Zinédine Zidane: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 67:
Pada tanggal [[7 Mei]] [[2006]] Zizou memainkan pertandingan terakhir sebagai tuan rumah untuk [[Real Madrid]] di [[Stadion Santiago Bernabéu]]. Pemain Real Madrid memakai baju kaus khusus yang bertanda "ZIDANE 2001 - 2006" tertulis di bawah logo klub. Seperti yang dapat diduga, pendukung Real Madrid memberikan dia sambutan yang hangat dan mendukung Zizou sepanjang pertandingan. Pertandingan ini melawan [[Villarreal CF]] dan, sayangnya untuk Zizou, hasil terbaik yang diperoleh Real Madrid adalah seri 3–3. Zizou mencetak gol kedua untuk Real Madrid tanpa perayaan besar-besaran. Zizou menukar baju kausnya dengan [[Juan Roman Riquelme]], pemain [[Villarreal CF]] dan [[gelandang]] {{timnas|Argentina}}. Pada akhir pertandingan, pendukung Real Madrid mengucapkan selamat jalan untuk Zizou dengan memberi ia tepuk tangan panjang, yang membuatnya menitikkan air mata.
 
=== Piala Dunia FIFA 2006 ===
Pada dua pertandingan awal [[Piala Dunia FIFA 2006]], ia tampil buruk dan bahkan harus absen pada pertandingan ketiga akibat akumulasi kartu kuning. Zidane kemudian menunjukkan kembali permainan terbaiknya di babak-babak berikutnya, dimulai dari pertandingan melawan {{timnas|Spanyol}} digugurkan 3–1, lalu {{timnas|Brasil}} ditaklukkan 1–0, dan kemudian {{timnas|Portugal}} dikalahkan 1–0. Dengan bentuk permainannya saat itu, banyak yang berharap bahwa Zidane akan menggantung sepatu dengan indah dengan mengalahkan {{timnas|Italia}} pada pertandingan final, namun kariernya berakhir pahit saat ia dikartu merah wasit [[Horacio Elizondo]] pada pertandingan final akibat menanduk bek Italia, [[Marco Materazzi]] di bagian dada.
 
Walaupun karier sepak bolanya berakhir pahit Zidane terpilih sebagai pemain terbaik Piala Dunia [[2006]] versi [[FIFA]] dan para wartawan yang meliput ajang tersebut dengan mendapat 2012 poin, kapten Italia [[Fabio Cannavaro]] di posisi dua dengan 1977 poin, dan pemain Italia lainnya, [[Andrea Pirlo]] di posisi tiga dengan 715 poin. Alasan ia dipilih menjadi pemain terbaik karena berhasil menampilkan penampilan yang menawan serta menunjukkan kepemimpinan yang baik dalam membawa Prancis yang terseok-seok di babak penyisihan grup sampai ke babak final. Pelatih {{timnas|Prancis}} Domenech dan sang "Kaisar" [[Franz Beckenbauer|Beckenbauer]] membela keputusan FIFA untuk tetap memberikan gelar tersebut meskipun Zizou dianggap melakukan tindakan bodoh tersebut terhadap Materazzi. Materazzi mungkin dianggap mengatakan kata-kata yang sangat menyinggung pemain terbaik dunia 3 kali tersebut sehingga membuat ia menjadi emosi dan akhirnya melakukan tindakan tersebut.