Perang Pacirebonan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{Orphan|date=Desember 2022}}
 
'''Perang Pacirebonan''' atau yang oleh masyarakat Cirebon dikenal dengan nama '''Perang Pagrage''' adalah sebuah peristiwa pengiriman pasukan [[Kesultanan Cirebon]] ke wilayah [[Kesultanan Banten]] pada 22 Desember 1650 atau 30 Ramadan 1060 H. Dalam peristiwa ini, terdapat insiden kesalahan komunikasi antara kesatuan prajurit [[kesultanan Cirebon]] dengan prajurit kesultanan Mataram di muara Pasiliyan dari sungai Ci Rumpak di [[Kabupaten Tangerang|Tangerang]]. Pasukan Banten berhasil menyergap pasukan Cirebon dan menyita banyak kapal perang Cirebon.<ref>{{Cite web|date=2019-06-11|title=Perang Banten-Cirebon di Akhir Ramadan|url=https://historia.id/militer/articles/perang-banten-cirebon-di-akhir-ramadan-vXjb5|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-10-03}}</ref>
 
== Latar belakang ==
Baris 106:
{{Cquote|isun ora kena den ririhi maring Mataram iki, ana ratu nisun<br><br>saya tidak bisa dibujuk untuk pergi ke Mataram, saya punya raja sendiri<ref name=titik2/> (sultan Mekah yaitu [[Mehmed IV]])}}
 
Pada pertemuan itu, Pangeran Surya (yang pada kemudian hari menjadi Sultan Ageng Tirtayasa) mengajak kepada rombongan Cirebon agar [[kesultanan Cirebon]] lebih baik bersekutu dengan [[kesultanan Banten]] daripada dengan Mataram, Pangeran Surya mengingatkan bahwa Mataram sesungguhnya dapat mengancam kedaulatan [[kesultanan Cirebon]].<ref name=erwantoro/>
 
Sikap Sultan Banten Abul Mafakhir kemudian disampaikan Pangeran Martasari kepada Sultan Cirebon, Sultan Cirebon yaitu Sultan Abdul Karim sangat marah dengan kegagalan misi rombongan Pangeran Martasari dan Pangeran Suradimarta untuk meyakinkan [[Kesultanan Banten]] agar mau mengakui Mataram.<ref name=titik2/>
 
=== Sultan Abdul Karim ditahan oleh Mataram ===