Stasiun Palmerah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
Kolom utama, sejarah, bangunan dan tata letak, insiden, infobox, perbaikan kebahasaan. |
||
Baris 6:
| tinggi = +13 m
| kode = PLM
| image =
| caption =
| kota = Jakarta Pusat
| kecamatan kota = Tanah Abang
| kelurahan kota = Gelora
| alamat = Jalan Palmerah Timur
| prov = DKI Jakarta
| kodepos = 10270
| open = 1 Oktober 1899
| oldname =
| original = Staatsspoorwegen
| electrification =
| renovated = 2013-2015
| operator = [[KAI Commuter]]
Baris 25 ⟶ 26:
| ticketting = Hanya melayani kartu multi-trip dan kartu uang elektronik dari [[Bank di Indonesia|perbankan]] yang beredar yang bekerjasama dengan KAI Commuter dan aplikasi [[LinkAja]].
| services = {{adjacent stations|system=KRL Jabodetabek|line=green|type=Rangkasbitung–Tanah Abang|left=Tanah Abang|right=Kebayoran}}
| other_services_header = Layanan penghubung▼
| other_services_collapsible = yes▼
▲|other_services_header=Layanan penghubung
| other_services = {{adjacent stations|system=LRT Jabodebek▼
▲|other_services_collapsible=yes
▲|other_services={{adjacent stations|system=LRT Jabodebek
|line=Cibubur|right=Dukuh Atas|to-right=Bogor Raya|left=Gelora Bung Karno|to-left=Senayan|transfer=Palmerah
|line2=Bekasi|right2=Dukuh Atas|left2=Tomang|to-left2=Bandara Soekarno-Hatta|transfer2=Palmerah}}
| track = 2: * jalur 1: sepur lurus arah [[Stasiun Serpong|Serpong]]-[[Stasiun Rangkasbitung|Rangkasbitung]]
* jalur 2: sepur lurus arah [[Stasiun Tanah Abang|Tanah Abang]]
| platform = Dua peron sisi
| fasilitas = {{Infobox stasiun/fasilitas|tangga}}{{Infobox stasiun/fasilitas|musala}}{{Infobox stasiun/fasilitas|toilet}}{{Infobox stasiun/fasilitas|mesintiket}}{{Infobox stasiun/fasilitas|loket}}{{Infobox stasiun/fasilitas|isi baterai}}
}}
'''Stasiun Palmerah (PLM)''' adalah [[stasiun kereta api]] kelas besar tipe C yang terletak di Jalan [[Palmerah, Jakarta Barat|Palmerah]] Timur, [[Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat]]
== Sejarah ==
Agar mobilitas penumpang dari [[Batavia]] hingga kawasan [[Banten]] semakin lancar, maka pada tahun 1890-an perusahaan [[Staatsspoorwegen]] (SS) berencana membangun sebuah jalur kereta api yang menghubungkan daerah [[Stasiun Duri|Duri]] hingga daerah [[Stasiun Serang|Serang]], melalui daerah [[Stasiun Tangerang|Tangerang]] dan [[Cikande, Jayanti, Tangerang|Cikande]].<ref name=":022">{{Cite book|last=Anne Reitsma|first=Steven|date=1916|title=Indische Spoorweg-Politiek|location=Batavia|publisher=Landsdrukkerij|url-status=live}}</ref>
Proyek jalur pun sudah dikerjakan. Di tengah jalannya pembangunan, rencana trase jalur ini akhirnya dibatalkan dan diubah menjadi melalui daerah [[Parung Panjang, Bogor|Parung Panjang]] hingga ke [[Rangkasbitung, Lebak|Rangkasbitung]],<ref name=":022" /> jalur ini selesai pada 1 Oktober 1899 (termasuk membuka Stasiun Palmerah).<ref>{{cite book|last=Oegema|first=J.J.G.|year=1982|title=De Stoomtractie op Java en Sumatra|place=Antwerpen|publisher=Kluwer Technische Boeken B.V.}}</ref> Trase jalur kereta api pertama yang sudah terlanjur dibangun pun dicukupkan pembangunannya hanya sampai di daerah Tangerang saja, dan diresmikan sebagai [[Jalur kereta api Tangerang–Duri|jalur kereta api Tangerang-Duri]] yang berstatus sebagai [[Percabangan (kereta api)|jalur cabang]]. Jalur ini selesai dibangun pada 2 Januari 1899.<ref>{{Cite book|last=Anne Reitsma|first=Steven|date=1928|title=Korte Geschiesdenis der Nederlands-Indische Staatsspoor- en Tramwegen|location=Weltevreden|publisher=G. KOLLF & Co|url-status=live}}</ref>
