Globalisasi di Korea Selatan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q64217601 |
saya menambahkan referensi |
||
Baris 2:
== Ringkasan ==
[[Globalisasi]] berasal dari penjajahan Eropa terhadap benua-benua di Asia, Afrika, dan Amerika. Namun, perkembangannya masih terbelakang sampai pada [[Perang Dunia II|Perang Dunia ke 2]], ketika globalisasi telah terjadi di seluruh dunia.<ref>Guttal, Shalmali (2007). "Globalisation". ''Development in Practice''. '''17''' (4/5): 523–531. [[Doi (identifier)|doi]]:10.1080/09614520701469492. [[ISSN (identifier)|ISSN]] 0961-4524. [[JSTOR (identifier)|JSTOR]] 25548249. [[S2CID (identifier)|S2CID]] 218523141.</ref> Globbalisasi dapat didefinisikan sebagai proses tidak merata yang berfokus pada transformasi kondisi sosial kebangsaan saat ini menjadi jaringan internasional yang terhubung.<ref>Steger, Manfred B. (2017). ''Globalization: A Very Short Introduction''. Oxford University Press. [[ISBN (identifier)|ISBN]] [[
=== Globalisasi Asia-Pasifik ===
Pertembuhan ekonomi Asia selama tahun 1980-an dipercepat karena masuknya investasi asing, sedangkan pada tahun 1997 dan 1998, terjadi kemunduran yang signifikan karena dolar AS menguat sangat tinggi bahkan dibandingkan dengan yuan yang menyebabkan kesulitan keuangan di Asia dan berdampak juga pada [[Korea Selatan]] dimana struktur hutang juga diakui.<ref>Olds, Kris; Kelly, Philip F.; Dicken, Peter; Yeung, Henry Wai-Chung; Kong, Lily (1999). ''Globalisation and the Asia-Pacific: Contested Territories''. Psychology Press. [[ISBN (identifier)|ISBN]] [[
Sebuah keajaiban akhirnya muncul di Asia setelah depresi ekonomi yang tiba-tiba dan kebangkitan kembali terlihat; Hal ini membuat negara-negara Asia khususnya [[Empat Macan Asia]], melonjak dan mempengaruhi pasar global yang dikenal dengan sebutan ''East-Asian Miracle.''<ref>Krugman, Paul (1994). "The Myth of Asia's Miracle". ''Foreign Affairs''. '''73''' (6): 62–78. [[Doi (identifier)|doi]]:10.2307/20046929. [[ISSN (identifier)|ISSN]] 0015-7120. [[JSTOR (identifier)|JSTOR]] 20046929.</ref> Kebangkitan tersebut dipengaruhi oleh industri barat yang menganut perekonomian terbuka. Hal ini memicu pemerintan untuk mengambil pendekatan reformasi yang menghubungkan antara keterbukaan dan pertumbuhan.<ref>Greenaway, David; Morgan, Wyn; Wright, Peter (1998). "Trade Reform, Adjustment and Growth: What Does the Evidence Tell Us?". ''The Economic Journal''. '''108''' (450): 1547–1561. [[Doi (identifier)|doi]]:10.1111/1468-0297.00360. [[ISSN (identifier)|ISSN]] 0013-0133. [[JSTOR (identifier)|JSTOR]] 2566198.</ref> Selain itu,hal ini dilakukan dengan pasar gelap dan adanya monopoli ekspor serta menggunaan pendekatan tradisional yang direformasi.<ref>{{Cite report|title=Globalisation and the Asia-Pacific Revival|url=https://gupea.ub.gu.se/handle/2077/2833|date=2003|language=en|first=Arne|last=Bigsten}}</ref>
Baris 40:
Karena mendaftar di sekolah bergengsi (SKY) sangat penting bagi siswa Korea Selatan, hal ini telah menciptakan tekanan yang luar biasa pada ujian masuk perguruan tinggi, yang dikenal sebagai Tes Kemampuan Skolastik Perguruan Tinggi (CSAT), karena semua siswa bertujuan untuk mendapatkan nilai sempurna agar dapat diterima oleh universitas kelas atas.<ref name=":4">{{Cite journal|last=Barr|first=Chris|date=2005-11|title=The Life After Death - Christian Understandings|url=http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/001452460511700205|journal=The Expository Times|language=en|volume=117|issue=2|pages=63–63|doi=10.1177/001452460511700205|issn=0014-5246}}</ref> Pemerintah menganggap CSAT sebagai acara penting, dan Badan Kepolisian Nasional ditugaskan untuk memastikan bahwa lalu lintas dan kebisingan tidak mengganggu siswa.<ref name=":4" /> Tekanan ini menyebabkan banyak siswa mencoba bunuh diri atau mempunyai pikiran untuk bunuh diri; berdasarkan survei nasional Korea Selatan, 61,4% siswa mengalami stres dan 54,4% secara khusus berada di bawah tekanan faktor pendidikan. Berdasarkan Kim dan Park (2014), pelajar di Korea Selatan memandang bunuh diri sebagai solusi permisif terkait dengan tingginya angka bunuh diri.<ref>{{Cite journal|last=Kim|first=Kristen|last2=Park|first2=Jong-Ik|date=2014-12|title=Attitudes toward suicide among college students in South Korea and the United States|url=https://ijmhs.biomedcentral.com/articles/10.1186/1752-4458-8-17|journal=International Journal of Mental Health Systems|language=en|volume=8|issue=1|doi=10.1186/1752-4458-8-17|issn=1752-4458}}</ref> Penyebab utama percobaan bunuh diri antara usia 13 dan 19 tahun adalah kinerja sekolah terkait pendidikan tinggi.<ref name=":5">{{Cite journal|last=Woosuk University|last2=Kim|first2=Seong-Eun|date=2016-11-30|title=Relation between Mental Health and Suicide Resilience among University Students in South Korea|url=http://gvpress.com/journals/IJANER/vol1_no1_2016.php|journal=International Journal of Advanced Nursing Education and Research|volume=1|issue=1|pages=105–110|doi=10.21742/ijaner.2016.1.18}}</ref> Selain itu, [[Organisasi Kesehatan Dunia]] menyatakan bahwa siswa melakukan bunuh diri karena mereka dapat mengendalikan hidup mereka.<ref>{{Cite journal|last=Ajdacic-Gross|first=Vladeta|date=2008-09-01|title=Methods of suicide: international suicide patters derived from the WHO mortality database|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2649482/pdf/07-043489.pdf/|journal=Bulletin of the World Health Organization|volume=86|issue=9|pages=726–732|doi=10.2471/BLT.07.043489}}</ref> Oleh karena itu, pemerintah melakukan tindakan reformasi untuk mengubah sistem pendidikan, seperti upaya pelarangan lembaga ekstrakurikuler yang ditentang banyak pihak. Pendekatan lain adalah dengan menerapkan jam malam dan kebijakan baru ''Sooshimojib''.<ref name=":5" /> Kebijakan ini memungkinkan siswa untuk mendaftar ke program gelar universitas berdasarkan prestasi, bakat, dan prestasi, alih-alih mempertimbangkan skor CSAT sepenuhnya.<ref name=":5" />
==Referensi ==
{{reflist}}
|