Johannes Leimena: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 139:
Beberapa jam setelah peristiwa tersebut, masih di tanggal 1 Oktober, Leimena dipanggil oleh [[Soekarno]] ke [[Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma|Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma]], tempat Soekarno sedang berunding dengan beberapa pimpinan G30S.{{sfn|Anderson|Mcvey|2009|p=63}}{{sfn|Hunter|2007|p=24}} Sebelum berangkat ke Halim, Leimena berdiskusi dengan Soeharto dan membawakan pesan dari Soeharto yang meminta Soekarno meninggalkan Halim sebelum pukul 16.30. Soeharto sebelumnya telah mengultimatum pihak G30S untuk meletakkan senjata sebelum pukul 16:30 dan mengancam akan menyerbu Halim apabila mereka tidak menyerah.{{sfn|Hunter|2007|p=24}} Setelah tiba di Halim, Leimena terus berada di dekat Soekarno sepanjang sore itu.{{sfn|Hunter|2007|p=35}} Setelah pembicaraan disana dan persetujuan Soekarno untuk menggantikan [[Ahmad Yani]] yang baru dibunuh dengan [[Pranoto Reksosamudro]] sebagai [[Kepala Staf TNI Angkatan Darat]], mereka diberitahukan bahwa Soeharto sedang mempersiapkan penyerbuan ke Halim. Tokoh-tokoh G30S seperti [[Omar Dhani]] mencoba meyakinkan Soekarno untuk mengikuti mereka ke [[Madiun]], ke [[Jawa Timur]] atau ke [[Bali]], tetapi Leimena berhasil memastikan bahwa Soekarno tidak dibawa pergi. Leimena menganggap bahwa apabila Soekarno mengikuti saran Dhani dkk, [[perang saudara]] dapat saja pecah.{{sfn|Hunter|2007|p=35}}{{sfn|Crouch|2007|pp=128–132}} Karena Leimena, rencana pihak G30S yang ingin membawa Soekarno ke lokasi yang dikendalikan mereka digagalkan, dan Soekarno sendiri memutuskan untuk kembali ke [[Istana Bogor]] sehingga ia tidak dapat dilibatkan dalam rencana-rencana kudeta.{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=144–145}}{{sfn|Anderson|Mcvey|2009|p=85}}{{sfn|Hunter|2007|p=35}} Sore itu, pihak G30S di bawah Kolonel [[Untung Syamsuri]] mengumumkan "[[Dewan Revolusi Indonesia]]" yang termasuk Leimena, beserta banyak menteri dan petinggi negara lainnya.{{sfn|Anderson|Mcvey|2009|p=171}}{{sfn|Hunter|2007|p=20}}
 
Leimena kemudian ditunjuk sebagai Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan ''[[ad interim]]'' dan pada tanggal 3 Maret 1966 ia memerintahkan universitas-universitas ditutup. Perintahnya diabaikan oleh kesatuan-kesatuan TNI yang mengawal aktivitas di kampus-kampus.{{sfn|Crouch|2007|p=185}} Pada tanggal 11 Maret, Leimena ikut dalam suatu rapat kabinet di Jakarta, ketika sejumlah tentara memosisikan diri di depan [[Istana Presiden Indonesia|Istana Presiden]]. Sore itu, Soekarno beserta ketiga Waperdam (Leimena, [[Subandrio]], dan [[Chaerul Saleh]]) bertemu sejumlah jenderal TNI ([[Amirmachmud]], [[M. Jusuf]] dan [[Basuki Rachmat]]) di Istana Bogor. Hasil dari pertemuan tersebut merupakan [[Surat Perintah Sebelas Maret]] yang pada dasarnya menyerahkan sejumlah besar kekuasaan darurat ke Soeharto.{{sfn|Crouch|2007|pp=188–189}} Tak lama kemudian, pada tanggal 16 Maret, pertemuan lain yang diikuti Leimena berlangsung, dan dalam pertemuan itu Soekarno menolak permintaan untuk [[Perombakan kabinet|merombak kabinetnya]].{{sfn|Crouch|2007|pp=193–194}} Akan tetapi, pada tanggal 18 Maret 1966, 15 orang menteri Soekarno ditangkap.