Jalur kereta api dari [[Stasiun Rangkasbitung]] diteruskan pembangunannya oleh [[Staatsspoorwegen]] (SS) hingga ke daerah [[Stasiun Serang|Serang]] pada 1 Juli 1900,<ref>{{Cite book|last=Staatsspoorwegen|first=|year=1921–1932|title=Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932|location=Batavia|publisher=Burgerlijke Openbare Werken|isbn=|pages=}}</ref><ref name=":02">{{Cite book|date=1901|title=Spoor- & Tramgids van Nederlandsch-Indie|location=Semarang|publisher=Semarang-Drukkerij en Boekhandel|pages=10|url-status=live}}</ref> yang kemudian dilanjutkan kembali hingga ke dekat Pelabuhan [[Stasiun Anyer Kidul|Anyer Kidul]] pada 1 Desember 1900. Pada 1 Desember 1914, dibuat sebuah jalur [[Percabangan (kereta api)|percabangan]] di [[Stasiun Krenceng]] yang mengarah ke daerah Merak untuk mengakomodasi [[Pelabuhan Merak]] yang lebih dekat untuk menyeberang ke [[Lampung]].<ref>{{Cite web|title=ZWP - Haltestempels Ned.Indië|url=http://studiegroep-zwp.nl/halten/Halte-13-Trajecten1.htm|website=studiegroep-zwp.nl|access-date=2022-10-22}}</ref>
Jalur yang menuju ke Anyer Kidul pada awalnya berstatus sebagai jalur utama, sedangkan jalur yang menuju ke Merak berstatus sebagai jalur cabang. Di kemudian waktu, status kedua jalur ini ditukar.
Nama Palmerah merujuk pada patok-patok berwarna merah yang terletak di pinggir jalan pada wilayah tersebut, dan masyarakat setempat pun kemudian menyebutnya sebagai Paal Merah. Patok-patok tersebut difungsikan sebagai penanda batas wilayah [[Batavia]] ke arah [[Buitenzorg]].<ref>{{Cite web|last=Abdullah|first=Nurudin|date=2015-01-06|title=Tahukah Anda Nama Palmerah di Jakarta Barat?|url=https://kabar24.bisnis.com/read/20150106/387/388422/tahukah-anda-nama-palmerah-di-jakarta-barat|website=Bisnis.com|language=id|access-date=2023-10-29}}</ref>
Desain bangunan Stasiun Palmerah memiliki model yang serupa yang juga terdapat di lintas ini, yaitu bangunan [[Stasiun Kebayoran]] dan [[Stasiun Sudimara|Sudimara]]. Pada dinding bangunan sisi samping maupun sisi ujung, terdapat ejaan nama stasiun 'Palmerah'. Saat bangunan lama Stasiun Palmerah tidak digunakan lagi sebagai akses keluar-masuk penumpang karena telah digantikan oleh bangunan baru pada tahun 2015, salah satu dinding pada sisi samping bangunan lama ini pun dibongkar karena akan digantikan dengan dinding kaca sebagai minimarket, membuat ejaan 'Palmerah' yang sebelumnya terdapat di dinding tersebut ikut hilang. Meskipun begitu, bangunan peninggalan [[Staatsspoorwegen]] dan ruangan [[Pengatur Perjalanan Kereta Api|PPKA]] lama ini tetap dijaga keasliannya dan ditetapkan sebagai aset [[Kekayaan budaya|cagar budaya]].
[[Berkas:Palmerah PJKA.png|jmpl|Ilustrasi emplasemen Stasiun Palmerah pada dekade 1970-an dalam buku lintas jarak terbitan PJKA. Tampak jalur 1 dan 2 sepanjang 758,50 meter, dan jalur 3 sepanjang 752 meter.]]
