Siswondo Parman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 50:
Berdasarkan istri Parman, pasangan itu terbangun dari tidur mereka di sekitar 04.10 pagi oleh suara sejumlah orang di samping rumah. Parman pergi untuk menyelidiki dan dua puluh empat pria dengan mengenakan seragam Tjakrabirawa (Pengawal Presiden) menuju ke ruang tamu. Orang-orang mengatakan bahwa dia dibawa ke hadapan Presiden sebagai "sesuatu yang menarik yang telah terjadi". Sekitar 10 orang pergi ke kamar tidur ketika Parman berpakaian. Istrinya lebih curiga dari orang-orang, dan mempertanyakan apakah mereka memiliki surat otorisasi, yang salah satu pria jawabnya memiliki surat sementara menyadap saku dadanya.
 
Parman meminta istrinya untuk menelpon apa yang terjadi pada komandannya, Yani, tetapi kabel telepon telah diputus. Parman dimasukkan ke dalam truk dan dibawa ke basis gerakan di Lubang Buaya. Malam itu, bersama dengan tentara lain yang telah ditangkap hidup-hidup, Parman ditembak mati dan tubuhnya dibuang di sebuah sumur tua. Dia bersama tiga jenderal lain yaitu [[Mas Tirtodarmo Haryono|Haryono]], [[Sutoyo Siswomiharjo|Sutoyo]], dan [[R. Soeprapto (pahlawan revolusi)|R. Suprapto]] dan satu korban salah tangkap yaitu [[Pierre Tendean]] merupakan orang-orang yang masih hidup ketika diculik. <ref name=":0" />
 
Jenazah Parman dan 6 korban lainnya ditemukan pada 4 Oktober dan diberi pemakaman kenegaraan pada hari berikutnya, Hari Angkatan Bersenjata pada tanggal 5 Oktober, sebelum dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata. Pada hari yang sama, melalui Keputusan Presiden Nomor 111 / KOTI / 1965, Presiden Soekarno secara resmi membuat Parman menjadi Pahlawan Revolusi.