Mangkunegara VIII: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 58:
# Rajin bekerja dan tahan di uji
 
Pendidikan formal B.R.M Sarosa dimulai di usia 7 tahun di [[Europeesche Lagere School|ELS]] (''Europeschee Lagere School'') Pasar legiLegi Solo. ELS adalah sekolah dasar pada [[Sejarah Nusantara (1800–1942)|zaman kolonial]] di Indonesia. ELS juga menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar dalam proses kegiatan belajar mengajar. ELS tersebut sebenarnya hanya diperuntukkan bagi keturunan [[Eropa]], keturunan [[Timur Asing|timur asing]] (orang-orang kaya [[Tionghoa]] kelas pemodal) atau [[pribumi]] dari kelas [[bangsawan]] dan tokoh terkemuka. ELS yang pertama didirikan pada tahun 1817 dengan jenjang menempuh pendidikan sekolah selama tujuh tahun. Awalnya sebenarnya ELS hanya terbuka bagi [[Penduduk|warga]] Belanda di [[Hindia Belanda]], sejak tahun 1903 kesempatan belajar juga diberikan kepada orang-orang pribumi yang kaya dan juga warga Tionghoa setelah beberapa tahun, pemerintah Belanda beranggapan bahwa hal ini ternyata berdampak negatif pada tingkat pendidikan di sekolah-sekolah dan sekolah ELS kembali dikhususkan kepada warga Belanda saja. Sebagai anak raja (Bangsawan tinggi) B.R.M Sarosa mempunyai hak untuk mengenyam pendidikan yang terbaik. Tetapi dalam faktanya untuk masuk ELS, Sekolah Dasar yang menggunakan bahasa Belanda sebagai pengantar, bermodal latar belakang anak raja saja sebenarnya tidak cukup. Kemampuan berbahasa Belanda dan kecerdasan anak juga menjadi dasar utama.
 
Pada Tahun 1932 B.R.M Sarosa lulus dan memperoleh ijazah pertama dalam hal pendidikan formal. Setelah Tamat ELS, kemudian B.R.M Sarosa melanjutkan Sekolah [[Meer Uitgebreid Lager Onderwijs|MULO]] (''Middelbaar Uitgebreid Laager Onderwijs''). Pada tahun 1936 dengan masa pendidikan tiga tahun, B.R.M Sarosa lulus dan mendapatkan ijazah pendidikan ke dua setelah ELS. Setelah lulus dari MULO. B.R.M Saroso ingin melanjutkan sekolah [[AMS]] di Jakarta, hidup mandiri dan merasakan kehidupan di luar keraton dengan menimba ilmu (sekolah) di luar kota, hal ini dikabulkan oleh Sri Paduka Mangkunegoro VII, dengan pertimbangan usia B.R.M Sarosa yang cukup matang berusia 16 tahun, ayahnya memberikan kesempatan kepada B.R.M Sarosa meninggalkan keraton Mangkunegaran tetapi tetap dalam pengawasannya.
Baris 70:
 
Perjuangan Mangkunegara VIII dalam krisis keberadaan [[Pura Mangkunegaran]] dijalaninya dengan menempuh jalan yang formal seperti ketika mempersoalkan aset-aset Mangkunegaran yang diambil alih pengelolaannya oleh pemerintah tanpa pembicaraan. Meski kemudian ternyata kalah dalam pengadilan, Mangkunegara VIII tetap menjalankan [[roda monarki]] Mangkunegaran dengan berbagai upaya dan usaha.
 
Pada saat heboh masa Gerakan Anti Swapraja di Surakarta, Ia termasuk tokoh yang menentang gerakan tersebut.<ref>{{Cite web|last=Megasari|first=Paradisa Nunni|title=Sejarah Gerakan Anti Swapraja: Berakhirnya Daerah Istimewa Surakarta|url=https://www.detik.com/jateng/berita/d-6923617/sejarah-gerakan-anti-swapraja-berakhirnya-daerah-istimewa-surakarta|website=detikjateng|language=id-ID|access-date=2023-11-02}}</ref>
 
== Riwayat Hidup Mangkunegara VIII ==