Partai Komunis Kalimantan Utara: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 70:
Jumlah pasukan PGRS adalah sekitar 800 orang yang berbasis di ''Batu Hitam'', [[Kalimantan Barat]], bersama dengan 120 pasukan dari Indonesia dan sedikit kader yang dilatih di [[RRT]]. [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) terbukti memiliki keterlibatan dan dipimpin oleh [[Syarifah Sabaroedin|Syarif Ahmad Sofyan Al Barakbah]], seorang [[etnis Arab]] yang [[revolusioner]]. PGRS beberapa kali melakukan perampokan di Serawak, tetapi lebih banyak lagi berusaha meningkatkan pendukung mereka dari wilayah tersebut. Militer Indonesia tidak menyukai kecondongan PGRS ke [[sayap kiri]] sehingga secara umum menghindari mereka.<ref>Conboy p. 156</ref>
 
Paraku-PGRS bahu-membahu bersama [[TNI]] dan sukarelawan Indonesia menghadapi pasukan Malaysia yang dibantu balatentara [[Gurkha]], [[Inggris]], dan [[Australia]] sepanjang masa konfrontasi. Wilayah perbatasan antara Kalimantan Barat dengan Kalimantan Utara menjadi garis depan pertempuran. Seorang peneliti Tionghoa, [[Benny Susianto|Benny Subianto]], mengungkapkan kehebatan gerilyawan Paraku-PGRS ketika melawan pasukan [[Gurkha]] Inggris. Kedua pasukan itu hampir berhasil menghancurkan garnisun 1/2 British Gurkha Rifles dalam sebuah serangan terhadap distrik [[Long Jawi]] pada tanggal 28 September 1963. Buku ''A Face Like A Chicken Backside-An Unconventional Soldier in Malaya and Borneo 1948-1971'' karya JP Cross mencatat kehebatan serangan relawan Indonesia serta Paraku-PGRS yang menewaskan beberapa prajurit Gurkha dan anggota Border Scout. Dari fakta-fakta sejarah tersebut, Paraku-PGRS tampak menjadi pahlawan bagi Indonesia selama era konfrontasi.<ref name="Daryana"/>
 
Kebijakan Pemerintah Indonesia, melalui BPI ([[Badan Pusat Intelijen]]), membuat “kisah” PGRS/PARAKU tidak menjadi konsumsi publik pada tahun 1963-1965 (sebelum G 30 S). Seperti yang diuraikan [[L.H. Kadir]], saksi sejarah, mantan Wakil Gubernur Kalbar 2003-2008, pada masa [[konfrontasi]] bekerja sebagai pegawai negeri di [[Putussibau Utara, Kapuas Hulu|Putusibau]] (1963-1965) dan Mahasiswa APDN (1965-1968):<ref name="vinco"/>