Stasiun Palmerah memiliki [[emplasemen]] yang luas. Terdapat 3 [[Rel|jalur]], [[sepur badug]], [[sepur simpang]], bahkan [[Percabangan (kereta api)|percabangan]] di stasiun ini. Sejak dekade 1960-an, dibuat 2 buah jalur percabangan atau sepur simpang dari Stasiun Palmerah. Percabangan pertama mengarah ke [[Pejompongan]] guna membawa material-material pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA), begitu pula hal sama dengan percabangan kedua yang mengarah ke [[Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Senayan]] untuk pembangunan [[Stadion Utama Gelora Bung Karno|Gelora Bung Karno]] (GBK). Pembangunan IPA Pejompongan tersebut merupakan satu paket pembangunan dengan GBK, dengan menggunakan pinjaman dana dari [[Uni Soviet]].<ref>{{Cite web|date=2018-02-20|title=Di Balik Pembangunan Stadion GBK|url=https://historia.id/olahraga/articles/di-balik-pembangunan-stadion-gbk-DAooY|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-10-29}}</ref> Material-material pembangunan dibawa menggunakan [[Transportasi rel|moda kereta api]] dari [[Ci Sadane|Sungai Cisadane]] di daerah [[Stasiun Serpong|Serpong]] dan [[Stasiun Rawa Buntu|Rawa Buntu]]. Sebuah [[Lokomotif B51|lokomotif uap B51]] digunakan untuk aktivitas [[Langsir|langsiran]] pada emplasemen stasiun, dan perlahan digantikan oleh [[lokomotif C300]] pada era 1970-an. Saat dilakukan pembangunan Jalan Tentara Pelajar yang membentang di kedua sisi stasiun dan rel eksisting pada dekade 1980-an, jumlah jalur pada emplasemen Stasiun Palmerah dikurangi menjadi hanya 3 jalur saja, dengan jalur 1 dan 2 sebagai jalur persilangan dan sebuah sepur simpan. Beberapa waktu kemudian, sepur simpan ini ikut dibongkar sehingga menyisakan 2 jalur utama saja. Kegiatan bongkar muat maupun langsiran [[Gerbong|gerbong barang]] pun terhenti, dikarenakan percabangan rel dan sepur simpang sudah tidak digunakan lagi.
[[Berkas:Sisa rel cabang Palmerah-PDAM..jpg|jmpl|Yang tersisa dari percabangan rel Palmerah-Pejompongan guna membawa material-material pembangunan IPA, tersembunyi di tengah pemukiman padat penduduk.]]
Bekas ''railbed'' dari percabangan rel dan sepur simpang tersebut kini menjadi Jalan Tentara Pelajar, Jalan Gelora, bahkan pemukiman padat Pejompongan. Sisa potongan rel dari percabangan ke arah Instalasi Pengolahan Air Pejompongan ini sempat ditemukan di tengah-tengah pemukiman padat warga.
Saat dilakukan [[Elektrifikasi perkeretaapian|eletrifikasi]] dan pemasangan tiang [[listrik aliran atas]] (LAA) di petak jalan [[Stasiun Tanah Abang|Tanah Abang]]-[[Stasiun Serpong|Serpong]] oleh [[SYSTRA|Systra]] ([[Prancis]]) pada 1993-1994, jalur di emplasemen Stasiun Palmerah kembali mengalami rombakan besar-besaran. Trase jalur 1 lama yang merupakan trase asli peninggalan Staatsspoorwegen pun dibongkar dan digeser guna lahannya akan dipakai pembangunan peron serta atap baru, kondisi yang serupa juga dilakukan di [[Stasiun Kebayoran]] dan [[Stasiun Sudimara|Sudimara]]. Jalur 1 lama Stasiun Palmerah merupakan [[sepur belok]] dan terletak sangat berdekatan dengan bangunan stasiun, sebagai ganti dari pembongkaran jalur 1 tersebut, dibangunlah jalur 2 yang baru. Setelah semua pembenahan emplasemen dan peron selesai, tiang serta kabel LAA pun dipasang. Saat masa elektrifikasi ini pula direncanakan untuk membangun stasiun baru pada [[petak jalan]] antara Palmerah-Kebayoran, tepatnya di daerah Simprug, ditandai dengan dipasangnya tiang LAA yang mengakomodir 2 jalur kereta pada lokasi calon stasiun. Namun, hingga kini hal tersebut tidak terealisasikan.
