Heyi Ma'mun: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Mundugumor (bicara | kontrib)
Mundugumor (bicara | kontrib)
Baris 8:
== Hidup ==
Perempuan dengan nama asli Herry Rochmawati Ma’mun. Heyi disiplin dalam hidupnya. Dia sangat dipengaruhi oleh pendidikan ayahnya, yang bekerja di militer. Tidak seperti rekan seniman lain yang bekerja lebih emosional, Heyi mengambil langkah yang disengaja dalam karya kreatifnya. Hal ini membuatnya selalu siap menampilkan karyanya di pameran maupun galeri.<ref name="NGIndo">Seniman Bandung Heyi Ma’mun Berpulang. Galeri Nasional Indonesia, Desy Novita, 9.Jan.2019[https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/galerinasional/heyi-mamun-berpulang/]</ref>
 
Sejak SMA, Heyi ingin menjadi seorang pelukis, yang menginspirasinya. Dia juga suka menggambar, yang menangkap imajinasinya.
Pada tahun 1981, Heyi lulus dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung.
Dia adalah satu-satunya perempuan dari enam mahasiswa di jurusan seni lukis pada awal tahun 1970, dan satu dari hanya dua seniman perempuan yang membuat terobosan penting dalam karir mereka. Yang lainnya adalah Umi Dachlan.
Pameran bersama pertamanya dilakukan pada awal tahun 1990-an dengan kritikus seni Sanento Yuliman di Galeri Bandung.<ref><nowiki> Indonesian Women Artists - The Curtain Opens. Carla Bianpoen, Farah Wardani, Wulan Dirgantoro and Heather Waugh. Yayasan Senirupa Indonesia, 2007, p.125-130. {{</nowiki>ISBN 978-9791656207<nowiki>}} </nowiki>[https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=363196] </ref>
 
Heyi termasuk di antara artis wanita Indonesia gelombang kedua setelah [[Emiria Soenassa]] dan [[Kartika Affandi]]. Rekan perempuan pelukisnya di Bandung antara lain [[Erna Garnasih Pirous]], [[Nunung WS]], [[Rita Widagdo]] <ref>"The Times They are A-Changing." Deborah Iskandar in: Indonesia Digest, 22. August 2017 [https://indonesiadesign.com/story/the-times-they-are-a-changing]</ref> dan [[Umi Dachlan]], kelompok wanita yang mempengaruhi seni rupa modern Indonesia.<ref>Lentera magna: Fine art in the eyes of female teachers. Authors: Ira Adriati, Rita Widagdo, Umi Dachlan, Nuning Yanti Damayanti, Irma Damayanti, Kiki Rizky Soetisna Putri, Ardhana Riswarie. {{ISBN|978-6021409640}}, 2017 [https://medium.com/@audyaamalia/perempuan-pendidik-perupa-dalam-7-dekade-seni-rupa-a4c0ca6ae1d2]</ref><ref>Wanita Seni Rupa Indonesia. Oleh Agus Darmawan T, Suara Karya, June 1991 [http://archive.ivaa-online.org/khazanahs/detail/1386]</ref>