Abu al-Mafakhir dari Banten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: mengubah parameter nama di infobox VisualEditor
Baris 1:
{{Infobox religious biography
| honorific-prefix =
| name = ''Sultan AbdulmafakhirAbu Al-Mafakhir Mahmud Abdulkadir''
| image =Abu al-Mafakhir of Banten.jpg
| alt =
Baris 45:
Di tahun 1627, anak dari bupati wedana [[Parahyangan]] [[Rangga Gempol I]] yang bernama [[Kartajiwa]] menghadap Abulmafakhir dikarenakan kekecewaannya karena jabatan bupati wedana ayahnya tidak turun kepada dirinya namun pamannya yaitu [[Rangga Gede]]. Kartajiwa mengusulkan untuk memimpin tentara Banten menyerbu daerah Parahyangan, dimana apabila Parahyangan berhasil dikuasai olehnya, maka daerah tersebut akan menggabungkan diri sebagai bagian dari Banten.<ref>{{Cite book|last=Lubis|first=Nina Herlina|date=2001|url=https://books.google.com/books?id=4RZxAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Suriadiwangsa+II&q=Suriadiwangsa+II&hl=en|title=Konflik elite birokrasi: biografi politik Bupati R.A.A. Martanagara|publisher=Humaniora Utama Press|isbn=978-979-9231-52-9|language=id}}</ref> Abulmafakhir menyanggupi usulan tersebut, dimana ia memberikan Kartajiwa pasukan untuk dipimpin olehnya. Dalam penyerbuan ini daerah-daerah perbatasan di Parahyangan sebelah barat berhasil diduduki oleh Banten, meskipun hanya bersifat sementara karena pasukan Mataram di bawah pimpinan [[Dipati Ukur]] berhasil mengusir pasukan Banten keluar dari daerah Parahyangan.<ref>{{Cite book|last=Lubis|first=Nina Herlina|date=1998|url=https://books.google.com/books?id=QZBuAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Dipati+Ukur+%22Suriadiwangsa+II%22&q=Dipati+Ukur+%22Suriadiwangsa+II%22&hl=en|title=Kehidupan kaum ménak Priangan, 1800-1942|publisher=Pusat Informasi Kebudayaan Sunda|language=id}}</ref>
 
Sultan Agung memiliki niatan untuk menaklukan Banten secara menyeluruh, namun sebelumnya ia [[Penyerbuan di Batavia|menyerbu Batavia]] terlebih dahulu agar bisa mengusir VOC kemudian menjadikan Batavia sebagai pangkalan militer sebelum menyerbu Banten secara langsung. Dua serbuan Mataram yang dilakukan tahun 1628 & 1629 ini gagal menaklukan Batavia.<ref>{{Cite web|last=Media|first=Kompas Cyber|date=2021-06-21|title=Mengapa Serangan Sultan Agung ke Batavia Mengalami Kegagalan?|url=https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/21/150000479/mengapa-serangan-sultan-agung-ke-batavia-mengalami-kegagalan|website=KOMPAS.com|language=id|access-date=2023-02-28}}</ref> BantenSetelah Sultan Agung wafat dan Mataramdigantikan laluanaknya terus[[Amangkurat bermusuhanI]], hinggaia terjadimeminta bantuan penguasa Cirebon [[PemberontakanPanembahan TrunajayaRatu II]] di(Sultan tahunAbdul 1674Karim) untuk membujuk Banten agar mau bersahabat dengan Mataram.<ref>{{Cite book|lastname=Kartodirdjo|first=Sartono|date=1987|url=https://books"erwantoro">Erwantoro, Heru.google 2012.com Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon. [[Bandung]]: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung</books?id=TYYeAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Pemberontakan+Trunajaya+ref> Utusan Banten&q=Pemberontakan+Trunajaya+ di Mataram yang bernama Astranaya melaporkan bahwa Mataram kemungkinan akan kembali berusaha menyerang Banten&hl=en|title=Pengantar sejarahdikarenakan Indonesiapergerakannya barudi Mataram selalu dibatasi dan diawasi.<ref name="titik22">Pudjiastuti, 1500-1900Titik. 2015. Menyusuri Jejak Kesultanan Banten. [[Jakarta]]: DariWedatama emporiumWidya sampaiSastra</ref> imperiumOleh karenanya Abul Mafakhir kemudian memperkuat angkatan lautnya dengan membangun kapal bergaya [[Dinasti Ming|publisherTiongkok]] bernama ''Wangkang'' di tahun 1571 Saka atau 1649 M.<ref name=Gramedia|isbn=978"yuyun">Juariyah, Yuyun. 2016. Jurnal al-979-403-129-2|language=id}}Tsaqafa : Menelusuri Jejak Islamisasi Tatar Sunda Melalui Naskah Kuno. [[Bandung]] : Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Jati</ref>
 
Di tahun 1650, Cirebon mengirim kembali utusan atas perintah Mataram bernama Jiwaprana dan Nalawangsa untuk kembali membujuk Banten agar mau mengakui eksistensi dan superioritas Mataram, menurut Abul Mafakhir Jiwaprana kata-katanya manis dalam membujuk sultan untuk mengakui eksistensi Mataram di atas Banten namun sultan Abul Mafakhir tetap tidak bersedia.<ref name="titik23">Pudjiastuti, Titik. 2015. Menyusuri Jejak Kesultanan Banten. [[Jakarta]]: Wedatama Widya Sastra</ref> Kegagalan Jiwaprana dan Nalawangsa dalam membujuk Abul Mafakhir untuk mengakui eksistensi Mataram membuat Penambahan Ratu II mengirimkan langsung kerabatnya yaitu pangeran Martasari, pangeran Suradimarta beserta para pengiring dan pejabat Cirebon bernama Wiratantaha.<ref name="titik24">Pudjiastuti, Titik. 2015. Menyusuri Jejak Kesultanan Banten. [[Jakarta]]: Wedatama Widya Sastra</ref> Pangeran Martasari menyampaikan pesan agar Abul Mafakhir mau menemui Amangkurat I, serta eksistensi Mataram dan menghentikan serangan kepada Belanda, dimana permintaan ini ditolak Abul Mafakhir.<ref name="erwantoro2">Erwantoro, Heru. 2012. Sejarah Singkat Kerajaan Cirebon. [[Bandung]]: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung</ref>
 
Banten dan Mataram lalu terus bermusuhan hingga terjadi [[Pemberontakan Trunajaya]] di tahun 1674.<ref>{{Cite book|last=Kartodirdjo|first=Sartono|date=1987|url=https://books.google.com/books?id=TYYeAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Pemberontakan+Trunajaya+Banten&q=Pemberontakan+Trunajaya+Banten&hl=en|title=Pengantar sejarah Indonesia baru, 1500-1900: Dari emporium sampai imperium|publisher=Gramedia|isbn=978-979-403-129-2|language=id}}</ref>
 
=== Misi Diplomatik ===