== Bangunan dan tata letak ==
Stasiun Palmerah memiliki dua jalur kereta api yang keduanya merupakan sepur lurus. Stasiun ini diapit oleh Jalan Tentara Pelajar yang berlawanan arah di kedua sisi stasiun dan rel, serta dekat dengan gedung Manggala Wanabakti, Lapangan Tembak Senayan, bahkan gedung [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]] & [[Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia|MPR RI]].
Bangunan lama stasiun ini yang merupakan peninggalan [[Staatsspoorwegen]] dan ruangan [[Pengatur Perjalanan Kereta Api]] (PPKA) masih dipertahankan hingga sekarang dan dijadikan sebagai aset [[cagar budaya]], meskipun tidak lagi digunakan sebagai akses keluar-masuk penumpang. Salah satu dinding pada sisi samping bangunan lama sudah dibongkar karena digantikan dengan dinding kaca sebagai minimarket, membuat ejaan 'Palmerah' yang sebelumnya terdapat di dinding samping tersebut ikut hilang dan hanya tinggal menyisakan ejaan pada bagian dinding sisi ujung saja. Desain bangunan Stasiun Palmerah memiliki model yang serupa yang juga terdapat di lintas ini, yaitu bangunan [[Stasiun Kebayoran]] dan [[Stasiun Sudimara|Sudimara]].
▲Pada tahun 2013-2015, [[Kementerian Perhubungan Indonesia]] melakukan renovasi secara besar-besaran terhadap [[Stasiun kereta api|stasiun]] ini menjadi dua tingkat, sehingga kompleks [[Stasiun kereta api|Stasiun]] [[Palmerah, Jakarta Barat|Palmerah]] menjadi semakin luas dan megah. Proyek ini memakan dana sekitar Rp36 miliar, serta diresmikan pada tanggal 6 Juli 2015.<ref name=":0">{{cite web|last=Rahayu|first=Juwita Trisna|date=6 Juli 2015|title=Menhub resmikan Stasiun Palmerah dan jalur ganda|url=http://www.antaranews.com/berita/505460/menhub-resmikan-stasiun-palmerah-dan-jalur-ganda|publisher=Antaranews.com|accessdate=15 Oktober 2017}}</ref> Meskipun [[Stasiun kereta api|Stasiun]] [[Palmerah, Jakarta Barat|Palmerah]] sudah direnovasi menjadi sangat megah dan luas, namun bangunan lama [[Stasiun kereta api|stasiun]] ini yang merupakan peninggalan [[Staatsspoorwegen]] masih tetap dipertahankan hingga sekarang.
Stasiun ini dilengkapi dengan 2 lantai. Terdapat 2 peron tinggi yang disertai dengan atap, fasilitas penumpang seperti lift, eskalator, mushola, toilet, minimarket, dan lain-lain. Stasiun ini juga menyediakan fasilitas jembatan penyeberangan orang (JPO) yang terintegrasi dengan Halte Stasiun Palmerah milik [[Transjakarta]].
▲Pada November 2020, Dinas Perhubungan provinsi [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]] menutup [[perlintasan sebidang]] di [[Stasiun kereta api|Stasiun]] [[Palmerah, Jakarta Barat|Palmerah]] secara permanen. Salah satu tujuannya agar menghilangkan pelanggaran lalu lintas yang kerap terjadi di [[Perlintasan sebidang|perlintasan]] tersebut. Hal itu diungkapkan oleh kepala dinas perhubungan provinsi [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], Syafrin Liputo. Ia mengatakan penutupan [[perlintasan sebidang]] ini bagian dari penataan kawasan [[Stasiun kereta api|stasiun]] tahap 2 di [[Stasiun kereta api|Stasiun]] [[Palmerah, Jakarta Barat|Palmerah]].<ref name=":2">{{Cite web|last=Kusuma|first=Hendra|title=Perlintasan Sebidang Palmerah Ditutup buat Minimalisir Kecelakaan|url=https://finance.detik.com/infrastruktur/d-5273614/perlintasan-sebidang-palmerah-ditutup-buat-minimalisir-kecelakaan|website=detikfinance|language=id-ID|access-date=2022-07-02}}</ref>
{{Tata letak peron KAI Commuter
|