh jenjang pendidikan tinggi. Namun, karena gejolak politik yang saat itu terjadi, Universitas Res Publica dibubarkan karena dicap sebagai kelompok kiri. Singkat cerita, Hartati pun berhasil memperoleh gelar Doktoranda (Dra.) di bidang tata niaga dan lulus dengan predikat yudisium magna cum-laude.
|