Invasi Jawa oleh Mongol: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Verosaurus (bicara | kontrib) Tag: Pembatalan |
Verosaurus (bicara | kontrib) |
||
Baris 49:
[[Berkas:Close-up of KITLV 87823 - Isidore van Kinsbergen - Reliefs on Tjandi Panataran near Blitar - Before 1900.jpg|thumb|600px|center|Adegan pertempuran di relief candi induk pada kompleks [[candi Penataran]], tahun 1269 saka atau 1347 Masehi.]]
''Yuan Shi'' mencatat bahwa tentara Jawa memiliki lebih dari 100.000 orang. Ini adalah angka yang dilebih-lebihkan, karena medan lokal menentukan bahwa mereka tidak dapat ditempatkan di medan perang pada saat yang sama. Perkiraan modern menunjukkan bahwa kekuatan tentara Jawa adalah sebanding dengan tentara Mongol, sekitar 20,000 sampai 30,000 orang.{{sfn|Poesponegoro|2019|p=452}}{{sfn|Miksic|2013|p=185}}{{Refn|Menurut ''Kidung Harsawijaya'', pada saat penyerangan ke Singhasari, pasukan Daha yang menyerang dari arah selatan berjumlah 10.000 orang; sementara pasukan utara tidak disebutkan. Pasukan Singhasari yang menyerang Malayu dan kemudian memihak Wijaya sebelum berdirinya pemukiman Majapahit juga berjumlah 10.000 orang. Ini menunjuk pada kemungkinan jumlah 20.000 orang; belum termasuk jumlah yang tewas dalam kejatuhan Singhasari dan ekspedisi Pamalayu dan jumlah pasukan baru yang datang dari Madura di bawah Arya Wiraraja.{{sfn|Bade|2013|p=235, 237}}|name=|group=Catatan}} Menurut catatan China, Jawa sudah memiliki ''standing army'' ([[tentara permanen]]) yang merupakan sebuah pencapaian yang hanya bisa dicapai segelintir kerajaan Asia Tenggara. Tentara ini berjumlah sekitar 30.000 orang yang digaji dengan emas, dicatat seawal tahun 1225 pada ''[[Zhu Fan Zhi]]''.<ref>{{Cite web|last=Yang|first=Shao-yun|date=15 Juni 2020|title=A Chinese Gazetteer of Foreign Lands: A new translation of Part 1 of the Zhufan zhi 諸蕃志 (1225)|url=https://storymaps.arcgis.com/stories/39bce63e4e0642d3abce6c24db470760|website=Storymaps|access-date=19 Oktober 2023}}</ref><ref name=":02">{{Cite book|last=Miksic|first=John N.|last2=Goh|first2=Geok Yian|date=2017|title=Ancient Southeast Asia|location=London|publisher=Routledge|url-status=live}}</ref> {{Rp|467}}
Pasukan militer di berbagai bagian Asia Tenggara menggunakan pakaian pelindung ringan. Seperti umumnya di Asia Tenggara, sebagian besar pasukan Jawa terdiri dari rakyat jelata yang dimobilisasi sementara (''levy'' atau [[wajib militer]]) dari petani yang dipimpin oleh prajurit dan kasta bangsawan. "Tentara petani" biasanya bertelanjang dada mengenakan sarung, bersenjatakan tombak, pedang pendek, atau busur dan anak panah.<ref>Oktorino, Nino (2020). ''Hikayat Majapahit - Kebangkitan dan Keruntuhan Kerajaan Terbesar di Nusantara''. Jakarta: Elex Media Komputindo. hlm. 111–113.</ref> Infanteri mereka (prajurit profesional, bukan rakyat wajib militer) mengenakan [[zirah sisik]] yang disebut [[siping-siping]], mungkin terbuat dari kuningan. Prajurit berpangkat tinggi mengenakan [[Plastron|pelindung dada]] logam yang disebut [[kawaca]].{{sfn|Jákl|2014|p=78-80}} Namun, angkatan laut Jawa lebih maju daripada Tiongkok. [[Jung Jawa|Jung jawa]] memiliki panjang lebih dari 69 hingga 80 meter (226 hingga 262 kaki), mampu membawa 500–1000 orang. Kapal ini dibangun dengan beberapa papan tebal yang membuat tembakan artileri tidak mampu merusaknya.{{sfn|Averoes|2022|p=59-62}}
|