{{efn|15 orang menteri Soekarno tersebut meliputi Menteri Urusan Bank Sentral [[Jusuf Muda Dalam]], Menteri Pengairan Rakyat Ir. [[Surachman]], Menteri Negara [[Oei Tjoet Tat]], Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan [[Sumardjo]], Menteri Urusan Listrik dan Ketenagaan Ir. [[Setiadi ReskoprodjoReksoprodjo]], Wakil Perdana Menteri III [[Chaerul Saleh]], Wakil Perdana Menteri I dr. [[Soebandrio]], Menteri Pertambangan [[Armunanto]], Menteri Perburuhan [[Soetomo Martopradoto]], Menteri Kehakiman [[Astrawinata]] S.H, Menteri Penerangan Mayor Jenderal TNI [[Achmadi]], Menteri Transmigrasi dan Koperasi Drs. [[Achadi]], Menteri dan Kepala Daerah DKI Mayjen TNI Dr. [[Soemarno Sosroatmodjo]], Menteri/Sekjen Front Nasional [[JK Tumakaka]] dan Menteri Khusus urusan Pengamanan Letkol [[Imam Sjafei]].<ref>{{cite web |last=Abdurahman |first=Hendi |title=Kisah Soeharto yang Berani Menangkap 15 Menteri Loyalis Soekarno. Lantaran Dianggap Pro PKI? |url=https://berita.99.co/soeharto-menangkap-15-menteri-loyalis-soekarno/ |website=99.co|date=27 Juli 2022 |accessdate=21 Oktober 2020 |language=id}}</ref> Meskipun begitu, Leimena masih menjabat dalam [[Kabinet Hatta I]] yang tidak dianggap bubar.<ref>{{cite web |title=Detail biodata Pejabat Menteri |url=https://kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id/cabinet_personnel/popup_profil_pejabat.php?id=49&presiden_id=&presiden= |publisher=[[Perpustakaan Nasional]] |accessdate=19 September 2020 |language=id }}{{Pranala mati|date=Februari 2023 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>}} Meskipun demikian, Leimena tetap menjabat sebagai menteri dan ditunjuk sebagai anggota bagian kabinet beranggotakan lima orang: Leimena, [[Hamengkubuwono IX]], [[Idham Chalid]], [[Adam Malik]], dan [[Ruslan Abdulgani]].{{sfn|Crouch|2007|p=200}}<ref>{{cite book |last1=Central Intelligence Agency |title=Daily Report, Foreign Radio Broadcasts |date=1966 |page=BBB4 |url=https://books.google.com/books?id=oS2ZjucSpRgC |language=en|author1-link=Badan Intelijen Pusat }}</ref> Ia pada waktu itu sudah menjabat sebagai menteri dalam berbagai kabinet selama hampir dua puluh tahun.<ref name="historia"/>
=== Orde Baru ===
Awalnya Soeharto berniat untuk menjadikan Leimena menteri juga dalam pemerintahannya, tetapi Leimena sendiri menolak secara tidak langsung melalui Hamengkubuwono IX.<ref name="historia">{{cite news |last1=Setiawan |first1=Andri |title=Nyong Ambon Pendeta Bung Karno |url=https://historia.id/politik/articles/nyong-ambon-pendeta-bung-karno-PyqLN |access-date=24 Januari 2021 |work=Historia |date=14 Agustus 2019 |language=id}}</ref> Maka itu, Leimena ditunjuk sebagai ''caretaker'' (pejabat sementara) Wakil Ketua [[Dewan Pertimbangan Agung]] (DPA) antara 1966 dan 1968. Seusai masa jabatannya habis, ia tetap menjadi anggota DPA sampai tahun 1973. Dalam ranah ini ia meluruskan isu-isu internal DPA, khususnya dalam perihal perpajakan, pendidikan, dan suksesi presiden.{{sfn|Hitipeuw|1986|pp=144–145}} Ia juga ditunjuk sebagai direktur di [[Rumah Sakit PGI Cikini|Rumah Sakit Cikini]] pada tahun 1968.<ref>{{cite web |title=Dr. Leimena Direktur RS "Tjikini"|url=http://www.kompasdata.id/Search/NewsDetail/19839489|date=16 Desember 1968|work=[[Kompas (surat kabar)|Kompas]]|language=id}}</ref> Selama masa [[Orde Baru]], Leimena menjadi salah satu dari segelintir politisi yang tidak menjauhkan diri dari Soekarno.<ref name="KOMPAS020807">''Kompas''. 16 November 2007. hlm. 51</ref>