Suku Batak: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
SBSembiring (bicara | kontrib)
k Karo bukan bagian dari Batak
Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
SBSembiring (bicara | kontrib)
k Karo bukan Batak
Tag: Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 112:
 
== Identitas Batak ==
''Identitas Batak'' populer dalam sejarah Indonesia modern setelah di dirikan dan tergabungnya para pemuda dari [[Suku Angkola|Angkola]], [[Suku Mandailing|Mandailing]], [[Suku Karo|Karo]], [[Suku Pakpak|Pakpak]], [[Suku Simalungun|Simalungun]], dan [[Suku Batak Toba|Toba]] di organisasi yang di namakan [[Jong Batak]] tahun [[1926]], tanpa membedakan agama dalam satu kesepahaman: ''Bahasa Batak kita begitu kaya akan Puisi, Pepatah dan Pribahasa yang mengandung satu dunia kebijaksanaan tersendiri, Bahasanya sama dari Utara ke Selatan, tapi terbagi jelas dalam berbagai dialek. Kita memiliki budaya sendiri, Aksara sendiri, Seni Bangunan yang tinggi mutunya yang sepanjang masa tetap membuktikan bahwa kita mempunyai nenek moyang yang perkasa, Sistem marga yang berlaku bagi semua kelompok penduduk negeri kita menunjukkan adanya tata negara yang bijak, kita berhak mendirikan sebuah persatuan Batak yang khas, yang dapat membela kepentingan kita dan melindungi budaya kuno itu'' <ref>{{cite book |title =Dengan Semangat Berkobar |author = Hans Van Miert |publisher = Hasta Mitra-Pustaka Utan Kayu-KITLV |page = 475 |isbn = 9799665736 |year = 2003}}</ref>
 
[[R.W Liddle]] mengatakan, bahwa sebelum abad ke-20 di Sumatra bagian utara tidak terdapat kelompok etnis sebagai satuan sosial yang koheren. Menurutnya sampai abad ke-19, interaksi sosial di daerah itu hanya terbatas pada hubungan antar individu, antar kelompok kekerabatan, atau antar kampung. Dan hampir tidak ada kesadaran untuk menjadi bagian dari satuan-satuan sosial dan politik yang lebih besar.<ref>{{cite book | last =Liddle | first =R.W | authorlink = | coauthors = | title =Ethnicity, party, and national integration: an Indonesian case study | year =1970 | publisher =New Haven: Yale University Press | location = | url =https://archive.org/details/ethnicitypartyna00lidd| doi = | isbn = | page = }}</ref> Pendapat lain mengemukakan, bahwa munculnya kesadaran mengenai sebuah keluarga besar Batak baru terjadi pada zaman kolonial.<ref>{{cite book | last =Castles | first =L | authorlink = | coauthors = | title =Statelesness and Stateforming Tendencies Among the Batak before Colonial Rule | publisher =Monograph no 6 of MBRAS | date = | location = Kuala Lumpur | url = | doi = | isbn = | page = 67-66 }}</ref> Dalam disertasinya [[J. Pardede]] mengemukakan bahwa istilah "Tanah Batak" dan "rakyat Batak" diciptakan oleh pihak asing. Sebaliknya, [[Siti Omas Manurung]], seorang istri dari putra pendeta Batak Toba menyatakan, bahwa sebelum kedatangan Belanda, semuasebagian orang baik [[Karo]] maupun [[Simalungun]] mengakui dirinya sebagai Batak, dan Belandalah yang telah membuat terpisahnya kelompok-kelompok tersebut. Sebuah mitos yang memiliki berbagai macam versi menyatakan, bahwa [[Pusuk Buhit]], salah satu puncak di barat [[Danau Toba]], adalah tempat "kelahiran" bangsa Batak. Selain itu mitos-mitos tersebut juga menyatakan bahwa nenek moyang orang Batak berasal dari [[Samosir]].{{Citation-needed}}
 
Terbentuknya masyarakat Batak yang tersusun dari berbagai macam marga, sebagian disebabkan karena adanya migrasi keluarga-keluarga dari wilayah lain di Sumatra. Penelitian penting tentang tradisi Karo dilakukan oleh [[J.H Neumann]], berdasarkan sastra lisan dan transkripsi dua naskah setempat, yaitu ''[[Pustaka Kembaren]]'' dan ''[[Pustaka Ginting]]''. Menurut ''Pustaka Kembaren'', daerah asal marga Kembaren dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] di Minangkabau. Orang Tamil diperkirakan juga menjadi unsur pembentuk masyarakat Karo. Hal ini terlihat dari banyaknya nama marga Karo yang diturunkan dari [[Bahasa Tamil]]. [[Suku Tamil|Orang-orang dari Suku Tamil]] yang menjadi pedagang di pantai barat, lari ke pedalaman Sumatra akibat serangan pasukan Minangkabau yang datang pada abad ke-14 untuk menguasai Barus.<ref>{{cite book | last =Tideman | first =J. | authorlink = | coauthors = | title =Hindoe-Invloed in Noordelijk Batakland | publisher =Uitgave van het Bataksche Institut no 23 | date = | location = Amsterdam | url = | doi = | isbn = | page = 56 }}</ref>