Stasiun Kebayoran: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Andra Radithya (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Andra Radithya (bicara | kontrib)
Perbaikan sejarah.
Baris 40:
| track = 3 (jalur 1 dan 2: sepur lurus)
| open = 1 Oktober 1899
| electrification = 1993-19941997
| oldname = Kebajoran
| platform = 3 (dua peron sisi dan satu peron pulau tinggi)
Baris 59:
Jalur yang menuju ke Anyer Kidul pada awalnya berstatus sebagai jalur utama, sedangkan jalur yang menuju ke Merak berstatus sebagai jalur cabang. Di kemudian waktu, status kedua jalur ini ditukar.
 
Desain bangunan Stasiun Kebayoran memiliki model yang serupa yang juga terdapat di lintas ini, yaitu bangunan [[Stasiun Palmerah]], [[Stasiun Sudimara|Sudimara]], dan [[Stasiun Serpong|Serpong]]. Pada dinding bangunan sisi samping maupun sisi ujung, terdapat ukiran nama stasiun 'Kebajoran', yang kemudian diubah menjadi 'Kebayoran' saat masa [[Ejaan yang Disempurnakan|EYD]]. Pada akhir dekade 1980-an, sempat dilakukan penambahan bangunan baru yang menyatu dengan bangunan lama stasiun ini, membuat ukiran 'Kebayoran' yang sebelumnya terdapat di dinding ujung tersebut hilang. Bangunan tambahan ini masih bertahan hingga tahun 2015, kemudian dibongkar saat dilakukan renovasi besar-besaran Stasiun Kebayoran pada tahun tersebut dan hanya menyisakan bangunan asli peninggalan [[Staatsspoorwegen]] dan ruangan [[Pengatur Perjalanan Kereta Api|PPKA]] saja sebagai aset [[Kekayaan budaya|cagar budaya]]. Selain itu, genteng atap bangunan stasiun yang sebelumnya menggunakan genteng keramik pun kini juga telah diubah menjadi genteng metal. Berbeda dengan Palmerah dan Sudimara, saat bangunan lama Stasiun Kebayoran tidak digunakan lagi sebagai akses keluar-masuk penumpang karena telah digantikan oleh bangunan baru pada tahun 2016, bangunan lama ini dibiarkan kosong dan tidak beralih fungsi menjadi minimarket maupun kios.
[[Berkas:Kebayoran PJKA.png|jmpl|Ilustrasi emplasemen Stasiun Kebayoran pada dekade 19701960/70-an dalam buku Ikhtisar Lintas Jawa terbitan PJKA. Tampak jalur 1 dan 2 sepanjang 320 meter, jalur 3 sepanjang 213 meter, dan jalur 4 sepanjang 182 meter.]]
Stasiun Kebayoran memiliki [[emplasemen]] yang luas. Terdapat 4 [[Rel|jalur]], [[sepur badug]], [[sepur simpang]], bahkan [[Percabangan (kereta api)|percabangan]] di stasiun ini. Sejak dekade 1950-an, dibuat sebuah jalur percabangan atau sepur simpang dari Stasiun Kebayoran yang mengarah ke sebuah gudang bongkar muat [[Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia|Kementerian PUPR]] guna membawa material-material pembangunan [[kota satelit]] [[Kebayoran Baru, Jakarta Selatan|Kebayoran Baru]]. Material-material ini dibawa menggunakan [[Transportasi rel|moda kereta api]] dari [[Ci Sadane|Sungai Cisadane]] di daerah [[Stasiun Serpong|Serpong]] dan [[Stasiun Rawa Buntu|Rawa Buntu]]. Sebuah [[Lokomotif B51|lokomotif uap B51]] digunakan untuk aktivitas [[Langsir|langsiran]] pada emplasemen stasiun, dan perlahan digantikan oleh [[lokomotif C300]] pada era 1970-an. Sejak dekade 1980-an, jumlah jalur pada Stasiun Kebayoran dikurangi menjadi hanya 3 jalur saja, serta kegiatan bongkar muat maupun langsiran [[Gerbong|gerbong barang]] yang sudah terhenti dikarenakan percabangan rel ke arah gudang yang sudah tidak digunakan lagi dan dibongkar. Bekas ''railbed'' dan gudang dari percabangan rel tersebut kini menjadi Jalan Kramat dan pertokoan Simprug.
 
