Kusumah Atmaja: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Seputar kemerdekaan: clean up |
satu cukup (creator/artist/age) | t=951 su=94 in=147 at=94 -- only 213 edits left of totally 308 possible edits | edr=000-0000 ovr=010-1111 aft=000-0000 |
||
Baris 3:
| name = Soelaiman Effendi Koesoemah Atmadja
| image = Kusumah Atmaja.jpg
| caption =
| order = ke-1
| office = Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
| term_start = 19 Agustus 1945
| term_end = 11 Agustus 1952
| appointer = [[Soekarno]]
| predecessor = penjabat pertama
Baris 17:
| nationality = [[Indonesia]]
| spouse =
| party =
| relations =
| children =
Baris 23:
| alma_mater = [[Universitas Leiden|Leiden]]
| occupation = hakim
| profession =
| signature =
| signature_alt =
Baris 56:
Pada tanggal [[1 Januari]] [[1950]] Mahkamah Agung kembali ke [[Jakarta]] dan Kusumah Atmadja kembali diangkat menjadi ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia hingga ia meninggal tahun 1952.<ref name="Laparan Tahunan 2010"/>
Kusumah Atmaja pernah diminta oleh Belanda untuk memimpin Negara boneka bentukan Belanda [[Negara Pasundan]] pada tahun 1947. Tapi ia menolaknya. {{sfn|Gamal Komandoko|2006|p=177}} {{refn|group=note|name=rdkusumah|Tak hanya dari dalam negeri, Kusumah Atmadja juga harus menghadapi tantangan dari luar. Setelah menyerahnya Jepang, Belanda kembali berusaha menancapkan kakinya di bumi pertiwi. Lembaga Yudikatif pun terbelah. Sebastian Pompe dalam disertasinya yang bertajuk ''The Indonesian Supreme Court: A Study of Institutional Collapse'' menyatakan kala itu banyak hakim senior asal pribumi yang menyebrang ke kubu Belanda.
<br/>
Pada 1948, dari 23 hakim senior, hanya sembilan hakim yang tetap di Republik. Salah satunya adalah Kusumah Atmadja. Padahal, Guru Besar dari Universitas Gajah Mada ini juga sempat ditawari oleh Belanda untuk menjadi Wali Negara Pasundan. Namun, tawaran itu ditolak mentah-mentah karena loyalitasnya kepada republik.
<br/>
Meski begitu, beberapa golongan pemuda sempat mencurigai Kusumah Atmadja berada di pihak penjajah Belanda. Kecurigaan itu akhirnya sirna.<ref name="Kusumah"/>}} Jabatan lain yang pernah disandang ia adalah Guru Besar Fakultas Hukum [[Universitas Gajah Mada]] dan Guru Besar Sekolah Tinggi Kepolisian.
|