Setelah Ahmad Dahlan meninggal dunia pada 1923, NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah terus aktif di Muhammadiyah dan Aisyiyah.{{sfn|Komandoko|2006|p=244}} Pada tahun 1926, dia memimpin Kongres Muhammadiyah ke-15 di [[Kota Surabaya]]. Dia adalah wanita pertama yang memimpin konferensi seperti itu.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}} Sebagai hasil dari liputan luas [[media massa]] di koran-koran seperti [[Pewarta Soerabaia]] dan [[Sin Tit Po]], banyak perempuan terpengaruh untuk bergabung ke dalam Aisyiyah, sementara cabang-cabang lainnya dibuka di pulau-pulau lain di [[Nusantara]].{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}}
NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah terus memimpin Aisyiyah sampai tahun 1934.{{sfn|Sudarmanto|1996|p=191}} Selama masa [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|pendudukan Jepang di Indonesia]], Aisyiyah dilarang oleh [[militer]] [[Jepang]] di Jawa dan [[Pulau Madura]] pada 10 September 1943, dia kemudian bekerja di sekolah-sekolah dan berjuang untuk menjaga siswa dari paksaan untuk menyembah [[matahari]] dan menyanyikan [[lagu]]-lagu Jepang.{{sfn|Wahyudi|2002|p=59}} Selama masa [[Revolusi Nasional Indonesia]], dia memasak sup dari rumahnya bagi para tentara{{sfn|Sudarmanto|1996|p=191}}{{sfn|Ajisaka|Damayanti|2010|p=134}} dan mempromosikan dinas militer di antara mantan murid-muridnya.{{sfn|Wahyudi|2002|p=60}} Dia juga berpartisipasi dalam [[diskusi]] tentang [[perang]] bersama Jenderal [[Soedirman]] dan [[Presiden Indonesia]], [[Soekarno]].{{sfn|Ajisaka|Damayanti|2010|p=134}}
NyaiSiti Ahmad DahlanWalidah meninggal pada pukul 01:00 siang pada tanggal 31 Mei 1946 dan dimakamkan di belakang [[Masjid Gedhe Kauman]], Yogyakarta empat [[jam]] kemudian.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}}{{sfn|Wahyudi|2002|p=46}} [[Daftar Menteri Sekretaris Negara Indonesia|Sekretaris Negara]], [[Abdoel Gaffar Pringgodigdo]] dan [[Daftar Menteri Agama Indonesia|Menteri Agama]], [[Mohammad Rasjidi]] mewakili pemerintah pada saat pemakamannya.{{sfn|Repubika 2008, Nyai Ahmad Dahlan}}{{sfn|Wahyudi|2002|p=46}}