Lingga, Simpang Empat, Karo: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Aldo samulo (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
Desa Lingga Kabupaten Karo
'''Kampung Lingga''' atau '''Desa Lingga''' adalah salah satu desa yang menjadi daerah tujuan wisata di [[Kabupaten Karo]] [[Sumatera Utara]] yang terletak di ketinggian sekitar 1.200 m dari permukaan laut, lebih kurang 15 km dari [[Brastagi]]. Lingga merupakan perkampungan Batak Karo yang unik, memiliki rumah-rumah adat yang diperkirakan berumur 250 tahun, tetapi kondisinya masih kokoh. Rumah tersebut dihuni oleh 6-8 keluarga yang masih memiliki hubungan kekerabatan. Rumah adat Karo ini tidak memiliki ruangan yang dipisahkan oleh pembatas berupa dinding kayu atau lainnya.▼
▲
== Rumah adat Karo ==▼
Desa Lingga memiliki bangunan tradisional seperti: rumah adat, jambur, geriten, lesung, sapo page (sapo ganjang)dan museum karo. Geriten, digunakan sebagai tempat penyimpanan kerangka jenazah keluarga atau nenek (leluhur)sang pemilik.
Baris 15:
Selain siwaluh jabu, bangunan-bangunan tradisional Karo yang ada atau pernah ada di Desa Lingga adalah kantur-kantur, sapo ganjang, dan griten, lesung . Rumah adat-rumah adat ini menjadi pelengkap dari satu komunitas masyarakat Karo dahulu kala. Seperti juga siwaluh jabo, semua bangunan ini berbentuk rumah panggung.
Jambur digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pesta bagi masyarakat juga sebagai tempat musyawarah, tempat mengadili orang-orang yang melanggar perintah raja dan adat yang berlaku.
Baris 23:
Kantur-kantur bisa dikatakan merupakan kantor Raja pada saat itu adalah gedung pertemuan antara Raja pemuka-pemuka masyarakat Desa , untuk memecahkan berbagai masalah. di sebelah timur dari "rumah raja". Bentuknya lebih jauh lebih kecil dibandingkan siwaluh jabu.
Sapo ganjang bentuknya hampir sama dengan kantur-kantur, tapi dalam ukuran sedikit lebih kecil lagi. Bangunan ini merupakan lumbung padi pada bagian bawahnya, dan dibagian atas (loteng) adalah tempat tidur bagi pemuda-pemuda desa karena pada jaman dahulu para pemuda tidak diperbolehkan tidur di rumah siwaluh jabu karena rumah siwaluh jabu tidak mempunyai
kamar-kamar, sehingga bagi para gadis tidur di ruang tamu (jabu).
Sedangkan griten menjadi tempat penyimpanan tengkorak-tengkorak, sanak keluarga
pemilik grinten yang telah meninggal di bagian atasnya sedangkan bagian bawah merupakan tempat duduk atau tempat berkumpul bagi sebagian warga, terutama kaum muda. Griten ini merupakan tempat bertemunya seorang pemuda dengan sang gadis untuk saling lebih mengenal antara satu dengan yang lainnya.
Lesung adalah bangunan yang biasa digunakan oleh penduduk jaman dahulu untuk menumbuk padi, dan juga menumbuk
Baris 40:
dimana pada kedua sisi kayu tersebut telah dibuatkan lubang lesung dengan jarak yang disesuaikan.
Museum Lingga disebut Museum Karo Lingga, di tempat ini banyak disimpan benda- benda tradisional Karo seperti capah (piring kayu besar untuk sekeluarga), tungkat/ tongkat, alat-alat musik dan lain sebagainya.
|