Milenialisme: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 184:
Sesudah Adolf Hitler gagal mewujudkan pemerintahan seribu tahunnya, [[Takhta Suci|Vatikan]] mengeluarkan maklumat resmi yang menegaskan bahwa pernyataan-pernyataan milenial millennial tidak dapat diajarkan tanpa menimbulkan masalah, dan bahwasanya nas-nas terkait di dalam Wahyu (disebut pula Apokalips) seharusnya dipahami dalam arti rohaniah. Sastrawan Katolik Bernard LeFrois mengemukakan di dalam bukunya sebagai berikut:
 
{{blockquote|text={{sic|MileniumMillenium}} : [...] Lantaran Jawatan Suci memaklumkan (pada tanggal 21 Juli 1944) bahwasanya tidaklah orang dapat mengajarkan tanpa menimbulkan masalah bahwa pada kedatangan-Nya yang kedua kali Kristus akan memerintah secara kasatmata bersama-sama segelintir orang saja (yang dibangkitkan dari maut) dari antara semua orang kudus-Nya selama satu kurun waktu sebelum tiba penghakiman terakhir dan menyeluruh, maka sepatutnya seribu tahun di dalam nas Wahyu 20:4–6 dimaknai sebagai suatu milenium rohaniah. Santo Yohanes menyajikan suatu ikhtisar sepak terjang Satan, serta pemerintahan rohaniah orang-orang kudus bersama Kristus di surga dan di dalam Gereja-Nya di muka bumi..|source=<ref>
LeFrois, Bernard J. Eschatological Interpretation of the Apocalypse. ''The Catholic Biblical Quarterly'', Jld. XIII, hlmn. 17–20; Dikutip di dalam: Culleton R. G. ''The Reign of Antichrist'', 1951. Cetak ulang TAN Books, Rockford (IL), 1974, hlm. 9 dan di dalam:
{{cite book