Abu al-Mafakhir dari Banten: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 52:
Setelah kegagalan Pangeran Martasari dan Pangeran Suradimarta membujuk Banten, terjadi [[Peristiwa Girilaya]], yaitu peristiwa penahanan sultan Cirebon Panembahan Ratu II oleh Mataram di tahun 1650.<ref name="iswara">{{Cite web|title={{!}} Iswara, Prana Dwija. 2009. Sejarah Kerajaan Cirebon. [[kota Bandung{{!}}Bandung]]: Universitas Pendidikan Indonesia|url=http://iswara.staf.upi.edu/2009/07/18/sejarah-kerajaan-cirebon/|archive-url=https://web.archive.org/web/20161225115911/http://iswara.staf.upi.edu/2009/07/18/sejarah-kerajaan-cirebon/|archive-date=2016-12-25|dead-url=yes|access-date=2019-08-24}}</ref> Amangkurat I mengundang Panembahan Ratu II beserta kedua putranya untuk mengunjungi keraton Mataram di [[Keraton Plered|Plered]] sebagai penghormatan untuk penguasa baru Cirebon tersebut. Selepas acara penghormatan selesai, Panembahan Ratu II serta kedua putranya malah dilarang untuk kembali ke Cirebon<ref>Ekajati, Edi Suhardi. 2003. Sejarah Kuningan: dari masa prasejarah hingga terbentuknya kabupaten. [[Bandung]] : Kiblat Buku Utama</ref> dan tinggal di lingkungan Mataram sebagai tahanan hingga kematiannya.<ref name="iswara2">{{Cite web|title={{!}} Iswara, Prana Dwija. 2009. Sejarah Kerajaan Cirebon. [[kota Bandung{{!}}Bandung]]: Universitas Pendidikan Indonesia|url=http://iswara.staf.upi.edu/2009/07/18/sejarah-kerajaan-cirebon/|archive-url=https://web.archive.org/web/20161225115911/http://iswara.staf.upi.edu/2009/07/18/sejarah-kerajaan-cirebon/|archive-date=2016-12-25|dead-url=yes|access-date=2019-08-24}}</ref> Penahanan ini memicu krisis di Cirebon dikarenakan kosongnya kepemimpinan. Amangkurat I lalu memerintahkan Pangeran Martasari untuk menyerang Banten, dimana perintah dari Mataram ini disanggupi sang pangeran untuk menjaga keselamatan sultan Cirebon yang berada dalam penawanan.<ref name="yuyun2">Juariyah, Yuyun. 2016. Jurnal al-Tsaqafa : Menelusuri Jejak Islamisasi Tatar Sunda Melalui Naskah Kuno. [[Bandung]] : Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Jati</ref> Ia memimpin 60 kapal perang yang dikepalai Laksamana Ngabei Panjangjiwa untuk menyerang Banten, dimana konflik antara Banten dan Cirebon ini kelak disebut [[Perang Pacirebonan]] atau Perang Pagarage yang terjadi di penghujung tahun 1650.<ref name="titik23" /><ref name=":2">{{Cite web|date=2019-06-11|title=Perang Banten-Cirebon di Akhir Ramadan|url=https://historia.id/militer/articles/perang-banten-cirebon-di-akhir-ramadan-vXjb5|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2023-10-29}}</ref>
Kabar rencana serangan Cirebon terdengar Banten, dimana Banten mempersiapkan pertahanan laut sejumlah 50 kapal.<ref name=":2" /> Banten menyiapkan pasukan yang bersembunyi di Tanjung Gede dan muara sungai [[Ci Pasilian]] (sekarang masuk daerah [[Kronjo, Tangerang]]). Serangan Cirebon pertama yang ditujukan terhadap Tanara mendapat sergapan pasukan Banten, dimana Ngabei Panjangjiwa berhasil ditangkap dan diampuni Abul Mafakhir. Sergapan dari Banten tersebut tidak diketahui oleh pasukan Cirebon yang menyerang selanjutnya, dimana Banten berhasil menguasai 50 kapal Cirebon dan Pangeran Martasari kemudian segera menarik mundur sisa pasukannya ke Cirebon.<ref name=":2" />
Banten dan Mataram lalu terus bermusuhan hingga terjadi [[Pemberontakan Trunajaya]] di tahun 1674.<ref>{{Cite book|last=Kartodirdjo|first=Sartono|date=1987|url=https://books.google.com/books?id=TYYeAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Pemberontakan+Trunajaya+Banten&q=Pemberontakan+Trunajaya+Banten&hl=en|title=Pengantar sejarah Indonesia baru, 1500-1900: Dari emporium sampai imperium|publisher=Gramedia|isbn=978-979-403-129-2|language=id}}</ref>
=== Misi Diplomatik ===
Pada masa pemerintahannya, Abul Mafakhir telah mulai secara intensif melakukan hubungan diplomasi dengan kekuatan lain yang ada pada waktu itu, di antaranya kepada [[Raja Inggris]], [[James I]] tahun 1605<ref>{{Cite web|url=http://www.bantenhits.com/babad-banten/2768|title=Surat Raja Banten untuk Raja Inggris James I Tahun 1605 - Situs Berita Banten|last=Hits|first=Banten Hits {{!}} Tangerang|website=www.bantenhits.com|language=id-id|access-date=2017-04-14|archive-date=2017-04-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20170414165226/http://www.bantenhits.com/babad-banten/2768|dead-url=yes}}</ref> dan tahun 1629 kepada [[Charles I]], terkait dengan kerugian yang diakibatkan oleh blokade laut dari Belanda.<ref name=":0">Titik Pudjiastuti, (2007), ''Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten'', Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-650-8.</ref><ref>{{Cite news|url=http://www.inilahduniakita.net/2017/02/sejarah-islam-di-inggris-yang-dilupakan.html?m=0|title=Inilah dunia kita: Sejarah Islam di Inggris yang dilupakan ...|last=duniakita|newspaper=Inilah dunia kita|language=en-US|access-date=2017-04-14}}</ref> Selain itu, dia juga mengutus beberapa pembesar istana ke [[
== Pemberian Gelar Sultan ==
== Kematian ==
Dikarenakan anaknya Abu al-Ma'ali Ahmad wafat terlebih dahulu di tahun 1650 dikarenakan suatu penyakit, maka cucunya Pangeran Surya menjadi putra mahkota atau sultan muda baru.<ref name=":1" /> Abul Mafakhir wafat di tanggal 10 Maret 1651, dimana kepemimpinan Banten kemudian dilanjutkan oleh cucunya yang naik takhta dengan gelar Sultan Abdul Fattah Al-Mafaqih. Kelak Sultan Abdul Fattah Al-Mafaqih lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng TIrtayasa.<ref>{{Cite book|date=1983|url=https://books.google.com/books?id=I9IdAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Sultan+Tirtayasa+Al+Mafaqih&q=Sultan+Tirtayasa+Al+Mafaqih&hl=en|title=Seminar Sejarah Nasional III|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional|language=id}}</ref>
== Rujukan ==
|