Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 185:
Sultan Hamengkubuwana VIII memerintah selama 18 tahun, hingga tahun 1939. Ia mangkat setelah menjemput putranya, Gusti Raden Mas Dorojatun di [[Batavia]], sepulang dari Belanda. Disini ia juga menunjuk Dorojatun menjadi penerusnya, ditandai dengan penyerahan keris pusaka Kyai Joko Piturun kepada Dorojatun. Namun, pengukuhan Dorojatun menjadi ''Adipati Anom'' baru dilaksanakan beberapa saat sebelum pengangkatannya sebagai raja pada tahun 1940.
Dorojatun naik tahta dengan gelar Sultan [[Hamengkubuwana IX]] pada tahun 1940, setelah mengalami proses alot dalam perundingan kontrak politiknya dengan Belanda. Sultan yang awalnya menolak kontrak politik tersebut, tiba-tiba berubah pikiran dan langsung menyetujuinya. Konon ia mendapatkan ''wisik'' (bisikan gaib) dari ayahnya yang mengatakan bahwa Belanda akan pergi{{sfnm|1a1=Roem et al.|1y=2011|1p=37|2a1=Suyono|2a2=Parera|2y=2015|2p=63
Jepang mulai menduduki Hindia Belanda pada 5 Maret 1942. Di tengah banyaknya pengambilan penduduk menjadi romusa, banyak catatan mengatakan bahwa Sultan mampu mencegahnya dengan memanipulasi data statistik produktivitas pertanian dan peternakan. Ia berhasil membujuk pemerintah Jepang untuk mengalihkan rakyatnya dalam membangun sebuah kanal irigasi raksasa yang menghubungkan antara [[Sungai Progo]] dan [[Sungai Opak]] agar pengairan sawah dapat dilakukan sepanjang tahun dari yang sebelumnya masih bersistem tadah hujan. Kanal tersebut diberi nama [[Selokan Mataram]], dan terbukti mampu memakmurkan masyarakat saat itu.
|