Pengguna:Fazoffic/Arsip percobaan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 49:
Pada Januari 1948, dalam rangka keluar dari Tangkal. Mulyono bekerja sebagai pelaut pada sebuah tongkang bermotor dari Singapura. Dia bekerja di tongkang ini selama dua bulan pelayarannya di Singapura. Sampai di Singapura, Mulyono sempat kebingungan karena tidak memiliki keluarga atau teman di Singapura. Dalam kebingungan itu, Mulyono tiba-tiba bertemu dengan Jayadi Seman, rekan satu tim ketika menyerbu tentara Belanda di Tumbang Manjul.{{sfn|Ekpres|2019|p=24}} Jayadi sendiri mengaku sudah menetap di Singapura, dan saat inu menjadi seorang pedagang. Jayadi mengajak Mulyono untuk tinggal di rumahnya sebelum pergi ke Sambas. Selama tinggal di rumah Jayadi, Mulyono menceritakan bahwa ia mendapat tugas baru untuk melakukan operasi inteljen di Borneo Barat. Jayadi sendiri bercerita kepada Mulyono bahwa dia yang ditugasi sebagai kepala persiapan lapangan untuk wilayah Borneo.{{sfn|Ekpres|2019|p=25}}
 
Untuk menyeberang ke Sambas, Mulyono menumpang tongkang bermotor milik Abdurachman, mitra layadi di persiapan lapangan dan agen di Borneo Barat.{{sfn|Ekpres|2019|p=25}} Hingga akhirnya ia berhasil sampai di Sambas. Namun, ketika ia sampai di Sambas, ia ditangkap oleh tentara Belanda pada 23 September 1948, yang kemudian menginterogasinya terkait penyerbuan Tumbang Manjul dan kariernya di TRI. Mulyono kemudian berhasil selamat dan kemudian pindah ke Banjar untuk berpartisipasi dalam sebuah perundingan dengan Belanda, yang bertujuan agar Borneo Selatan tidak dimasukkan dalam [[Negara Kalimantan|Negara Federal Kalimantan]].{{sfn|Ekpres|2019|pp=26–27}}
 
=== Konfrontasi Malaysia ===