Baris 67:
Dahulu, pada petak antara Stasiun Kebajoran dan Stasiun Soedimara (Sudimara) terdapat [[Halte Pondokbetung|Halte Pondokbitoeng]] (Pondok Betung) dan [[Stasiun Jurangmangu|Halte Djoerangmangoe]] (Jurang Mangu).<ref name=":03">{{Cite book|date=1901|title=Spoor- & Tramgids van Nederlandsch-Indie|location=Semarang|publisher=Semarang-Drukkerij en Boekhandel|pages=10|url-status=live}}</ref> Kedua halte tersebut ditutup pada era 1970-an, dan kini hanya Halte Jurangmangu saja yang dibuka kembali sebagai stasiun pada 16 September 2009. Dibangun stasiun baru untuk persilangan kereta api di [[petak jalan]] Kebayoran-Sudimara pada 1988, tepatnya di daerah [[Stasiun Pondok Ranji|Pondok Ranji]]. Hal tersebut merupakan imbas dari kejadian [[Tabrakan kereta api Bintaro 1987|tabrakan kereta api Bintaro]] 1 tahun sebelumnya, stasiun ini kemudian resmi dibuka pada 1990.
 
Saat dilakukan [[Elektrifikasi perkeretaapian|eletrifikasi]] dan pemasangan tiang [[listrik aliran atas]] (LAA) di petak jalan [[Stasiun Tanah Abang|Tanah Abang]]-[[Stasiun Serpong|Serpong]] oleh [[SYSTRA|Systra]] ([[Prancis]]) pada tahun 1993-1994, jalur di emplasemen Stasiun Kebayoran kembali mengalami rombakan besar-besaran. Trase jalur 1 lama yang merupakan trase asli peninggalan Staatsspoorwegen pun dibongkar dan digeser guna lahannya akan dipakai pembangunan peron serta atap baru, kondisi yang serupa juga dilakukan di [[Stasiun Palmerah]] dan [[Stasiun Sudimara|Sudimara]]. Jalur 1 lama Stasiun Kebayoran merupakan [[sepur belok]] dan terletak sangat berdekatan dengan bangunan stasiun, sebagai ganti dari pembongkaran jalur 1 tersebut, dibangunlah jalur 3 yang baru untuk sepur simpan maupun jalur penyusulan KA. Setelah semua pembenahan emplasemen dan peron selesai, tiang serta kabel LAA pun dipasang pada jalur 1 dan 2. Sekitar 13 tahun kemudian, saat pengoperasian [[jalur ganda]] di lintas Tanah Abang-Serpong per 4 Juli 2007,<ref name=":1">{{Cite news|title=SBY Resmikan Stasiun Serpong, Lalu Lintas KA Tetap Normal|url=https://news.detik.com/berita/800807/sby-resmikan-stasiun-serpong-lalu-lintas-ka-tetap-normal|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=2017-10-18}}</ref> jalur 3 Stasiun Kebayoran ikut dielektrifikasi dengan tiang LAA model [[Jepang]].
 
