Katedral Sibolga: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Lukemanaaja (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Lukemanaaja (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 34:
Pada awal tahun 1947, atas permohonan dari Vikaris Apostolik Medan, [[Monsinyur|Mgr]]. [[Mathias Leonardus Trudon Brans]], [[Ordo Saudara Dina Kapusin|O.F.M.Cap.]], kepada Uskup di Semarang, diutuslah seorang imam bernama [[Reverendus Pater|R.P.]] Sutapanitra [[Yesuit|S.J.]] untuk melayani di daerah Batak dan Sibolga. Pada tanggal 18 Juli 1948, datang lagi seorang imam yakni [[Reverendus Pater|R.P.]] A. Pudjahandaja [[Yesuit|S.J.]] dari Sumatera Barat dan bertempat di Sibolga. Dengan kehadiran 2 imam ini, situasi pelayanan mulai pulih, Paroki Sibolga diorganisir lebih baik, dipilih Anggota Dewan Gereja yang baru, sekolah rakyat dibuka kembali, dan stasi-stasi dikunjungi. Pada tanggal 15 Augustus 1948, “Huria Katolik Tapanuli” dibentuk dan berkedudukan di Kota Sibolga.
Pada bulan Maret 1949, [[Reverendus Pater|R.P.]] A. Pudjahandaja [[Yesuit|S.J.]], meninggalkan Tapanuli dan beberapa bulan kemudian, para misionaris datang. Dengan kedatangan para misionaris, maka situasi pelayanan semakin kondusif, walaupun kegiatan misi masih terbatas di kota Sibolga karena daerah-daerah belum aman. Para suster juga sudah mulai diijinkan kembali ke Sibolga dan membuka kembali sekolah yang sebelumnya sudah ditutup dan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar. Barulah pada tahun 1950, para misionaris diberi kebebasan untuk mengunjungi daerah-daerah. Pada waktu itu ada 2 orang misionaris, satu orang betugas di kota Sibolga dan satu orang bertugas di stasi-stasi, khususnya di Kecamatan Sorkam dan Barus, di mana terdapat banyak stasi.
 
 
== Kepala paroki ==