Katedral Sibolga: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Lukemanaaja (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
Lukemanaaja (bicara | kontrib) |
||
Baris 18:
Pada 12 Maret 1929, R.P. [[Chrysologus Timmermans]], [[Ordo Saudara Dina Kapusin|O.F.M. Cap.]], tiba di Sibolga dan menjadi pastor pertama yang berkarya di tanah Batak. Pada permulaan, dia tinggal di rumah keluarga Van Pinksteren, seorang pegawai Belanda yang bertugas di Sibolga, selama 10 minggu. Setelah itu R.P. [[Chrysologus Timmermans]], [[Ordo Saudara Dina Kapusin|O.F.M. Cap.]], membeli sebuah rumah di Tamarindalaan di belakang penjara. Rumah yang baru dibeli ini, direhap seadanya, sehingga menjadi tempat tinggal, tempat kerja dan kapel. Pada hari Raya Pentakosta, 19 Mei 1929, rumah dan kapel ini diberkati. Di rumah sederhana inilah komunitas pertama umat katolik di Sibolga mulai berkumpul dan beribadat. Pada permulaan, ada sekitar 70 orang umat Katolik, hampir semuanya adalah orang Eropa dan sedikit orang Tionghoa.
Pada tanggal 21 Mei 1930 datanglah 6 orang Suster
Pada permulaan tahun 1932, R.P. [[Chrysologus Timmermans]], [[Ordo Saudara Dina Kapusin|O.F.M. Cap.]], mulai menjejaki untuk membangun sebuah gedung Gereja untuk umat Katolik Sibolga yang semakin lama semakin bertambah jumlahnya. Maka pada tanggal 23 Februari mulailah pembangun rumah pastor dan Gereja. Dalam musim kemarau, tanggal 11 September 1932, gedung gereja dan pastoran diberkati oleh Prefek Apostolik Padang, [[Monsinyur|Mgr]]. [[Mathias Leonardus Trudon Brans]], [[Ordo Saudara Dina Kapusin|O.F.M.Cap.]], dan pastoran mulai dipakai. Dengan demikian, diletakkanlah dasar bagi Gereja Katolik di Sibolga, yang kemudian menjadi titik pusat Prefektur Apostolik Sibolga. Pada saat ini, umat di kota Sibolga sudah berjumlah 223 orang, terdiri dari 125 orang Eropa, 84 orang China dan 14 orang Batak. Pada awal tahun 1942, sudah ada 603 orang umat Katolik di dalam kota Sibolga, terdiri dari 355 orang China, 191 orang Batak dan 57 orang Eropah.
|