Setelah semua pembenahan emplasemen dan peron selesai, tiang serta kabel LAA pun dipasang pada jalur 1 dan 2. Jaringan LAA ini akhirnya resmi beroperasi pada 3 Juni 1997, setelah sempat tertunda selama beberapa tahun dikarenakan beberapa faktor kendala seperti faktor pasokan listrik dari [[Perusahaan Listrik Negara]] (PLN). Sekitar 10 tahun kemudian, saat pengoperasian [[jalur ganda]] di lintas Tanah Abang-Serpong per 4 Juli 2007, ''layout'' jalur Stasiun Kebayoran dirombak dengan menambahkan jalur 2 sebagai sepur lurus baru,<ref name=":13">{{Cite news|date=2007-07-04|title=SBY Resmikan Stasiun Serpong, Lalu Lintas KA Tetap Normal|url=https://news.detik.com/berita/800807/sby-resmikan-stasiun-serpong-lalu-lintas-ka-tetap-normal|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=2017-10-18}}</ref> bersamaan dengan jalur 3 yang ikut dielektrifikasi.
Saat masa elektrifikasi pada 1993-1994 ini pula direncanakan untuk membangun stasiun baru pada [[petak jalan]] antara Kebayoran-Palmerah (Simprug) dan Kebayoran-Pondok Ranji (bekas Halte Pondok Betung), ditandai dengan dipasangnya tiang LAA yang mengakomodir 2 jalur kereta pada lokasi calon stasiun. Namun, hingga kini kedua hal tersebut tidak terealisasikan.
 
Saat masa elektrifikasi pada 1993-19941997 ini pula direncanakan untuk membangun stasiun baru pada [[petak jalan]] antara Kebayoran-Palmerah (Simprug) dan Kebayoran-Pondok Ranji (bekas Halte Pondok Betung), ditandai dengan dipasangnya tiang LAA yang mengakomodir 2 jalur kereta pada lokasi calon stasiun. Namun, hingga kini kedua hal tersebut tidak terealisasikan.
 
Untuk meningkatkan okupansi penumpang KRL Green Line, maka pada tahun 2014-2016 [[Kementerian Perhubungan Republik Indonesia]] (Kemenhub) mulai merenovasi secara besar-besaran beberapa stasiun menjadi 2 tingkat dengan arsitektur yang modern dan megah serta fasilitas yang sangat lengkap. Pada 11 Mei 2016, ketiga stasiun tersebut pun selesai dibangun dan diresmikan oleh Direktur Jenderal Perkeretaapian, Hermanto Dwiatmoko bersama dengan Bupati Lebak, [[Iti Octavia Jayabaya]] di [[Stasiun Maja]].<ref>{{Cite news|url=https://metro.tempo.co/read/770102/stasiun-baru-kebayoran-parung-panjang-dan-maja-diresmikan|title=Stasiun Baru Kebayoran, Parung Panjang, dan Maja Diresmikan|work=[[Tempo.co]]|language=id|access-date=2017-10-16|editor-last=prima|editor-first=Erwin}}</ref> Renovasi ini pun juga sekaligus memperpanjang jarak peron Stasiun Kebayoran dan mengakomodasi KRL dengan 10 stamformasi, membuat perlintasan sebidang pada Jalan Kramat harus digeser karena lahannya dipakai untuk perpanjangan peron.
Baris 76 ⟶ 78:
Stasiun Kebayoran memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 1 dan 2 merupakan sepur lurus, serta jalur 3 yang biasa digunakan sebagai sepur simpan maupun jalur penyusulan. Stasiun ini terletak tidak jauh dari pasar Kebayoran Lama, dan terdapat perlintasan sebidang Jalan Kramat bernomor JPL 50 yang menghubungkan pasar Kebayoran Lama dengan pasar Bata Putih.
 
Bangunan lama stasiun ini yang merupakan peninggalan [[Staatsspoorwegen]] dan ruangan [[Pengatur Perjalanan Kereta Api]] (PPKA) masih dipertahankan hingga sekarang dan dijadikan sebagai aset [[cagar budaya]], meskipun tidak lagi digunakan sebagai akses keluar-masuk penumpang sejak tahun 2016 karena telah digantikan dengan bangunan baru. Desain bangunan lama Stasiun Kebayoran memiliki model yang serupa yang juga terdapat di lintas ini, yaitu bangunan [[Stasiun Palmerah]] dan [[Stasiun Sudimara|Sudimara]]. Pada dinding bangunan sisi samping, terdapat ukiran nama stasiun 'Kebayoran'. Sebelumnya, pada dinding sisi ujung pun juga terdapat ukiran yang serupa, namun sudah hilang karena pernah dibangun bangunan baru yang menyatu dengan bangunan lama ini di akhir dekade 1980-an. Berbeda dengan Palmerah dan Sudimara, bangunan lama Stasiun Kebayoran dibiarkan kosong dan tidak beralih fungsi menjadi minimarket maupun kios. Selain itu, genteng atap bangunan stasiun yang sebelumnya menggunakan genteng keramik pun kini juga telah diubah menjadi genteng metal.
 
