Masalah budi–tubuh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.9.3 |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 7:
|last= Kim|first= Jaegwan|editor= Honderich, Ted|chapter=Emergent properties|page=240|title= Problems in the Philosophy of Mind. Oxford Companion to Philosophy|year= 1995|publisher= Oxford University Press|location= Oxford|url=http://books.google.com/books?id=sI4YAAAAIAAJ&dq=editions:qiO-uKvXxpQC}}</ref> Pendekatan tersebut banyak digunakan dalam sains, terutama dalam bidang [[sosiobiologi]], [[ilmu komputer]], [[psikologi evolusioner]], dan [[neurosains]].<ref name="PsyBio">{{cite book|author=Pinel, J.|title=Psychobiology|year=2009|publisher=Pearson/Allyn and Bacon|edition =7th|isbn= 020554892X|url=http://books.google.com/books?id=eW1FAQAAIAAJ}}</ref><ref name="LeDoux">{{cite book|author=LeDoux, J.|year=2002|title=The Synaptic Self: How Our Brains Become Who We Are|publisher=Viking Penguin|isbn=88-7078-795-8|url=http://books.google.com/books?id=3Zpr6NOy5tsC&printsec=frontcover}}</ref><ref name="RussNor">{{cite book|author=Russell, S. and Norvig, P.|title=Artificial Intelligence: A Modern Approach|publisher=Prentice Hall|isbn= 0136042597|url=http://books.google.com/books?id=8jZBksh-bUMC|year=2010|edition=3rd}}</ref><ref name="DawkRich">{{cite book|author=Dawkins, R.|title=The Selfish Gene|year=2006|edition=3rd|publisher=Oxford University Press|isbn=0199291144|url=http://books.google.com/books?id=0ICKantUfvoC&printsec=frontcover}}</ref>
Secara umum, keberadaan hubungan akal budi-tubuh ini tampaknya tidak bermasalah. Namun, masalah muncul ketika kita mempertimbangkan apa yang harus kita lakukan terhadap hubungan ini dari sudut pandang metafisik atau ilmiah. Refleksi semacam itu dengan cepat memunculkan sejumlah pertanyaan seperti:
== Catatan kaki ==▼
* Apakah pikiran dan tubuh adalah dua entitas yang berbeda, atau satu kesatuan?
* Jika pikiran dan tubuh adalah dua entitas yang berbeda, apakah keduanya berinteraksi secara kausal?
* Apa sifat dari interaksi ini?
* Dapatkah interaksi ini menjadi objek studi empiris?
* Jika pikiran dan tubuh adalah satu kesatuan, apakah peristiwa mental dapat dijelaskan dalam peristiwa fisik, atau sebaliknya?
* Apakah hubungan antara peristiwa mental dan fisik merupakan sesuatu yang muncul secara ''de novo'' pada titik tertentu dalam perkembangan?
Dan seterusnya. Pertanyaan-pertanyaan ini dan pertanyaan-pertanyaan lain yang membahas hubungan antara pikiran dan tubuh adalah pertanyaan-pertanyaan yang semuanya berada di bawah panji-panji "masalah akal budi-tubuh".
Konflik-konflik yang dapat memicu celetukan "Tubuh saya punya akalbudinya sendiri!" Rupanya, kadang-kadang, menggoda sekali untuk menggabungkan saja beberapa informasi yang terkandung itu menjadi satu akalbudi yang terpisah. Mengapa? karena tubuh terorganisasi sedemikian rupa sehingga terkadang dia menciptakan pemisah-misahan yang cukup mandiri, menimbang preferensi, membuat keputusan, menerapkan kebihakan yang bersaing dengan akalbudi Anda. Tubuh kita dapat membongkar keras rahasia yang susah payah kita simpan, misalnya dengan bersemu merah atau gemetar atau berkeringat. Tubuh dapat "memutuskan" bahwa terlepas dari rencana yang ada di akalbudi kita , sekarang adalah saat yang tepat untuk hubungan seks, bukan diskusi intelektual, lalu mengambil langkah-langkah memalukan dalam rangka persiapan kudeta. Dalam kesempatan lain, yang membuat kita semakin menderita dan frustasi, tubuh dapat menolak segala upaya kita sendiri untuk mengajaknya terlibat dalam kegiatan seksual, memaksa kita meninggikan volume, menekan-nekan tombol, mencoba segala cara bujuk rayu gila-gilaan untuk membujuk tubuh.
Namun, jika sudah punya akalbudinya sendiri, mengapa tubuh kita terus mengakuisisi akalbudi tambahan-akalbudi ''kita''? Tidakkah satu akalbudi pertubuh sudah cukup? Tidak selalu. Seperti yang telah kita lihat, akalbudi berbasis tubuh lama telah melakukan pekerjaan solid dalam menjaga nyawa dan organ kita selama miliaran tahun, tapi dia relatif lambat dan kasar dalam memilah. Untuk keterlibatan yang lebih canggih dengan dunia, diperlukan akalbudi yang dapat menghasilkan masa depan lebih banyak dan lebih baik.<ref>{{Cite book|last=Dennet|first=Daniel C|date=2021|title=Ragam Akalbudi|location=Jakarta|publisher=KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)|isbn=978-602-481-398-7|pages=99-100|url-status=live}}</ref>
▲== Catatan kaki. ==
{{Reflist}}
|