Stasiun ini dilengkapi dengan 2 lantai. Terdapat 3 peron tinggi yang disertai dengan atap, fasilitas penumpang seperti loket, lift, eskalator, ruang menyusui, ruang kesehatan, mushola, toilet, minimarket, dan lain-lain. Di kedua ujung bangunan lantai 2 stasiun, terdapat ejaan besar stasiun 'Kebayoran'. Stasiun ini juga menyediakan fasilitas jembatan penyeberangan orang (''skywalk)'' menuju [[Transjakarta Koridor 8]] dan [[Transjakarta Koridor 13|13]] melalui [[Pasar Kebayoran Lama (Transjakarta)|Halte Pasar Kebayoran Lama]] dan [[Velbak (Transjakarta)|Halte Velbak]], menghubungkan stasiun ini dengan kedua halte tersebut. ''Skywalk'' ini akan dilengkapi dengan fasilitas seperti lift yang memudahkan akses dan kenyamanan pengguna transportasi umum seperti [[Transjakarta]].<ref name="skywalk">{{Cite news|last=Putra|first=Erik Purnama|date=2022-06-20|title=Dinas Bina Marga Bangun Dua Skywalk di Kebayoran Lama dan Lebak Bulus|url=https://www.republika.co.id/berita/rdri55484/dinas-bina-marga-bangun-dua-skywalk-di-kebayoran-lama-dan-lebak-bulus|work=REPUBLIKA.co.id|access-date=2022-06-26}}</ref>
Baris 207 ⟶ 209:
Berkas:Emplasemen Stasiun Kebayoran yang sedang dalam keadaan penuh..jpg|Emplasemen Stasiun Kebayoran saat dalam keadaan penuh.
Berkas:Peron sisi di Stasiun Kebayoran..jpg|Jalur 3 Stasiun Kebayoran yang jarang digunakan untuk naik-turun penumpang.
Berkas:Jalur di emplasemen Stasiun Kebayoran.jpg|Lidah wesel emplasemen Stasiun Kebayoran (arah Palmerah) dengan jalur 1 sebagai sepur lurus. Layout ini merupakan hasil rombakan pada tahun 1993-1994 saat dilakukan elektrifikasi.
Berkas:BangunanLamaKBY1.jpg|Bangunan lama Stasiun Kebayoran peninggalan Staatssporwegen yang merupakan aset cagar budaya. Jalur 1 yang lama dahulu berada tepat di depan bangunan ini, lalu dibongkar pada tahun 1993-1994 untuk pembangunan peron.
Berkas:BangunanLamaKBY2.jpg|Pintu masuk bangunan lama Stasiun Kebayoran yang kini tidak digunakan lagi sebagai akses penumpang sejak tahun 2016, dengan genteng atap yang sudah diganti dari genteng keramik menjadi genteng metal.
Berkas:BangunanLamaKBY3.jpg|Ornamen klasik pada pintu masuk bangunan lama Stasiun Kebayoran yang masih dipertahankan, masih terdapat pula di Stasiun Palmerah dan Sudimara.
Berkas:BangunanLamaKBY4.jpg|Tampak bagian depan bangunan lama Stasiun Kebayoran. Di ujung bangunan SS ini, dahulu sempat terdapat bangunan tambahan yang kemudian dibongkar pada 2015 karena tidak termasuk bangunan cagar budaya.